Sabtu, 19 Oktober 2013

Kretinisme



A.    DEFINISI
1.      Kretinisme adalah suatu kondisi akibat hipotiroidisme ekstrem yang di derita selama kehidupan janin, bayi, atau kanak-kanak, dan terutama di tandai dengan gagalnya pertumbuhan tubuh anak tersebut dan retardasi mental (guyton, 2007)
2.      Kretinisme adalah suatu kelainan hormonal pada anak-anak. Ini terjadi akibat kurangnya hormon tiroid. Penderita kelainan ini mengalami kelambatan dalam perkembangan fisik maupun mentalnya. Kretinisme dapat diderita sejak lahir atau pada awal masa kanak-kanak (Adrian, 2011).
3.      Kretinisme yaitu perawakan pendek akibat kurangnya hormon tiroid dalam tubuh (Qeeya, 2010). 
Jadi kesimpulannya menurut kelompok kami, Kretinisme adalah suatu kelainan pada hormonal pada anak-anak yang mengakibatkan kekurangannya hormon tiroid. Klien pada kasus ini biasa ditandai dengan kelambatan pertumbuhan fisik dan mental.
B.     ETIOLOGI
1.      Kretinisme Endemik
Istilah kretinisme mula-mula digunakan untuk bayi-bayi yang baru lahir pada daerah-daerah dengan asupan iodium yang rendah serta goiter endemik. Kretin endemik merupakan kelainan akibat kekurangan iodium yang berat pada saat masa fetal dan merupakan indikator klinik yang penting bagi gangguan akibat kekurangan iodium. Tanda-tanda klinis yang menonjol yaitu adanya retardasi mental, postur pendek, muka dan tangan tampak sembab dan seringkali tuli mutisme dan tanda-tanda kelainan neurologis.
Kretin endemik yang disebabkan kekurangan yodium menyangkut 3 hal yaitu epidimologis, klinis dan pencegahannya. Secara epidimologis kretin endemik selalu berhubungan dengan defisiensi yodium yang berat, dan secara klinis gejalanya disertai dengan defisiensi mental. Defisiensi mental meliputi gejala neurologis yang terdiri atas gangguan pendengaran dan bicara, gangguan berjalan dan sikap berdiri yang klinis; gejala yang menyolok lain adalah gangguan pertumbuhan (cebol) dan hipotiroidisme. Dari sisi pencegahan, kretin endemic dapat dicegah dengan menggunakan yodium, dan jika hal ini dilakukan dengan adekuat maka terjadinya kretin endemik ini dapat dicegah.
2.      Kretinisme Kongenital
Kretin sporadik atau dikenal juga sebagai hipotiroid kongenital berbeda dengan kretin endemik. Etiologi kretin sporadik bukan karena defisiensi yodium tetapi kelenjar tiroid janin yang gagal dlam memproduksi hormon tiroid secara cukup karena berbagai macam sebab.
Penyebab terjadinya kretin sporadic atau hipotiroid congenital adalah kekurangan hormon tiroid pada bayi baru lahir oleh karena kelainan pada kelenjar tiroid seperti tidak adanya kelenjar tiroid (aplasia), kelainan stuktur kelenjar (diplasia,hipoplasia), lokasi abnormal (kelenjar ektopik) atau ketidakmampuan mensintesis hormon karena gangguan metabolik kelenjar tiroid (dishormonogenesis). Kelainan tersebut dapat terjadi di kelenjar tiroid sehingga disebut hipotiroid kongenital primer, dan jika terjadi di otak (hipofisis atau hipotalamus) maka disebut hipotiroid sekunder atau tersier. Kekurangan hormon tiroid juga dapat bersifat sementara (transient) seperti pada keadaan difesiensi yodium, bayi prematur maupun penggunaan obat antitiroid yang diminum ibu.
C.     MANIFESTASI KLINIS
1.      defisiensi mental (IQ rendah)
2.      Tubuh sangat pendek (cebol)
3.      lidah membesar
4.      pematangan tulang yang terlambat
5.      Wajah lebam
6.      Kulit kasar, kering dan pucat
7.      Rambut kepala kasar dan rapuh
8.      Penurunan tonus otot
D.    PATOFISIOLOGI
Kretinisme lebih sering di akibatkan oleh ketidak mengertian masyarakat akan pentingnya yodium, tetapi gangguan pertumbuhan kelenjar tiroid secara kongenital juga merupakan faktor penyebab dari kretinisme. Pada keadaan ini, produksi hormon tiroid seperti triiodotironi (T3) dan tiroksin (T4) akan menurun sehingga produksi TSH meningkat (seperti yang kita telah pelajari bahwa TSH di sekresikan untuk memnstimulasi pengeluaran hormon tiroid dan hormon tiroid di jadikan sebagai faktor penghambat sekresi TSH jika hormon tiroid sudah dalam batas normal). Selanjutnya TSH merangsang sel-sel tiroidmenyekresi banyak sekali koloid tiroglobulin ke dalam folikel, dan kelenjar tumbuh semakin besar. Tetapi oleh arena yodiumnya kurang produksi T3 dan T4 tidak meningkat dalam molekul tiroglobulin, ukuran folikel menjadi sangat besar, kelenjar tiroidnya dapat membesar 10-20 kali ukuran normal.
Keadaan ini akan meyebabkan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein dalam tubuh terganggu, pada gangguan metabolisme karbohidrat sebagai bahan bakar dari selruh sel, baik sel otak maupun sel-sel tubuh, gangguan metabolisme pada sel otak dapat mengakibatkan penurunan fungsi otak yang berlanjut kepada penurunan IQ sehingga sukar berkonsentrasi sampai kehilangan kesadaran karenanya. Pada gangguan metabolisme pada sel tubuh timbul kelelahan umum maka terjadi tremor mengakibatkan tonus otot.

























































