BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Lebih dari
156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira- kira setengah dari jumlah
tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien
dapat diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka
kelangsungan hidup di bawah lima tahun adalah 40% sampai 50%, terutama karena
terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang asimtomatis
dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka
menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rektal.
Penyebab
nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor resiko telah
teridentifikasi, termasuk riwayat atau riwayat kanker kolon atau polip dalam
keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak, protein
dan daging serta
rendah serat.
B.
Tujuan Penulisan
Tujuan Umum :
Mahasiswa dapat menyelesaikan
tugas Blok Sistem Pencernaan
Tujuan Khusus :
1. Mahasiswa dapat menjelaskan dan mengerti pengertian
cancer colon
2. Mahasiswa mengetahui etiologi atau
penyebab cancer colon
3. Mahasiswa bisa menjelaskan patofisiologi ,manifestasi
klinis serta komplikasi dari cancer colon
4. Mahasiswa dapat menjelaskan pemeriksaan
yang dilakukan serta penatalaksanaan dari cancer colon
5. Mahasiswa mampu memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien cancer colon
C.
Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan yang terdiri
atas latar belakang, tujuan penulisan serta sistematika
Bab II Anatomi fisiologi colon yang
terdiri atas anatomi colon dan fungsi colon
Bab III Teori
cancer colon yang terdiri atas definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi
klinis, patofisiologi, pemeriksaan
diagnostik,penatalaksanaan serta asuhan keperawatan
Bab IV Penutup
yang terdiri atas kesimpulan dan saran
Data makalah ini diambil dari reverensi buku yang
terkait dengan sistem pencernaan atau hati serta dari media informasi seperti
internet, majalah,dan lainnya.
BAB II
ANATOMI FISIOLOGI COLON
A.
Anatomi
Usus besar atau Kolon
memiliki panjang ±1-1,5m terdapat penyempitan (lipatan-lipatan ke dalam) dan
diantaranya terdapat tonjolan (lipatan-lipatan dan bergelembung). Pada pertemuan
usus halus dan usus besar terdapat suatu penyempitan yang disebut klep
ileosekum sehingga makanan tidak dapat kembali ke usus halus.
Reflex
gastrokolik terjadi ketika makanan masuk lambung dan menimbulkan peristaltic
didalam usus besar. Reflex ini menyebabkan defekasi / pembuangan air besar.
Terdapat apendiks vermiformis atau umbai cacing. Apendiks juga terdiri atas
keempat lapisan dinding yang sama seperti usus lainnya, hanya lapisan
submukosa-nya berisi sejumlah besar jaringan limfe, yang dianggap mempunyai
fungsi serupa dengan tonsil. Sebagian terletak dibawah sekum dan sebagian
dibelakang sekum atau disebut retrosekum.
Sekum terletak
di derah iliaka kanan dan menempel pada otot iliopsoas. Disini kolon naik
melalui daerah sebelah kanan lumbal dan disebut kolon asendens. Dibawah hati
berbelok pada tempat yang disebut fleksura hepatica, lalu berjalan melalui tepi
daerah epigastrik dan umbilical sebagai kolon transverses. Dibawah limpa
membelok sebagai fleksura sinistra/fleksura lienalis dan kemudian berjalan
melalui daerah kanan lumbal sebagai kolon desendens. Didaerah kanan iliaka
terdapat belokan yang disebut fleksura sigmoid dan dibentuk kolon
sigmiodeus/kolon pelvis, dan kemudian masuk pelvis besar dan menjadi rectum.
Rectum 10cm terbawah dari kolon, dimulai pada kolon sigmoideus dan berakhir
pada saluran anal yang ±3cm panjangnya. Saluran ini berakhir ke dalam anus yang
dijaga otot internal dan eksternal.
Struktur
Kolon terdiri atas keempat lapisan dinding
yang sama seperti usus halus. Serabut longitudinal pada dinding berotot
tersusun dalam tiga jalur yang memberi rupa berkerut-kerut dan
berlubang-lubang. Dinding mukosa lebih halus daripada yang ada pada usus halus,
dan tidak memiliki vili. Didalamnya terdapat kelenjar serupa kelenjar tubuler
dalam usus halus dan dilapisi epithelium silinder yang memuat sel cangkir.
Struktur rectum serupa dengan kolon, tetapi dinding yang berotot lebih tebal
dan membrane mukosanya memuat lipatan-lipatan membujur yang disebut kolumna
Morgani. Semua ini menyambung ke dalam saluran anus. Sel yang melapisi saluran
anus berubah sifatnya; epithelium bergaris menggantikan sel-sel silinder.
Sfingter eksterna menjaga saluran anus dan orifisium supaya tertutup.
