A.
DEFINISI
1.
Kretinisme adalah suatu kondisi
akibat hipotiroidisme ekstrem yang di derita selama kehidupan janin, bayi, atau
kanak-kanak, dan terutama di tandai dengan gagalnya pertumbuhan tubuh anak
tersebut dan retardasi mental (guyton, 2007)
2.
Kretinisme adalah suatu kelainan
hormonal pada anak-anak. Ini terjadi akibat kurangnya hormon tiroid. Penderita
kelainan ini mengalami kelambatan dalam perkembangan fisik maupun mentalnya.
Kretinisme dapat diderita sejak lahir atau pada awal masa kanak-kanak (Adrian,
2011).
3.
Kretinisme yaitu perawakan pendek
akibat kurangnya hormon tiroid dalam tubuh (Qeeya, 2010).
Jadi kesimpulannya menurut kelompok kami, Kretinisme
adalah suatu kelainan pada hormonal pada anak-anak yang mengakibatkan
kekurangannya hormon tiroid. Klien pada kasus ini biasa ditandai dengan
kelambatan pertumbuhan fisik dan mental.
B.
ETIOLOGI
1.
Kretinisme Endemik
Istilah
kretinisme mula-mula digunakan untuk bayi-bayi yang baru lahir pada
daerah-daerah dengan asupan iodium yang rendah serta goiter endemik. Kretin
endemik merupakan kelainan akibat kekurangan iodium yang berat pada saat masa
fetal dan merupakan indikator klinik yang penting bagi gangguan akibat
kekurangan iodium. Tanda-tanda klinis yang menonjol yaitu adanya retardasi
mental, postur pendek, muka dan tangan tampak sembab dan seringkali tuli
mutisme dan tanda-tanda kelainan neurologis.
Kretin
endemik yang disebabkan kekurangan yodium menyangkut 3 hal yaitu epidimologis,
klinis dan pencegahannya. Secara epidimologis kretin endemik selalu berhubungan
dengan defisiensi yodium yang berat, dan secara klinis gejalanya disertai
dengan defisiensi mental. Defisiensi mental meliputi gejala neurologis yang
terdiri atas gangguan pendengaran dan bicara, gangguan berjalan dan sikap
berdiri yang klinis; gejala yang menyolok lain adalah gangguan pertumbuhan
(cebol) dan hipotiroidisme. Dari sisi pencegahan, kretin endemic dapat dicegah
dengan menggunakan yodium, dan jika hal ini dilakukan dengan adekuat maka
terjadinya kretin endemik ini dapat dicegah.
2.
Kretinisme Kongenital
Kretin
sporadik atau dikenal juga sebagai hipotiroid kongenital berbeda dengan kretin
endemik. Etiologi kretin sporadik bukan karena defisiensi yodium tetapi
kelenjar tiroid janin yang gagal dlam memproduksi hormon tiroid secara cukup
karena berbagai macam sebab.
Penyebab
terjadinya kretin sporadic atau hipotiroid congenital adalah kekurangan hormon
tiroid pada bayi baru lahir oleh karena kelainan pada kelenjar tiroid seperti
tidak adanya kelenjar tiroid (aplasia), kelainan stuktur kelenjar
(diplasia,hipoplasia), lokasi abnormal (kelenjar ektopik) atau ketidakmampuan
mensintesis hormon karena gangguan metabolik kelenjar tiroid
(dishormonogenesis). Kelainan tersebut dapat terjadi di kelenjar tiroid
sehingga disebut hipotiroid kongenital primer, dan jika terjadi di otak
(hipofisis atau hipotalamus) maka disebut hipotiroid sekunder atau tersier.
Kekurangan hormon tiroid juga dapat bersifat sementara (transient) seperti pada
keadaan difesiensi yodium, bayi prematur maupun penggunaan obat antitiroid yang
diminum ibu.
C.
MANIFESTASI KLINIS
1.
defisiensi
mental (IQ rendah)
2.
Tubuh
sangat pendek (cebol)
3.
lidah
membesar
4.
pematangan
tulang yang terlambat
5.
Wajah lebam
6.