E.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Laboratorium
Pemeriksaan darah yang mengukur kadar hormon tiroid (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan dapat mendiagnosis kondisi dan lokasi masalah kelenjar tiroid. Pemeriksaan untuk mengetahui fungsi tiroid biasanya menunjukkan kadar T4 rendah dan TSH tinggi
Laboratorium : Darah lengkap rutin, serologic urea dan elektrolit, calcium, fosfatase, T4 dan TSH, GH (growth Hormone)
2.      USG atau CT Scan
Tiroid menunjukkan ada tidaknya goiter
3.      X – foto tengkorak 
·         Menunjukkan kerusakan hipotalamus atau hipofisis anterior
·         Bone Age (umur tulang)
·         Tengkorak kepala/ Sella Tursica.
·         Bila perlu CT scan (pemeriksaan cranial maupun hipofisis) atau MRI
4.      Pemeriksaan fisik
·         Antropometri (TB, BB, Lingkaran Kepala, Lingkaran dada, panjang lengan, panjang kaki)
·         Ukur TB dan BB ayah, ibu dan saudara-saudaranya
·         Head to toe
·         Pemerisaan neurologis
·         Pemeriksaan pendengaran
·         Tes IQ menggunakan teori perkembangan Denver
5.      Test HGH
6.      Rontgen untuk mengetahui:
·         Adanya penipisan tulang / kemunduran kematangan sel.
·         Pemeriksaan adanya dislokasi sendi.
·         Pemeriksaan keadaan jantung, hepar dan ginjal untuk melihat adanya toksik
F.      PENATALAKSANAAN MEDIS
1.      Garam beryodium. Sesuai Kepres no 69, 13 Oktober 1994,mewajibkan semua garam yang dikonsumsi,baik manusia maupun hewan ,diperkaya dengan yodium sebanyak 30-80 ppm (Erna, 2004)
Anjuran asupan yodium setiap hari di dalam makanan
a.       Dosis 50 µg/hari untuk kisaran usia 0-12 Bulan.
b.      Dosis 90 µg/hari untuk kisaran usia 1-6 tahun.
c.       Dosis 120 µg/hari untuk kisaran usia 7-12 tahun.
d.      Dosis 150 µg/hari untuk kisaran usia 12-Dewasa.
e.       Dosis 200 µg/hari untuk kisaran Ibu hamil dan menyusui. (Arisman, 2004).