B. Fungsi
Fungsi Usus Besar:
(1) Absorpsi air, garam dan glukosa
(2) Sekresi musin oleh kelenjar didalam lapisan
dalam
(3) Penyiapan selulosa yang berupa hidrat karbon
didalam tumbuh-tumbuhan, buah-buahan dan sayuran hijau, dan penyiapan sisa
protein yang belum dicernakan oleh kerja bakteri guna eksresi.
(4) Defekasi (pembuangan air besar)
Rectum
biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang mempunyai kebiasan
teratur akan merasa kebutuhan membuang air besar pada kira-kira waktu yang
sama. Hal ini disebabkan reflex gastrokolik yang biasanya bekerja sesudah makan
pagi. Setelah makanan ini mencapai lambung dan setelah pencernaan dimulai,
peristaltic didalam usus terangsang, merambat ke kolon dan sisa makanan dari
hari sebelumnya akan mencapai sekum dan mulai bergerak. Isi kolon pelvis masuk
ke dalam rectum; sentral peristaltic keras terjadi didalam kolon dan terjadi
perasaan di daerah perineum. Tekanan intra-abdominal bertambah dengan penutupan
glottis dan kontraksi diafragma dan otot abdominal; sfingter anus mengendor dan
kerjanya berakhir.
Susunan
feses. Feses berisi sangat banyak bakteri, kebanyakan mati, lepasan epithelium
dari usus, jumlah kecil zat nitrogen, terutama musin; juga garam, terutama
kalsium fosfat, sedikit zat besi, selulosa, sisa zat makanan lain yang tidak
tercerna dan air.
BAB III
CANCER COLON
A. Definisi
Tumor adalah suatu
benjolan atau struktur
yang menempati area tertentu
pada tubuh, dan merupakan neoplasma yang
dapat bersifat jinak
atau ganas (FKUI,
2008 : 268).
Kanker adalah
sebuah penyakit yang
ditandai dengan pembagian sel
yang tidak teratur
dan kemampuan sel-sel
ini untuk menyerang jaringan
biologis lainnya, baik
dengan pertumbuhan langsung di
jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan
migrasi sel ke
tempat yang jauh
(metastasis). Pertumbuhan
yang tidak teratur
ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan
mutasi di gen
vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya
(Gale, 2000 : 177).
Kanker kolon
adalah suatu bentuk
keganasan dari masa abnormal/neoplasma yang
muncul dari jaringan
epithelial dari colon (Brooker,
2001 : 72).
Kanker kolon/usus
besar adalah tumbuhnya
sel kanker yang ganas di
dalam permukaan usus besar atau rektum
(Boyle & Langman, 2000 : 805).
Kanker kolon
adalah pertumbuhan sel yang bersifat
ganas yang tumbuh pada kolon
dan menginvasi jaringan
sekitarnya (Tambayong, 2000 : 143).
Dari beberapa pengertian
diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kanker
kolon adalah suatu
pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan
jaringan sehat disekitar kolon (usus besar).(Kelompok)
B. Etiologi
Terdapat empat etiologi utama
kanker (Davey, 2006 : 334) yaitu:
1. Diet : kebiasaan mengkonsumsi makanan yang
rendah serat (sayur-sayuran, buah-buahan), kebiasaan makan makanan berlemak
tinggi dan sumber protein hewani.
2. Kelainan kolon
• Adenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi
adenokarsinoma.
• Familial poliposis : polip di usus mengalami
degenerasi maligna menjadi karsinoma.
• Kondisi ulserative Penderita
colitis ulserativa menahun mempunyai risiko terkena karsinoma kolon.
3. Genetik: Anak yang berasal dari orangtua yang
menderita karsinoma kolon mempunyai frekuensi 3 ½ kali lebih banyak daripada
anak – anak yang orang tuanya sehat (FKUI, 2001 :207).
Penyebab
dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan waktu peredaran
pada usus besar (Aliran depan feces) yang meliputi faktor kausatif. Petunjuk
pencegahan yang tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer Society, The National
Cancer Institute, dan organisasi kanker lainnya.
Faktor resiko telah teridentifikasi.
Faktor resiko untuk kanker kolon :
- Usia lebih dari 40 tahun
- Darah dalam feses
- Riwayat polip rektal atau
polip kolon
- Adanya polip adematosa atau
adenoma villus
- Riwayat keluarga dengan
kanker kolon atau poliposis dalam keluarga
- Riwayat penyakit usus
inflamasi kronis
- Diit tinggi lemak, protein,
daging dan rendah serat.
Makanan
yang tinggi lemak terutama lemak hewan dari daging merah,menyebabkan sekresi
asam dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya kanker didalam usus besar.
Daging yang di goreng dan di panggang juga dapat berisi zat-zat kimia yang
menyebabkan kanker. Diet dengan karbohidrat murni yang mengandung serat dalam
jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran dalam usus besar. Beberapa
kelompok menyarankan diet yang mengadung sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran
dan buah-buahan ( e.g Mormons,seventh Day Adventists ).