Kulit kasar, kering dan pucat
7.
Rambut kepala kasar dan rapuh
8.
Penurunan
tonus otot
D.
PATOFISIOLOGI
Kretinisme lebih sering di akibatkan oleh
ketidak mengertian masyarakat akan pentingnya yodium, tetapi gangguan
pertumbuhan kelenjar tiroid secara kongenital juga merupakan faktor penyebab
dari kretinisme. Pada keadaan ini, produksi hormon tiroid seperti triiodotironi
(T3) dan tiroksin (T4) akan menurun sehingga produksi TSH meningkat (seperti
yang kita telah pelajari bahwa TSH di sekresikan untuk memnstimulasi
pengeluaran hormon tiroid dan hormon tiroid di jadikan sebagai faktor
penghambat sekresi TSH jika hormon tiroid sudah dalam batas normal).
Selanjutnya TSH merangsang sel-sel tiroidmenyekresi banyak sekali koloid
tiroglobulin ke dalam folikel, dan kelenjar tumbuh semakin besar. Tetapi oleh
arena yodiumnya kurang produksi T3 dan T4 tidak meningkat dalam molekul
tiroglobulin, ukuran folikel menjadi sangat besar, kelenjar tiroidnya dapat
membesar 10-20 kali ukuran normal.
Keadaan ini akan meyebabkan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein dalam tubuh terganggu, pada gangguan metabolisme
karbohidrat sebagai bahan bakar dari selruh sel, baik sel otak maupun sel-sel
tubuh, gangguan metabolisme pada sel otak dapat mengakibatkan penurunan fungsi
otak yang berlanjut kepada penurunan IQ sehingga sukar berkonsentrasi sampai
kehilangan kesadaran karenanya. Pada gangguan metabolisme pada sel tubuh timbul
kelelahan umum maka terjadi tremor mengakibatkan tonus otot.
E.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Laboratorium
Pemeriksaan
darah yang mengukur kadar hormon tiroid (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan dapat
mendiagnosis kondisi dan lokasi masalah kelenjar tiroid. Pemeriksaan untuk
mengetahui fungsi tiroid biasanya menunjukkan kadar T4 rendah dan TSH tinggi
Laboratorium
: Darah lengkap rutin, serologic urea dan elektrolit, calcium, fosfatase, T4
dan TSH, GH (growth Hormone)
2.
USG atau CT Scan
Tiroid
menunjukkan ada tidaknya goiter
3.
X – foto tengkorak
·
Menunjukkan kerusakan hipotalamus
atau hipofisis anterior
·
Bone Age (umur tulang)
·
Tengkorak kepala/ Sella Tursica.
·
Bila perlu CT scan (pemeriksaan
cranial maupun hipofisis) atau MRI
4.
Pemeriksaan fisik
·
Antropometri (TB, BB, Lingkaran
Kepala, Lingkaran dada, panjang lengan, panjang kaki)
·
Ukur TB dan BB ayah, ibu dan
saudara-saudaranya
·
Head to toe
·
Pemerisaan neurologis
·
Pemeriksaan pendengaran
·
Tes IQ menggunakan teori
perkembangan Denver
5.
Test HGH
6.
Rontgen untuk mengetahui:
·
Adanya penipisan tulang /
kemunduran kematangan sel.
·
Pemeriksaan adanya dislokasi
sendi.
·
Pemeriksaan keadaan jantung, hepar
dan ginjal untuk melihat adanya toksik
F.
PENATALAKSANAAN MEDIS
1.
Garam beryodium. Sesuai Kepres no 69, 13 Oktober
1994,mewajibkan semua garam yang dikonsumsi,baik manusia maupun hewan
,diperkaya dengan yodium sebanyak 30-80 ppm (Erna, 2004)
Anjuran
asupan yodium setiap hari di dalam makanan
a.
Dosis 50 µg/hari untuk kisaran
usia 0-12 Bulan.
b.
Dosis 90 µg/hari untuk kisaran
usia 1-6 tahun.
c.
Dosis 120 µg/hari untuk kisaran
usia 7-12 tahun.
d.