Kandungan yodium dalam makanan
Tabel Kandungan Yodium Dalam Makanan
Jenis makanan Keadaan segar(µ/gram) Keadaan kering(µ/gram)
a.       Ikan air tawar 17 – 40  68 - 194
b.      Ikan air laut 163-3180  471-4591
c.       Kerang 308-1300  1292-4987
d.      Daging hewan 27-97 -
e.       Susu 35-56 -
f.       Telur (93) -
g.      Serealia biji 22-72   34-92
h.      Buah 0-29  62-277
i.        Tumbuhan polong 23-36   223-245
j.        Sayuran 12-201  204-1636 (Arisman, 2004)
2.      Suntikan minyak beryodium (Lipiodol)
3.      Kapsul minyak beryodium. (Arisman,2004).
Secara relatif, hanya makanan laut yang kaya akan yodium : sekitar 100 μg/100 gr. PencEgahan dilaksanakan melalui pemberian garam beryodium. Jika garam beryodium tidak tersedia, maka diberikan kapsul minyak beryodium setiap 3, 6 atau 12 bulan, atau suntikan ke dalam otot setiap 2 tahun. (Arisman,2004).
Kapsul yodium adalah preparat minyak beryodium dengan dosis tinggi dan tiap kapsul berisi 200 mg yodium dalam larutan minyak.






ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KRETINISME

  1. PENGKAJIAN

BIODATA PASIEN

1.    Nama                          : Tn. Lionel
2.    Umur                          : 23 tahun
3.    Jenis Kelamin             : Laki-laki
4.    No. Register               : -
5.    Alamat                        : -
6.    Status Perkawinan      : -
7.    Keluarga Terdekat      : -
8.    Diagnosa Medis          : -

ANAMNESE
A.   Riwayat keperawatan
       1.  Riwayat kesehatan sekarang :
            a) Keluhan Utama : Klien mengeluh tinggi badan tidak sesuai dengan teman-temannya, ibu klien mengatakan jarang mengkonsumsi garam beryodium sewaktu hamil, klien mengeluh mengalami masalah prestasi belajar dibawah nilai rata-rata.
            b)  Kronologis keluhan : Pasien tidak mengerti kenapa ini terjadi
            c)  Faktor pencetus : -
            d) Timbulnya keluhan : (     ) mendadak                     (      ) bertahap
            e)  Lamanya : -
            f)  Upaya mengatasi: -
       2.  Riwayat Kesehatan masa lalu
            a)  Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, lingkungan)
                 pasien tidak pernah mempunyai riwayat alergi obat,makanan,binatang,dan
                 lingkungan.
            b)  Riwayat kecelakaan
                 pasien tidak pernah mengalami riwayat kecelakaan sebelumnya.
            c)  Riwayat dirawat di Rumah Sakit (kapan, alasan, berapa lama)
                 pasien baru pertam kali dating ke rumah sakit pada tanggal 06 maret 2013 dengan
                 keluhan tidak nafsu makan dan suka sesak.
            d) Riwayat pemakaian obat
                 pasien tidak pernah memakai obat dalam jangka waktu yang lama.
e).  Riwayat penyakit.
Seperti adanya factor resiko potensi penyakit yang lain, seperti tumor, kanker,
osteoporosis,
f). Riwayat trauma kepala.
Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita pasien, serta riwayat
adanya terkena radiasi
g).Sejak kapan keluhan dirasakan.
Dampak defisiensi GH mulai tampak pada masa balita sedangkan defisiensi
gonadotropin nyata pada masa pra remaj
h). Kaji adanya keluhan yang terjadi sejak lahir.
Misalnya apakah orang tua pernah membandingkan pertumbuhan fisik anaknya
dengan anak- anak sebayanya yang normal.
i).  Kaji TTV dasar.
Untuk perbandingan dengan hasil pemeriksaan yang akan datang.
j).  Kaji pertumbuhan klien.
Timbang dan ukur BB, TB klien saat lahir serta bandingkan pertumbuhan tersebut
dengan standar.
    