Makanan yang harus dihindari :
- Daging
merah
- Lemak hewan
- Makanan berlemak
- Daging dan ikan goreng atau panggang
- Karbohidrat yang disaring(example:sari yang
disaring)
- Makanan yang harus dikonsumsi:
- Buah-buahan
dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan kubis (
seperti brokoli,brussels sprouts )
- Butir
padi yang utuh
- Cairan yang cukup terutama air
Karena
sebagian besar tumor Colon menghasilkan adenoma,faktor utama yang membahayakan
terhadap kanker Colon menyebabkan adenoma. Ada tiga type adenoma Colon :
tubular,villous dan tubulo villous (akan di bahas pada polips). Meskipun hampir
besar kanker Colon berasal dari adenoma,hanya 5% dari semua adenoma Colon
menjadi manigna,villous adenoma mempunyai potensial tinggi untuk menjadi
manigna.
Faktor
yang menyebabkan adanya adenoma benigna atau manigna tumor tidak diketahui
poliposis yang bergerombol bersifat herediter yang tersebar pada gen autosom
dominan. Ini di karakteristikkan pada permulaan adematus polip pada colon dan
rektum. Resiko dari kanker pada tempat femiliar poliposis mendekati 100 % dari
orang yang berusia 20 – 30 tahun.
Orang-orang
yang telah mempunyai ucerative colitis atau penyakit Crohn’s juga mempunyai
resiko terhadap kanker Colon. Penambahan resiko pada permulaan usia muda
dan tingkat yang lebih tinggi terhadap
keterlibatan colon. Resiko dari kanker Colon akan menjadi 2/3 kali lebih besar
jika anggota keluarga menderita penyakit tersebut.
C. Klasifikasi
Klasifikasi
kanker kolon berdasarkan metastasis menurut modifikasi
DUKES adalah sebagai berikut (FKUI, 2001 : 209) :
KELAS A :
kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis.
KELAS B :
penetrasi melalui dinding usus
B1 : kanker telah menginfiltrasi lapisan
muskularis mukosa.
B2 : kanker telah menembus lapisan muskularis
sampai lapisan propria.
KELAS C : invasi ke dalam sistem limfe yang
mengalir regional
C1 : kanker telah mengadakan metastasis ke
kelenjar getah bening sebanyak satu sampai empat buah.
C2 : kanker telah mengadakan metastasis ke
kelenjar getah bening lebih dari 5 buah.
KELAS D :
kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas
& tidak dapat dioperasi lagi.
Klasifikai kanker kolon dapat ditentukan dengan sistem TNM (T = tumor, N =
kelenjar getah bening regional, M =jarak metastese) :
T = Tumor
T
T0
T1
T2
T3
|
Tumor primer
Tidak ada
tumor
Invasi hingga
mukosa atau sub mukosa
Invasi ke
dinding otot
Tumor menembus dinding otot
|
N = Kelenjar getah bening regional
N
N0
N1
N2
N3
|
Kelenjar limfa
Tidak
ada metastase
Metastasis ke kelenjar regional unilateral
Metastasis ke kelenjar regional bilateral
Metastasis multipel ekstensif ke kelenjar regional
|
M = Jarak Metastase
M
M0
M1
|
Metastasis jauh
Tidak ada metastasis jauh Ada Metastasis jauh
|
Kanker usus besar di klasifikasikan menjadi 3 kelompok :
1. Tipe menonjol
Semua
tumor yang massa utamanya menonjol ke dalam lumen usus termasuk tipe ini. Tumor tampak nodular,
polipoid, seperti kembang kola tai fungoid. Massa tumor besar, permukaan mudah
mengalami perdarahan, infeksi, dan nekrosis. Umumnya terjadi di belahan kanan
kolon. Sifat invasi rendah, prognosis agak baik.
2. Tipe ulseratif
Setiap
tumor dengan permukaan memiliki tukak jelas yang agak dalam (kedalamannya
biasanya mencapai atau melebihi tunika muskularis) termasuk tipe ini.tipe
ulseratif paling sering di jumpai, menempati lebih dari separuh kanker besar.
Karakteristiknya adalah pada massa terdapat tukak yang agak dalam, bentuk luar
mirip kawah gunung berapi, tepinya menonjol dank eras, dasarnya tidak rata,
nekrosis, derajad keganasan tinggi, metastasis limfogen lebih awal.
3. Tipe infiltrative
Tumor
menginfiltrasi tiap lapisan dinding usus secara difus, sehingga dinding usus
setempat menebal, tapi tampak dari luar seringkali tidak jelas terdapat tukak
atau tonjolan. Tumor seringkali mengenai sekeliling saliran usus, disertai
hyperplasia abnormal jaringan ikat, lingkaran usus jelas menyusut, membentuk
konstriksi anular, dipermukaan serosa setempat sering tampak cincin konstriksi
akibat traksi jaringan ikat. Oleh karena itu mudah terjadi ileus, timbul diare
dan obstipasi silih berganti. Tipe ini sering ditemukan pada kolon sigmoid dan
bagian atas rectum, derajad keganasan tinggi, metastasis lebih awal.