Dosis 150 µg/hari untuk kisaran
usia 12-Dewasa.
e.
Dosis 200 µg/hari untuk kisaran
Ibu hamil dan menyusui. (Arisman, 2004).
Kandungan
yodium dalam makanan
Tabel
Kandungan Yodium Dalam Makanan
Jenis makanan Keadaan segar(µ/gram) Keadaan
kering(µ/gram)
a.
Ikan air tawar 17 – 40 68 - 194
b.
Ikan air laut 163-3180 471-4591
c.
Kerang 308-1300 1292-4987
d.
Daging hewan 27-97 -
e.
Susu 35-56 -
f.
Telur (93) -
g.
Serealia biji 22-72 34-92
h.
Buah 0-29 62-277
i.
Tumbuhan polong 23-36 223-245
j.
Sayuran 12-201 204-1636 (Arisman, 2004)
2.
Suntikan minyak beryodium (Lipiodol)
3.
Kapsul minyak beryodium. (Arisman,2004).
Secara relatif, hanya makanan laut yang kaya akan
yodium : sekitar 100 μg/100 gr. PencEgahan dilaksanakan melalui pemberian garam
beryodium. Jika garam beryodium tidak tersedia, maka diberikan kapsul minyak
beryodium setiap 3, 6 atau 12 bulan, atau suntikan ke dalam otot setiap 2
tahun. (Arisman,2004).
Kapsul yodium adalah preparat minyak beryodium dengan
dosis tinggi dan tiap kapsul berisi 200 mg yodium dalam larutan minyak.
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN KRETINISME
- PENGKAJIAN
BIODATA
PASIEN
1. Nama :
Tn. Lionel
2. Umur :
23 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. No. Register :
-
5. Alamat :
-
6. Status Perkawinan : -
7. Keluarga Terdekat : -
8. Diagnosa Medis : -
ANAMNESE
A. Riwayat
keperawatan
1. Riwayat kesehatan sekarang :
a) Keluhan Utama :
Klien mengeluh tinggi badan tidak sesuai dengan teman-temannya, ibu klien
mengatakan jarang mengkonsumsi garam beryodium sewaktu hamil, klien mengeluh
mengalami masalah prestasi belajar dibawah nilai rata-rata.
b) Kronologis
keluhan : Pasien tidak mengerti kenapa ini terjadi
c) Faktor
pencetus : -
d) Timbulnya
keluhan : ( ) mendadak ( ) bertahap
e) Lamanya
: -
f) Upaya
mengatasi: -
2. Riwayat Kesehatan masa lalu
a) Riwayat
alergi (obat, makanan, binatang, lingkungan)
pasien tidak pernah mempunyai
riwayat alergi obat,makanan,binatang,dan
lingkungan.
b) Riwayat
kecelakaan
pasien tidak pernah mengalami
riwayat kecelakaan sebelumnya.
c) Riwayat
dirawat di Rumah Sakit (kapan, alasan, berapa lama)
pasien baru pertam kali dating
ke rumah sakit pada tanggal 06 maret 2013 dengan
keluhan tidak nafsu makan dan
suka sesak.
d) Riwayat
pemakaian obat
pasien tidak pernah memakai
obat dalam jangka waktu yang lama.
e). Riwayat penyakit.
Seperti adanya factor resiko
potensi penyakit yang lain, seperti tumor, kanker,
osteoporosis,
f). Riwayat trauma kepala.
Adakah penyakit atau trauma pada
kepala yang pernah diderita pasien, serta riwayat
adanya terkena radiasi
g).Sejak kapan keluhan dirasakan.
Dampak defisiensi GH mulai tampak
pada masa balita sedangkan defisiensi
gonadotropin nyata pada masa pra
remaj
h). Kaji adanya keluhan yang
terjadi sejak lahir.
Misalnya apakah orang tua pernah
membandingkan pertumbuhan fisik anaknya
dengan anak- anak sebayanya yang
normal.
i). Kaji TTV dasar.
Untuk
perbandingan dengan hasil pemeriksaan yang akan datang.
j). Kaji pertumbuhan klien.