       3.  Riwayat Kesehatan Keluarga
            Keluarga pasien tidak pernah ada riwayat penyakit seperti ini sebelumnya
B.   Pemeriksaan Fisik Umum

       1.  Berat badan                                   :    50 kg
       2.  Tinggi badan                                  :    156cm
       3.  Tekanan darah                               :    90/60  mmHg
       4.  Nadi                                               :    64  x/menit
       5.  Frekuensi nafas                              :    26 x/menit
       6.  Suhu tubuh                                    :    37,3 oC
C.   Pemeriksaan Fisik

1.      SISTEM INTEGUMENT
kulit dingin, pucat , kering, bersisik dan menebal,pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal, rambut kering, kasar, rambut rontok dan pertumbuhannya rontok.

2.      SISTEM PULMONARY
hipoventilasi, pleural efusi, dispenia
3.       SISTEM KARDIOVASKULAR
bradikardi, disritmia, pembesaran jantung, toleransi terhadap aktifitas menurun, hipotensi.
4.      SISTEM METABOLIK
penurunan metabolisme basal, penurunan suhu tubuh, intoleransi terhadap dingin.
5.       SISTEM MUSCULOSKELETAL
nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot yang melambat.
6.      SISTEM NEUROLOGI
fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan terbata-bata, gangguan memori, perhatian kurang, bingung, hilang pendengaran, penurunan refleks tendom. Tes IQ menggunakan teori perkembangan Denver
7.      SISTEM GASTROINTESTINAL
anoreksia, peningkatan berat badan, obstipasi, distensi abdomen. Antropometri (TB, BB, Lingkaran Kepala, Lingkaran dada, panjang lengan, panjang kaki)  Ukur TB dan BB ayah, ibu dan saudara-saudaranya
8.      PSIKOLOGIS DAN EMOSIONAL
   apatis, igitasi, depresi, paranoid, menarik diri/kurang percaya diri, dan bahkan maniak.








  1. DATA FOKUS

Data subjektif
Data objektif
·         Klien mengeluh tinggi badan tidak sesuai dengan teman-temannya
·         Ibu klien mengatakan jarang mengkonsumsi garam beryodium sewaktu hamil
·         Klien mengatakan jika ia mengalami masalah dalam prestasi belajar dibawah nilai rata-rata kelas
·         Ibu klien mengatakan tinggi badan sebelum memiliki masalah kesehatan kekurangan hormon pertumbuhan= 169 cm
Data Subjektif tambahan:
·         Klien merasa postur tubuhnya tidak proporsional
·         Ibu klien bertanya-tanya tentang penyakit anaknya
·         Ibu klien mengeluh anaknya tidak nafsu makan
·         Ibu klien mengeluh kecerdasan anaknya menurun
·         Ibu klien mengatakan anaknya sulit berkomunikasi dengan orang lain
·         Klien mengeluh rambut kasar dan rontok saat disisir
·         Ibu klien mengatakan, anaknya makan hanya 3-4 sendok
·         Ibu klien mengatakan dia tidak mengerti dengan penyakiy yang diderita oleh anaknya
·         Ibu klien bertanya- tanya tentang penyakitanaknya


·         Kadar T3 dan T4 dibawah normal
T3 = 0,4 mg/dl (0,6 – 1,85 mg/dl)
 T4 = 4,6 mg/dl (4,8 – 12,0 mg/dl
 TSH = 6,2 mg/dl (0,4 – 6,0 mg/dl)
·         Tinggi badan saat mengalami masalah kesehatan kekurangan hormon pertumbuhan = 125 cm, tinggi badan setelah melakukan terapi hormon tinggi badan menjadi 169 cm.
·         IQ dibawah normal 80 (85 – 115)
Data Objektif tambahan:
·         TTV
TD: 90/60 mmHg
HR: 64x/mnt
RR: 26x/mnt
T: 37,3C
·         Berat badan saat mengalami kekurangan hormon adalah 25 kg
·         IMT dengan tinggi badan 125 cm dan berat badan 25 kg, adalah 16 kg/m2
(20,1 – 25,0 kg/m2)
·         Ibu klien tampak bingung dan cemas melihat kondisi kesehatan anaknya
·         Turgor kulit: kering dan bersisik
·         Kuku rapuh
·         Susah konsentrasi
·         Disorientasi waktu dan tempat
·         Bicara terbata-bata
·         Intelektual rendah
·         Berbicara lambat
·         Rambut kepala kasar dan rapuh
·         Klien tampak gelisah
·         Mukosa bibir kering
·         Pasien kurang bersosialisasi
·         Pasien menarik diri dari lingkungan
·         Kurangnya komunikasi dengan keluarga