D. Patofisiologi
Penyebab
kanker kolon belum diketahui, tetapi adapun faktor risiko yaitu Kanker Payudara, rahim, atau ovarium sekarang atau di masa lalu,
obesitas, Konsumsi
makanan yang rendah serat, banyak lemak dan protein 95 % terutama adenokarsinoma (muncul dari lapisan
epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan
menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur sekitarnya.
Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang
lain (paling sering ke hati).
Pertumbuhan
kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan
obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker
dapat menyebabkan perforasi relatif baik bila lesi terbatas pada mukosa dan
submukosa pada saat reseksi dila kukan, dan jauh lebih jelek bila terjadi
metastase ke kelenjar limfe. Kompresi saraf dangkal menyebabkan nyeri.
Kanker kolon dapat menyebar
melalui beberapa cara yaitu :
1. Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke
dalam kandung kemih
2. Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon
3. Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan
darah ke system portal
4. Penyebaran secara transperitoneal
5. Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen
atau lokasi drain. Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi
penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta
perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta
timbulnya metastase pada jaringan lain (Gale, 2000 : 177).
Pada
intervensi bedah dan radioterapi dapat menyebabkan respon psikologis kecemasan.
Intervensi bedah dapat menyebabkan luka dan kerusakan jaringan pasca bedah yang
dapat menyebabkan infeksi.
E. Tanda dan Gejala
Gejala sangat ditentukan dengan oleh lokasi kanker,
tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker belokasi. Gejala yang umum
terjadi:
·
Adanya perubahan dalam defekasi
·
Darah pada feses
·
Konstipasi (suatu kondisi dimana seseorang tidak dapat buang air besar)
·
Perubahan dalam penampilan feses
·
Tenesmus (perasaan konstan kebutuhan untuk mengosongkan usus, disertai rasa sakit,
kram, dan spontan upaya tegang)
·
Anemia
·
Perdarahan rektal
Kanker colon kanan:
Dimana isi kolon berupa cairan, cenderung tetap
tersamar hingga stadium lanjut.sedikit kecenderungan mengalami obstruksi,
karena lumen usus lebih besar dan feses masih encer. Anemia akibat perdarahan
sering terjadi, dan darah bersifat samar dan hanya dapat dideteksi dengan tes
Guaiak (suatu tes sederhana yang dapat dilakukan di klinik), mukus jarang
terlihat karena tercampur feses. Pada orang yang kurus, kanker kolon kanan
mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium awal. Penderita mungkin
mengalami perasaan tidak enak pada abdomen, dan kadang-kadang pada epigastrium.
Kanker kolon kiri:
Cenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai
akibat iritasi dan respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan kembung sering
terjadi. Karena lesi kolon kiri cenderung melingkar, sering timbul gangguan
obstruksi. Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita. Baik mucus maupun
darah segar sering terlihat pada feses. Dapat terjadi anemia akibat kehilangan
darah kronik. Pertumbuhan pada sigmoid atau rektum dapat mengenai radiks saraf,
pembuluh limfe atau vena, menimbulkan gejala-gejala pada tungkai atau perineum.
Hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih
dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat-alat tersebut. Gejala yang
mungkin dapat timbul pada lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap
setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.
Tabel Perbedaan manifestasi
klinis dari kolon kanan dan kolon kiri
Kolon
kanan
|
Kolon kiri
|
Pasokan
darah: a. mesenterika superior, v. mesenterika superior.
Balikan
vena: vena porta hati kanan
|
Pasokan
darah: a. mesenterika inferior, v. mesenterika inferior
Balikan
vena: v. lienalisàvena porta hati kiri
|
Besar
|
Kecil
|
Cair
seperti bubur
|
Berbentuk
kering, padat
|
Terutama
absorbsi air, elektrolit
|
Storasi
feses, defekasi
|
Umumnya
berbentuk benjolan, sering ulserasi luas, berdarah, infeksi
|
Umumnya
tipe infiltrative, mudah ileus
|
Massa
abdominal, sistemik, perut kembung, nyeri samar dan gejala tak khas
|
Ileus
(obstruksi pada usus), hematokezia (perdarahan yang keluar dari anus dengan
warna merah segar), iritasi usus
|
F. Pemeriksaan Diagnostik
a)
Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi perlu
dilakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.
b)
Radiologis
Pemeriksan
radiologis yang dapat dilakukan antara lain adalah foto dada dan
foto kolon (barium enema). Foto dada dilakukan untuk melihat apakah ada metastasis kanker keparu.
c)
Ultrasonografi (USG):
Sulit
dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk melihat ada
tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati.
d)
Histopatologi:
Biopsy digunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar
histopatologis karsinoma kolon adalah adenokarsinoma danperlu ditentukan
diferensiansi sel.
e)
Laboratorium: Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinanpasien mengalami perdarahan (FKUI, 2001 : 210).