Timbang dan
ukur BB, TB klien saat lahir serta bandingkan pertumbuhan tersebut
dengan
standar.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien tidak pernah ada
riwayat penyakit seperti ini sebelumnya
B. Pemeriksaan
Fisik Umum
1. Berat
badan : 50 kg
2. Tinggi
badan : 156cm
3. Tekanan
darah : 90/60
mmHg
4. Nadi : 64
x/menit
5. Frekuensi
nafas : 26 x/menit
6. Suhu
tubuh : 37,3 oC
C. Pemeriksaan Fisik
1. SISTEM INTEGUMENT
kulit dingin, pucat , kering, bersisik dan
menebal,pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal, rambut kering, kasar, rambut
rontok dan pertumbuhannya rontok.
2. SISTEM PULMONARY
hipoventilasi, pleural efusi, dispenia
3. SISTEM KARDIOVASKULAR
bradikardi, disritmia, pembesaran jantung,
toleransi terhadap aktifitas menurun, hipotensi.
4. SISTEM METABOLIK
penurunan metabolisme basal, penurunan suhu
tubuh, intoleransi terhadap dingin.
5. SISTEM MUSCULOSKELETAL
nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot yang
melambat.
6. SISTEM NEUROLOGI
fungsi intelektual yang lambat, berbicara
lambat dan terbata-bata, gangguan memori, perhatian kurang, bingung, hilang
pendengaran, penurunan refleks tendom. Tes IQ
menggunakan teori perkembangan Denver
7. SISTEM GASTROINTESTINAL
anoreksia, peningkatan berat badan, obstipasi,
distensi abdomen. Antropometri
(TB, BB, Lingkaran Kepala, Lingkaran dada, panjang lengan, panjang
kaki) Ukur TB dan BB ayah, ibu dan saudara-saudaranya
8. PSIKOLOGIS DAN EMOSIONAL
apatis, igitasi, depresi, paranoid, menarik diri/kurang percaya diri,
dan bahkan maniak.
- DATA FOKUS
Data subjektif
|
Data objektif
|
·
Klien mengeluh tinggi badan
tidak sesuai dengan teman-temannya
·
Ibu klien mengatakan jarang mengkonsumsi
garam beryodium sewaktu hamil
·
Klien mengatakan jika ia
mengalami masalah dalam prestasi belajar dibawah nilai rata-rata kelas
·
Ibu klien mengatakan tinggi badan sebelum memiliki masalah kesehatan
kekurangan hormon pertumbuhan= 169 cm
Data Subjektif tambahan:
·
Klien merasa postur tubuhnya
tidak proporsional
·
Ibu klien
bertanya-tanya tentang penyakit anaknya
·
Ibu klien
mengeluh anaknya tidak nafsu makan
·
Ibu klien mengeluh kecerdasan
anaknya menurun
·
Ibu klien mengatakan anaknya
sulit berkomunikasi dengan orang lain
·
Klien mengeluh rambut kasar dan
rontok saat disisir
·
Ibu klien mengatakan, anaknya
makan hanya 3-4 sendok
·
Ibu klien mengatakan dia tidak
mengerti dengan penyakiy yang diderita oleh anaknya
·
Ibu klien bertanya- tanya
tentang penyakitanaknya
|
·
Kadar T3 dan T4 dibawah normal
T3 =
0,4 mg/dl (0,6 – 1,85 mg/dl)
T4 = 4,6 mg/dl (4,8 –
12,0 mg/dl
TSH = 6,2 mg/dl (0,4 –
6,0 mg/dl)
·
Tinggi badan
saat mengalami masalah kesehatan kekurangan hormon pertumbuhan = 125 cm,
tinggi badan setelah melakukan terapi hormon tinggi badan menjadi 169 cm.