C. ANALISA DATA
Data Fokus
Problem
Etiologi
DS tambahan:
·         Ibu klien mengeluh anaknya tidak nafsu makan
·         Ibu klien mengatakan jarang mengkonsumsi garam beryodium sewaktu hamil
·         Klien mengeluh rambut kasar dan rontok saat disisir
·         Ibu klien mengatakan, anaknya makan hanya 3-4 sendok

DO:
·         Kadar T3 dan T4 dibawah normal
T3 = 0,4 mg/dl (0,6 – 1,85 mg/dl)
 T4 = 4,6 mg/dl (4,8 – 12,0 mg/dl
 TSH = 6,2 mg/dl (0,4 – 6,0 mg/dl)
DO tambahan:
·         TTV
TD: 90/60 mmHg
HR: 64x/mnt
RR: 26x/mnt
T: 37,3C
·         Berat badan saat mengalami kekurangan hormon adalah 25 kg
·         IMT dengan tinggi badan 125 cm dan berat badan 25 kg, adalah 16 kg/m2
(20,1 – 25,0 kg/m2)
·         Turgor kulit: kering dan bersisik
·         Kuku rapuh
·         Rambut kepala kasar dan rapuh
·         Mukosa bibir kering

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhn tubuh
Penurunan fungsi metabolisme
DS:
·         Klien mengatakan jika ia mengalami masalah dalam prestasi belajar dibawah nilai rata-rata kelas
DS tambahan:
·         Ibu klien mengeluh kecerdasan anaknya menurun
·         Ibu klien mengatakan anaknya sulit berkomunikasi dengan orang lain
DO:
·         IQ dibawah normal 80 (85 – 115)
·         Kadar T3 dan T4 dibawah normal
T3 = 0,4 mg/dl (0,6 – 1,85 mg/dl)
 T4 = 4,6 mg/dl (4,8 – 12,0 mg/dl
 TSH = 6,2 mg/dl (0,4 – 6,0 mg/dl)
DO tambahan:
·         TTV
TD: 90/60 mmHg
HR: 64x/mnt
RR: 26x/mnt
T: 37,3C
·         Susah konsentrasi
·         Disorientasi waktu dan tempat
·         Bicara terbata-bata
·         Intelektual rendah
·         Berbicara lambat

Perubahan pola kognitif
Gangguan proses berfikir
DS:
·         Klien mengeluh tinggi badan tidak sesuai dengan teman-temannya
·         Ibu klien mengatakan jarang mengkonsumsi garam beryodium sewaktu hamil
·         Ibu klien mengatakan tinggi badan sebelum memiliki masalah kesehatan kekurangan hormon pertumbuhan= 169 cm
DS tambahan:
·         Klien merasa postur tubuhnya tidak proporsional

DO:
·         Kadar T3 dan T4 dibawah normal
T3 = 0,4 mg/dl (0,6 – 1,85 mg/dl)
 T4 = 4,6 mg/dl (4,8 – 12,0 mg/dl
 TSH = 6,2 mg/dl (0,4 – 6,0 mg/dl)
·         Tinggi badan saat mengalami masalah kesehatan kekurangan hormon pertumbuhan = 125 cm, tinggi badan setelah melakukan terapi hormon tinggi badan menjadi 169 cm.
DO tambahan:
·         TTV
TD: 90/60 mmHg
HR: 64x/mnt
RR: 26x/mnt
T: 37,3C
·         Berat badan saat mengalami kekurangan hormon adalah 25 kg
·         IMT dengan tinggi badan 125 cm dan berat badan 25 kg, adalah 16 kg/m2
(20,1 – 25,0 kg/m2)
·         Pasien kurang bersosialisasi
·         Pasien menarik diri dari lingkungan
·         Kurangnya komunikasi dengan keluarga