G. Penatalaksanaan
Bila sudah pasti karsinoma
kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah sebagai berikut ;
a. Pembedahan
(operasi)
Operasi
adalah penanganan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang diketahui
lebih awal dan masih belum metastasis , tetapi tidak menjamin semua sel
kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga menghilangkan
sebagian besar jaringan sehat yang mengelilingi sekitar kanker. Satu-satunya
pengobatan definitive adalah pembedahan reseksi dan biasanya diambil sebanyak
mungkin dari kolon, batas minimal adalah 5cm di sebelah distal dan proksimal
dan tempat kanker. Untuk kanker di sekum dan kolon asenden biasanya dilakukan
hemikolektomi kanan dan dibuat anastomosis ileo-transversal untuk kanker di
kolon transversal dan di pleksura lienalis, dilakukan kolektomi subtotal dan
dibuat anastomosis ileosigmoidektomi. Pada kanker di kolon desendens dan
sigmoid dilakukan hemikolektomi kiri dan dibuat anastomosis kolorektal
transversal untuk kanker di rektosigmoid dan rectum atas dilakukan
rektosigmoidektomi dan rectum atas dilakukan rektosigmoidektomi dan dibuat
anastomosis. Desenden kolorektal pada kanker di rectum bawah dilakukan
proktokolektomi dan dibuat anastomosis kolorektal.
b. Penyinaran
(Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar
gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar X, atau sinar gamma, di
fokuskan untuk merusak daerah yang di tumbuhi tumor, merusak genetik sehingga
membunuh kanker. Terapi radiasi merusak se-sel yang pembelahan dirinya cepat,
antara lain sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung dan usus, sel darah.
Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu
makan.
c. Kemotherapy
Chemotherapy memakai obat
anikanker yang kuat, dapat masuk ke dalam sirkulasi darah, sehingga
sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat chemotherapy ini ada
kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau di makan, pada umumnya lebih dari
satu macam obat, karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus.
d. Kolostomi
Kolostomi merupakan
tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari pengeluaran sebagian
bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat
sementara atau permanen.
Tujuan Pembuatan Kolostomi
Untuk
tindakan dekompresi usus pada kasus sumbatan / obstruksi usus. Sebagai anus
setelah tindakan operasi yang membuang rektum karena adanya tumor atau penyakit
lain. Untuk membuang isi usus besar sebelum dilakukan tindakan operasi
berikutnya untuk penyambungan kembali usus (sebagai stoma sementara).
Jenis-Jenis
Kolostomi.
1. Jenis
kolostomi berdasarkan sifatnya:
a. Sementara
Indikasi untuk kolostomi
sementara :
1). Hirschprung disease
2). Luka tusuk atau luka
tembak
3). Atresia ani letak
tinggi
4). Untuk mempertahankan kelangsungan anastomosis
distal usus setelah tindakan operasi (mengistirahatkan usus).
5). Untuk
memperbaiki fungsi usus dan kondisi umum sebelum dilakukan tindakan operasi
anastomosis.
b. Permanen
Indikasi untuk kolostomi
permanen :
Penyakit tumor ganas pada
kolon yang tidak memungkinkan tindakan operasi reseksi-anastomosis usus.
2. Jenis
kolostomi berdasarkan letaknya :
Colostoy
Asendens
|
Colostomy Transversal
|
Colostomi Desendens
|
|
Lokasi
|
Colon
Asendens
|
Colon
Tansversum
|
Colon Desendens
|
Konsistensi
feses
|
Cair
atau lunak
|
Lunak
|
Padat
|
Iritasi
kulit
|
Mudah
terjadi, karena kontak dengan enzim pencernaan
|
Mungkin
terjadi karena lembab terus menerus
|
Kadang
terjadi
|
Komplikasi
|
Striktur
atau retraksi stoma
|
3. Jenis
kolostomi berdasarkan tekhnik pembuatan :
a. Single Barreled Colostomy
b. Double Barreled Colostomy
c. Loop Colostomy
H. Komplikasi
Komplikasi terjadi sehubungan
dengan bertambahnya pertumbuhan pada lokasi tumor atau kanker atau melalui penyebaran metastase
yang termasuk:
1. Perforasi
usus besar yang disebabkan peritonotis
2. Obstruksi
pada usus besar
3. Pembentukan
abses
4. Pembentukan
fistula pada urinari bladder atau vagina
5. Biasanya tumor atau kanker menyerang pembuluh darah dan sekitarnya
yang menyebabkan pendarahan.