·
IQ dibawah
normal 80 (85 – 115)
Data
Objektif tambahan:
·
TTV
TD:
90/60 mmHg
HR:
64x/mnt
RR:
26x/mnt
T:
37,3C
·
Berat badan saat mengalami
kekurangan hormon adalah 25 kg
·
IMT dengan tinggi badan 125 cm
dan berat badan 25 kg, adalah 16 kg/m2
(20,1
– 25,0 kg/m2)
·
Ibu klien tampak bingung dan
cemas melihat kondisi kesehatan anaknya
·
Turgor kulit: kering dan
bersisik
·
Kuku rapuh
·
Susah konsentrasi
·
Disorientasi waktu dan tempat
·
Bicara terbata-bata
·
Intelektual rendah
·
Berbicara lambat
·
Rambut kepala kasar dan rapuh
·
Klien tampak gelisah
·
Mukosa bibir kering
·
Pasien kurang bersosialisasi
·
Pasien menarik diri dari
lingkungan
·
Kurangnya komunikasi dengan
keluarga
|
C. ANALISA DATA
Data Fokus
|
Problem
|
Etiologi
|
DS
tambahan:
·
Ibu klien mengeluh
anaknya tidak nafsu makan
·
Ibu klien mengatakan jarang
mengkonsumsi garam beryodium sewaktu hamil
·
Klien mengeluh rambut kasar dan
rontok saat disisir
·
Ibu klien mengatakan, anaknya
makan hanya 3-4 sendok
DO:
·
Kadar T3 dan T4 dibawah normal
T3 =
0,4 mg/dl (0,6 – 1,85 mg/dl)
T4 = 4,6 mg/dl (4,8 –
12,0 mg/dl
TSH = 6,2 mg/dl (0,4 –
6,0 mg/dl)
DO tambahan:
·
TTV
TD:
90/60 mmHg
HR:
64x/mnt
RR:
26x/mnt
T:
37,3C
·
Berat badan saat mengalami
kekurangan hormon adalah 25 kg
·
IMT dengan tinggi badan 125 cm
dan berat badan 25 kg, adalah 16 kg/m2
(20,1
– 25,0 kg/m2)
·
Turgor kulit: kering dan
bersisik
·
Kuku rapuh
·
Rambut kepala kasar dan rapuh
·
Mukosa bibir kering
|
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhn tubuh
|
Penurunan fungsi metabolisme
|
DS:
·
Klien mengatakan jika ia
mengalami masalah dalam prestasi belajar dibawah nilai rata-rata kelas
DS tambahan:
·
Ibu klien mengeluh kecerdasan
anaknya menurun
·
Ibu klien mengatakan anaknya
sulit berkomunikasi dengan orang lain
DO:
·
IQ dibawah
normal 80 (85 – 115)
·
Kadar T3 dan T4 dibawah normal
T3 =
0,4 mg/dl (0,6 – 1,85 mg/dl)
T4 = 4,6 mg/dl (4,8 –
12,0 mg/dl
TSH = 6,2 mg/dl (0,4 –
6,0 mg/dl)
DO
tambahan:
·
TTV
TD:
90/60 mmHg
HR:
64x/mnt
RR:
26x/mnt
T:
37,3C
·
Susah konsentrasi
·
Disorientasi waktu dan tempat
·
Bicara terbata-bata
·
Intelektual rendah
·
Berbicara lambat
|
Perubahan pola kognitif
|
Gangguan proses berfikir
|
DS:
·
Klien mengeluh tinggi badan
tidak sesuai dengan teman-temannya
·
Ibu klien mengatakan jarang
mengkonsumsi garam beryodium sewaktu hamil
·
Ibu klien mengatakan tinggi badan sebelum memiliki masalah kesehatan
kekurangan hormon pertumbuhan= 169 cm
DS tambahan:
·
Klien merasa postur tubuhnya
tidak proporsional
DO:
·
Kadar T3 dan T4 dibawah normal
T3 =
0,4 mg/dl (0,6 – 1,85 mg/dl)
T4 = 4,6 mg/dl (4,8 –
12,0 mg/dl
TSH = 6,2 mg/dl (0,4 –
6,0 mg/dl)
·
Tinggi badan
saat mengalami masalah kesehatan kekurangan hormon pertumbuhan = 125 cm,
tinggi badan setelah melakukan terapi hormon tinggi badan menjadi 169 cm.