 Gangguan citra diri
Perubahan penampilan
DS:
·         Ibu klien mengatakan jarang mengkonsumsi garam beryodium sewaktu hamil
·         Ibu klien mengatakan dia tidak mengerti dengan penyakiy yang diderita oleh anaknya
·         Ibu klien bertanya- tanya tentang penyakitanaknya
DS tambahan:
·         Ibu klien bertanya-tanya tentang penyakit anaknya

DO tambahan:
·         Ibu klien tampak bingung dan cemas melihat kondisi kesehatan anaknya
·         Klien tampak gelisah

Kurang pengetahuan
Kurangnya informasi tentang proses penyakit

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd penurunan fungsi metabolisme
2.      Perubahan pola kognitif bd gangguan proses berfikir
3.      Gangguan citra diri bd perubahan penampilan
4.      Kurang pengetahuan bd kurangnya informasi tentang penyakit






E. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan criteria hasil
Intervensi Keperawatan
1.
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan fungsi metabolisme

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan terjadi peningkatan nutrisi yang adekuat dengan kriteria hasil:
·         Berat badan meningkat
·         Tekstur kulit baik.
·         Klien menghabiskan 1 porsi makananya.
·         Mukosa bibir lembab


1.      Observasi vital sign tiap 8 jam.
R/ mengetahui frekuensi Suhu,Nadi dan tekanan Darah Klien
2.      Observasi  bising usus tiap pagi
R/Mengetahui Frekuensi Bising usus
3.       timbang berat badan tiap pagi.
R/Untuk mengetahui Berat badan Klien
4.      Anjurkan Klien untuk Diet tinggi kalori, tinggi protein.
R/Memenuhi kecukupan nutrisi yang tidak terpenuhi
5.      Dorong peningkatan asupan cairan
Rasional/ Meminimalkan kehilangan panas.
6.      Kolaborasi pemberian  Suplemen vitamin B Compleks
R/ Meningkatkan nafsu makan Klien.


2.
Perubahan pola kognitif bd gangguan proses berfikir
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan terjadi perubahan pola kognitif klien menjadi lebih optimal. Dengan kriteria hasil:
·         IQ dalam batas normal
·         Sudah bisa berkonsentrasi dengan baik
·         Kecerdasan meningkat
·         Disorientasi waktu dan tempat berkurang
·         Sudah mulai berbicara dengan  lancar
1.      Observasi dan catat tanda gangguan proses berfikir yang berat
R/: Tanda gangguan proses berfikir yang berat seperti: Latergi, gangguan memori, tidak ada perhatian, kesulitan dalam komunikasi.
2.      Orientasikan klien kembali dengan lingkungannya baik terhadap orang, tempat dan waktu.
R/: Gejala-gejala berkurang dalam waktu 2 – 3 minggu pengobatan sehingga mengorientasikan kembali klien terhadap lingkungan nyata sangat diperlukan.
3.      Beri dorongan pada keluarga agar dapat menerima perubahan perilaku klien dan mengadaptasinya. Jelaskan pula dengan pengobatan yang teratur gejala-gejala akan berkurang.
R/: Menciptakan pemahaman akan keadaan penyakit yang terjadi dan memberikan informasi yang tepat agar dapat menjelaskan pengobatan penjelasan secara rutin.
3.
Gangguan citra diri bd perubahan penampilan
 Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan citra diri pasien dalam keadaan normal dengan criteria hasil:
  • Pasien menunjukkan Penerimaan diri secara verbal
  • Melakukan perilaku yang dapat meningkatkan rasa percaya diri
  • Komunikasi dengan keluarga terjalin
  • Klien mampu bersosialisasi
  • Klien dapat berinteraksi dengan lingkungan
1.      Pantau tingkat perubahan rentang harga diri rendah
R/: Mengetahui kopping individu pasien
2.      Pastikan tujuan tindakan yang kita lakukan adalah realistis
R/: Meningkatkan hubungan saling percaya dengan pasien
3.      Sampaikan hal-hal yang positif secara mutlak untuk klien, tingkatkan pemahaman tentang penerimaan anda pada pasien sebagai seorang individu yang berharga.
R/: Meningkatkan harga diri pasien
4.      Diskusikan masa depan klien, bantu klien dalam menetapkan tujuan-tujuan jangka pendek dan panjang.
R/: Membantu klien menentukan masa depan yang diinginkan