I. Asuhan Keperawatan
Kasus Ca Colon
Tn B (40 th) dirawat sudah
hari ke -2 dengan keluhan : sudah 1 bulan ini BAB nya selalu berlendir dan
darah, dan 1 minggu terakhir ini BAB nya darah segar dan sering juga mengalami
obstipasi, kadang juga mengalami distensi abdomen, sudah 1 bulan ini BB klien
turun 20% (BB awal 70 kg), tidak nafsu makan dan juga nyeri sedang BAB atau
tenesmus. Saat pemeriksaan fisik di dapat data : KU lemah , TTV 110/60 mmHg, N:
72 x/menit, suhu 37,40 C , RR : 20x/menit, conjungtiva anemis,distensi abdomen,
nyeri tekan di abdomen. Hasil colonoscopy: berbentuk sirkuler dan anuler dan
penyempitan lumen usus dan striktura menonjol dan mengisi.
I . Pengkajian
BIODATA KLIEN
Nama : Tn B
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. Register : 1330091193
Alamat : Jalan tak berujung no 10
blok A kecamatan asmara kelurahan
damaisentosa
Status Perkawinan : menikah
Keluarga Terdekat : Ny. Mercedes mariety
Diagnosa Medis : Ca Colon
ANAMNESE
1.
Riwayat keperawatan
a. Riwayat
Kesehatan Sekarang
Keluhan Utama :
sudah 1 bulan ini BAB nya selalu berlendir dan darah, dan 1 minggu terakhir ini
BAB nya darah segar dan sering juga mengalami obstipasi, kadang juga mengalami
distensi abdomen
b. Riwayat
Kesehatan Masa Lalu
1.
Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, lingkungan)
klien tidak pernah mempunyai
riwayat alergi obat,makanan,binatang,dan lingkungan.
2. Riwayat kecelakaan
klien tidak pernah mengalami
riwayat kecelakaan sebelumnya
3. Riwayat dirawat di
Rumah Sakit (kapan, alasan, berapa lama)
klien baru pertama kali datang
ke rumah sakit pada tanggal
4. Riwayat
pemakaian obat
klien tidak pernah memakai
obat dalam jangka waktu yang lama.
5. Riwayat
trauma kepala.
Adakah
penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien, serta riwayat
adanya terkena radiasi
6.
Sejak kapan keluhan dirasakan.
Buang
air besar 6 kali sehari sudah terjadi selama 2 hari belakangan ini.
7.
Kaji TTV dasar.
Untuk perbandingan dengan hasil
pemeriksaan yang akan datang.
8.
Kaji pertumbuhan klien.
Timbang dan ukur BB, TB klien.
9.
Riwayat Kesehatan Keluarga :
Keluarga klien tidak pernah ada riwayat penyakit seperti
ini sebelumnya
2. Pemeriksaan Fisik Umum
1. Berat badan
sekarang : berkurang 20% dari BB awal (56 kg)
2. Berat badan sebelum
sakit : 70 kg
3. Tinggi badan : 170 cm
4. Tekanan darah :
110/60 mmHg (normal dewasa: 120/80 mmHg)
5. Nadi :
72 x/menit (normal dewasa: 60-100 x/menit)
6. Frekuensi nafas : 20 x/menit (normal dewasa:
12-24 x/menit)
7. Suhu tubuh : 37,4 oC
(normal: 36-37,5o C)
3. Pemeriksaan Fisik
a. Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal,
penyakit vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan
trombus).
b. Integritas Ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ;
factor-faktor stress multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan
ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.
c. Makanan /
cairan
Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk
hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane mukosa
yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi).
d. Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
e. Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan,
plester, dan larutan ; Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan
penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker /terapi kanker terbaru ; Riwayat
keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit
hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ;
Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ;
demam.
f. Penyuluhan /
Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic,
antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic,
dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga
obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol
(risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan
anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi)
II. Data
Fokus
Data subjektif
|
Data objektif
|
||||
Data kasus :
·
Pasien mengatakan sudah 1 bulan ini BAB nya selalu
berlendir dan darah,
·
Pasien mengatakan 1 minggu terakhir ini BAB
nya darah segar
·
Pasien mengatakan susah untuk BAB (obstipasi)
·
Pasien mengatakan kadang juga mengalami
kembung (distensi abdomen)
·
Pasien mengatakan sudah 1 bulan ini BB klien
turun 20% (BB awal 70 kg)
·
Pasien mengatakan tidak nafsu makan dan
·
Pasien mengatakan nyeri saat BAB (tenesmus)
Data Tambahan :
·
Pasien mengatakan pusing
·
Pasien mengatakan mudah lelah
·
Pasien mengatakan susah beraktivitas
·
Keluarga pasien mengatakan, makanan pasien
tidak habis, hanya habis 2 sendok
·
Pasien mengatakan nyeri tekan pada abdomen
|
Data
kasus :
·
KU lemah
·
Kesadaran compos mentis
·
TTV
-
TD : 110/60 mmHg,
-
N : 72 x/menit,
-
suhu : 37,40 C ,
-
RR :
20x/menit,
·
Pasien terlihat conjungtiva anemis,
·
Karakteristik feses pasien terlihat berlendir
dan berdarah segar
·
BB pasien saat sakit 56 kg
·
Hasil colonoscopy: berbentuk sirkuler dan
anuler dan penyempitan lumen usus dan striktura menonjol dan mengisi.