DO tambahan:
·
TTV
TD:
90/60 mmHg
HR:
64x/mnt
RR:
26x/mnt
T: 37,3C
·
Berat badan saat mengalami
kekurangan hormon adalah 25 kg
·
IMT dengan tinggi badan 125 cm
dan berat badan 25 kg, adalah 16 kg/m2
(20,1
– 25,0 kg/m2)
·
Pasien kurang bersosialisasi
·
Pasien menarik diri dari
lingkungan
·
Kurangnya komunikasi dengan
keluarga
|
Gangguan citra diri
|
Perubahan penampilan
|
DS:
·
Ibu klien mengatakan jarang
mengkonsumsi garam beryodium sewaktu hamil
·
Ibu klien mengatakan dia tidak
mengerti dengan penyakiy yang diderita oleh anaknya
·
Ibu klien bertanya- tanya
tentang penyakitanaknya
DS tambahan:
·
Ibu klien
bertanya-tanya tentang penyakit anaknya
DO
tambahan:
·
Ibu klien tampak bingung dan
cemas melihat kondisi kesehatan anaknya
·
Klien tampak gelisah
|
Kurang pengetahuan
|
Kurangnya informasi tentang proses penyakit
|
D.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh bd penurunan fungsi metabolisme
2.
Perubahan pola kognitif bd
gangguan proses berfikir
3.
Gangguan citra diri bd perubahan
penampilan
4.
Kurang pengetahuan bd kurangnya
informasi tentang penyakit
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan dan criteria hasil
|
Intervensi Keperawatan
|
1.
|
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
penurunan fungsi metabolisme
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan terjadi
peningkatan nutrisi yang adekuat dengan kriteria hasil:
·
Berat
badan meningkat
·
Tekstur
kulit baik.
·
Klien
menghabiskan 1 porsi makananya.
·
Mukosa
bibir lembab
|
1. Observasi vital sign tiap 8 jam.
R/ mengetahui frekuensi
Suhu,Nadi dan tekanan Darah Klien
2. Observasi bising usus tiap pagi
R/Mengetahui Frekuensi
Bising usus
3. timbang berat badan tiap pagi.
R/Untuk mengetahui Berat
badan Klien
4. Anjurkan Klien untuk Diet tinggi kalori,
tinggi protein.
R/Memenuhi kecukupan nutrisi
yang tidak terpenuhi
5. Dorong peningkatan asupan cairan
Rasional/ Meminimalkan kehilangan
panas.
6. Kolaborasi pemberian Suplemen
vitamin B Compleks
R/ Meningkatkan nafsu makan
Klien.
|
2.
|
Perubahan pola kognitif bd gangguan
proses berfikir
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan terjadi
perubahan pola kognitif klien menjadi lebih optimal. Dengan kriteria hasil:
·
IQ dalam batas normal
·
Sudah bisa berkonsentrasi dengan
baik
·
Kecerdasan meningkat
·
Disorientasi waktu dan tempat berkurang
·
Sudah mulai berbicara
dengan lancar
|
1.
Observasi dan catat tanda
gangguan proses berfikir yang berat
R/: Tanda gangguan proses berfikir yang
berat seperti: Latergi, gangguan memori, tidak ada perhatian, kesulitan dalam
komunikasi.
2.
Orientasikan klien kembali
dengan lingkungannya baik terhadap orang, tempat dan waktu.
R/: Gejala-gejala berkurang dalam waktu
2 – 3 minggu pengobatan sehingga mengorientasikan kembali klien terhadap
lingkungan nyata sangat diperlukan.
3.
Beri dorongan pada keluarga agar
dapat menerima perubahan perilaku klien dan mengadaptasinya. Jelaskan pula
dengan pengobatan yang teratur gejala-gejala akan berkurang.
R/: Menciptakan pemahaman akan keadaan
penyakit yang terjadi dan memberikan informasi yang tepat agar dapat
menjelaskan pengobatan penjelasan secara rutin.
|
3.
|
Gangguan citra diri bd perubahan penampilan
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan citra diri pasien dalam keadaan normal dengan criteria
hasil:
|
1. Pantau
tingkat perubahan rentang harga diri rendah
R/:
Mengetahui kopping individu pasien
2. Pastikan
tujuan tindakan yang kita lakukan adalah realistis
R/:
Meningkatkan hubungan saling percaya dengan pasien
3. Sampaikan
hal-hal yang positif secara mutlak untuk klien, tingkatkan pemahaman tentang
penerimaan anda pada pasien sebagai seorang individu yang berharga.