4.
Kurang pengetahuan bd kurangnya informasi tentang proses penyakit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ibu klien mengerti tentang penyakit anaknya. Dengan kriteria hasil:
  • Ibu klien tidak bertanya-tanya lagi tentang penyakit anaknya
  • Ibu klien sudah tidak tampak cemas lagi dan terlihat tenang
  • Klien sudah tidak tampak gelisah
1.      Berikan informasi yang tepat dengan keadaan individu
R/: Meningkatkan pengetahuan pasien
2.      Identifikasi sumber stress dan diskusikan faktor pencetus krisis tiroid yang terjadi, seperti orang/sosial, pekerjaan, infeksi, kehamilan
R/: Agar pasien bisa menghindari sumber stress
3.      Berikan informasi tentang tanda dan gejala dari penyakit gondok serta penyebabnya
R/: Dapat mengidentifikasi gejala awal dari gondok
4.      Diskusikan mengenai terapi obat-obatan termasuk juga ketaatan terhadap pengobatan dan tujuan terapi serta efek samping obat tersebut
R/: Pasien bisa mengikuti terapi yang disarankan























JURNAL
Terlampir





















BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Kretinisme adalah suatu kelainan pada hormonal pada anak-anak yang mengakibatkan kekurangannya hormon tiroid. Klien pada kasus ini biasa ditandai dengan kelambatan pertumbuhan fisik dan mental. Penyebab kretinisme ini bisa disebabkan karena 2 macam, yakni kretinisme endemik dan kretinisme konginetal. Penyakit kretinisme ini bisa ditandai dengan ciri-ciri defisiensi mental (IQ rendah), tubuh sangat pendek (cebol), lidah membesar, pematangan tulang yang terlambat, wajah lebam, kulit kasar, kering, pucat, dan sebagainya. Dilihat dari tanda-tanda kretinisme, perlu diadakannya pemeriksaan diagnostik seperti pemeriksaan laboratorium, USG dan CT scan, X-foto tengkorak, pemeriksaan fisik, dan rontgen. Penatalaksanaan medis yang dilakukan antara lain dengan memeberikan garam beryodium juga memberikan kapsul minyak beryodium. Adapun asuhan keperawatan yang kami buat, dan mengangkat diagnosa berdasarkan data-data dari kasus yang ada.
B.     SARAN
Peran perawat dalam penanganan kretinisme dan mencegah terjadinya kretinisme adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring dengan kejadian kretinisme.
Disamping itu, penulis juga menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan oleh karena itu kritik dan saran yang membangun kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca semua.







DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Granner, D.K. 2003. Hormon Tiroid dalam: Biokimia Harper. Edisi 25. Jakarta: EGC
Ganong, W.F. 1995. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Djokomoeljanto, R. 2002. Spektrum Klinik Gangguan Akibat Kekurangan Yodium dari Gondok hingga Kretin Endemik. Jurnal GAKY Indonesia. Vol.3, No. 1 Desember 2002.
Hartono, B. 2003. Manifestasi Klinik Derajat Ringan dari Kretin Endemik. Jurnal GAKY Indonesia. Vol. 4, No. 2. April 2003.



1 komentar:

  1. How to get to Caesars Palace in Tunica - DRMCD
    Directions 군산 출장안마 to 상주 출장안마 Caesars Palace (Downtown Tunica) with public transportation. 순천 출장샵 The 상주 출장마사지 following transit 순천 출장안마 lines have routes that pass near Caesars

    BalasHapus