Data
tambahan :
·
Perut pasien terlihat agak membesar
·
Tinggi pasien 178 cm
·
Capilari refil 3 detik
·
Pasien terlihat lemas
·
Turgor kulit pasien tidak elastis
·
Kulit pasien kering
·
Skala nyeri saat BAB 5
P : nyeri bertambah saat ingin BAB
Q : sakit seperti tertusuk
R : letak nyeri di anus
S : nyeri sedang
T : saat BAB
·
Tonus otot pasien melemah
·
IMT : BB/TB (m) 2
: 70/1,782
: 22 kg/m
·
IMT : 56/1,782
: 18kg/m
|
III. Analisa Data Pre Op
No
|
Data fokus
|
Problem
|
etiologi
|
||||
1
|
DS:
·
Pasien
mengatakan sudah 1 bulan ini BAB nya selalu berlendir dan darah,
·
Pasien
mengatakan 1 minggu terakhir ini BAB nya darah segar
·
Pasien
mengatakan nyeri saat BAB (tenesmus)
DO:
·
KU lemah
·
Kesadaran compos mentis
·
TTV
-
TD : 110/60 mmHg,
-
N : 72 x/menit,
-
suhu : 37,40 C ,
-
RR : 20x/menit,
·
Pasien terlihat conjungtiva anemis,
·
Karakteristik feses pasien terlihat berlendir dan berdarah segar
·
Hasil
colonoscopy: berbentuk sirkuler dan anuler dan penyempitan lumen usus dan
striktura menonjol dan mengisi.
|
Perdarahan
|
Pergesekan pada massa kanker di colon
|
||||
2
|
DS :
·
Pasien
mengatakan sudah 1 bulan ini BAB nya selalu berlendir dan darah,
·
Pasien
mengatakan sudah 1 bulan ini BB klien turun 20% (BB awal 70 kg)
·
Pasien
mengatakan keinginan untuk minum berkurang
DO :
·
KU lemah
·
Kesadaran
compos mentis
·
TTV
-
TD : 110/60
mmHg,
-
N : 72
x/menit,
-
suhu :
37,40 C ,
-
RR : 20x/menit,
·
Pasien
terlihat conjungtiva anemis,
·
Pasien
terlihat lemas
·
Turgor
kulit pasien tidak elastis
·
Kulit
pasien kering
·
IMT : BB/TB
(m) 2
: 70/1,782
: 22 kg/m
·
IMT : 56/1,782
: 18kg/m
|
defisit volume cairan
|
pembatasan pemasukkan cairantubuh secara oral, hilangnya cairan tubuh
secara tidaknormal, pengeluaran integritas pembuluh darah.
|
||||
3
|
DS:
·
Pasien mengatakan susah untuk BAB (obstipasi)
·
Pasien mengatakan kadang juga mengalami kembung (distensi abdomen)
·
Pasien mengatakan nyeri tekan pada abdomen
DO:
·
KU lemah
·
Kesadaran
compos mentis
·
TTV
-
TD : 110/60
mmHg,
-
N : 72
x/menit,
-
suhu :
37,40 C ,
-
RR : 20x/menit,
·
Pasien
terlihat conjungtiva anemis,
·
Perut
pasien terlihat agak membesar
|
Gangguan eliminasi BAB : konstipasi
|
penurunan asupan cairan dan serat, kelemahan otot abdomen sekunder
akibat mekanisme kanker kolon
|
||||
4
|
DS:
· Pasien mengatakan susah untuk BAB (obstipasi)
· Pasien mengatakan kadang juga mengalami
kembung (distensi abdomen)
· Pasien mengatakan nyeri saat BAB (tenesmus)
· Pasien mengatakan nyeri tekan pada abdomen
DO :
·
KU lemah
·
Kesadaran
compos mentis
·
TTV
-
TD : 110/60
mmHg,
-
N : 72
x/menit,
-
suhu :
37,40 C ,
-
RR : 20x/menit,
·
Pasien
terlihat conjungtiva anemis,
·
Skala nyeri
saat BAB 5
·
Perut
pasien terlihat agak membesar
|
Gangguan rasa nyaman nyeri
|
Spasme otot sekunder akbiat kanker usus besar
|
||||
5
|
DS:
·
Pasien
mengatakan sudah 1 bulan ini BB klien turun 20% (BB awal 70 kg)
·
Pasien
mengatakan tidak nafsu makan dan
·
Keluarga
pasien mengatakan, makanan pasien tidak habis, hanya habis 2 sendok
DO:
·
KU lemah
·
Kesadaran
compos mentis
·
TTV
-
TD : 110/60
mmHg,
-
N : 72
x/menit,
-
suhu :
37,40 C ,
-
RR : 20x/menit,
·
Pasien
terlihat conjungtiva anemis,
·
IMT : BB/TB
(m) 2
: 70/1,782
: 22 kg/m
·
IMT :
56/1,782
: 18kg/m
|
Gangguan pemenuhan nutrisi
|
Kurangnya asupan oral karena kanker usus besar
|
||||
6
|
DS :
·
Pasien
mengatakan pusing
·
Pasien
mengatakan mudah lelah
·
Pasien
mengatakan susah beraktivitas
DO :
·
KU lemah
·
Kesadaran
compos mentis
·
TTV
-
TD : 110/60
mmHg,
-
N : 72
x/menit,
-
suhu :
37,40 C ,
-
RR : 20x/menit,
·
Pasien
terlihat conjungtiva anemis,
·
Pasien
terlihat lemas
·
Skala nyeri
saat BAB 5
P : nyeri
bertambah saat ingin BAB
Q : sakit
seperti tertusuk
R : letak
nyeri di anus
S : nyeri
sedang
T : saat
BAB
·
Tonus otot
pasien melemah
|
Intoleransi aktifitas
|
Kelemhan fisik
|
IV. Diagnosa Keperawatan Pre Op
No.