R/:
Meningkatkan harga diri pasien
4. Diskusikan
masa depan klien, bantu klien dalam menetapkan tujuan-tujuan jangka pendek
dan panjang.
R/:
Membantu klien menentukan masa depan yang diinginkan
|
4.
|
Kurang pengetahuan bd kurangnya informasi tentang proses penyakit
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ibu klien
mengerti tentang penyakit anaknya. Dengan kriteria hasil:
|
1. Berikan informasi yang tepat
dengan keadaan individu
R/: Meningkatkan pengetahuan
pasien
2. Identifikasi sumber stress
dan diskusikan faktor pencetus krisis tiroid yang terjadi, seperti
orang/sosial, pekerjaan, infeksi, kehamilan
R/: Agar pasien bisa
menghindari sumber stress
3. Berikan informasi tentang
tanda dan gejala dari penyakit gondok serta penyebabnya
R/: Dapat mengidentifikasi
gejala awal dari gondok
4. Diskusikan mengenai terapi
obat-obatan termasuk juga ketaatan terhadap pengobatan dan tujuan terapi
serta efek samping obat tersebut
R/: Pasien bisa mengikuti
terapi yang disarankan
|
JURNAL
Terlampir
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kretinisme adalah
suatu kelainan pada hormonal pada anak-anak yang mengakibatkan kekurangannya
hormon tiroid. Klien pada kasus ini biasa ditandai dengan kelambatan
pertumbuhan fisik dan mental. Penyebab kretinisme ini bisa disebabkan karena
2 macam, yakni kretinisme endemik dan kretinisme konginetal. Penyakit
kretinisme ini bisa ditandai dengan ciri-ciri defisiensi mental (IQ rendah),
tubuh sangat pendek (cebol), lidah membesar, pematangan tulang yang terlambat,
wajah lebam, kulit kasar, kering, pucat, dan sebagainya. Dilihat dari
tanda-tanda kretinisme, perlu diadakannya pemeriksaan diagnostik seperti pemeriksaan
laboratorium, USG dan CT scan, X-foto tengkorak, pemeriksaan fisik, dan
rontgen. Penatalaksanaan medis yang dilakukan antara lain dengan memeberikan
garam beryodium juga memberikan kapsul minyak beryodium. Adapun asuhan
keperawatan yang kami buat, dan mengangkat diagnosa berdasarkan data-data dari
kasus yang ada.
B.
SARAN
Peran perawat dalam penanganan
kretinisme dan mencegah terjadinya kretinisme adalah dengan memberikan asuhan
keperawatan yang tepat. Asuhan keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan
untuk meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring
dengan kejadian kretinisme.
Disamping itu, penulis juga menyadari dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan oleh karena itu kritik dan saran yang membangun kami
harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca semua.
DAFTAR
PUSTAKA
Price, Sylvia A. dan
Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Granner,
D.K. 2003. Hormon Tiroid dalam: Biokimia
Harper. Edisi 25. Jakarta: EGC
Ganong,
W.F. 1995. Fisiologi Kedokteran.
Jakarta: EGC
Djokomoeljanto,
R. 2002. Spektrum Klinik Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium dari Gondok hingga Kretin Endemik. Jurnal GAKY Indonesia.
Vol.3, No. 1 Desember 2002.
Hartono,
B. 2003. Manifestasi Klinik Derajat Ringan dari Kretin Endemik. Jurnal GAKY
Indonesia. Vol. 4, No. 2. April 2003.
How to get to Caesars Palace in Tunica - DRMCD
BalasHapusDirections 군산 출장안마 to 상주 출장안마 Caesars Palace (Downtown Tunica) with public transportation. 순천 출장샵 The 상주 출장마사지 following transit 순천 출장안마 lines have routes that pass near Caesars