|
Diagnosa Keperawatan
|
1
|
Perdarahan b.d proses
penyakit kanker usus besar
|
2
|
Defisit volume cairan b.d
pembatasan pemasukkan cairantubuh secara oral, hilangnya cairan tubuh secara
tidaknormal, pengeluaran integritas pembuluh darah
|
3
|
Gangguan eliminasi BAB :
Konstipasi b.d penurunan asupan cairan dan serat, kelemahan otot abdomen
sekunder akibatmekanisme kanker kolon
|
4
|
Gangguan rasa nyaman nyeri
b.d trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder akibat kanker usus besar.
|
5
|
Gangguan pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan b.d intake yang tidak adekuat.
|
6
|
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahanfisik/nyeri.
|
V. Intervensi
Keperawatan Pre Op
No.
|
Tujuan dan kriteria hasil
|
Intervensi dan Rasional
|
1.
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan masalah
perdarahan dapat teratasi dengan
kriteria hasil :
- klien tidak mengatakan
keletihan
- klien tidak
mengatakan pusing
- melena tidak ada
- TTV dalam batas
normal
|
1. Kaji
tanda-tanda dan gejala perdarahan GI (mis:periksa semua skret yang keluar,
obs warna feses, muntahan dan cairan yang keluar dari NGT).
Rasional: Traktus GI
(esophagus dan rectum) paling sering sebagai sumber perdarahan, Rektal dan
vena esophagus paling rentan untuk robek. Hasil obs warna feses/muntahan bila
berubah kemerahan/kehitaman ada indikasi adanya pertahanan.
2. Observasi
adanya petekie, ekimosis dan perdarahan dari satu/lebih sumber dan bagian
lain
Rasional: Terjadinya
perdarahan sekunder terhadap gangguan factor pembekuan darah.
3.
Monitor/Awasi tanda-tanda vital (nadi, TD, CVP bila ada).
Rasional: Peningkatan
nadi dengan penurunan TD dan CVP dapat menunjukkan kehilangan volume darah
sirkulasi.
4. Perhatikan
perubahan tingkat kesadaran (Catat perubahan mental/tingkat kesadaran).
Rasional: adanya
perubahan keasadaran menunjukkan penurunan perfusi
jaringan
serebral, sekunder terhadap hivolemia, hipoksimia.
5. Hindari
pengukuran suhu rectal, hati-hati memasukkan selang GI.
Rasional: Rektal dan
esofagus paling rentan terjadi perdarahan karena mudahnya terjadi robek pada
keduannya.
6. Dorong
untuk menggunakan sikat gigi halus, hindari mengejan.
Rasional: Adanya
gangguan factor pembekuan, trauma minimal dapat menyebabkan perdarahan
mukosa.
7. Gunakan
jarum kecil untuk injeksi, tekan lebih lama pada bagian bekas suntikan.
Rasional: Meminimalkan
kerusakan jaringan, menurunkan resiko perdarahan/hematom.
8. Hindarkan
penggunaan produk yang menggunakan aspirin.
Rasional: Koagulasi
memanjang, berpotensi untuk resiko perdarahan.
Kolaborasi :
1. Awasi
Hb/Ht dan factor pembekuan darah.
Rasional: Indikator
prdarahan aktif, anemia atau terjadinya komplikasi.
2. Berikan
obat sesuai order (Vitamin K injeksi, Pelunak feses: lactural).
Rasional: Vit K dapat
meningkatkan sintesis protrombin dan koagulasi bila hati berfungsi dan
pelunak feses mencegah mengejan dan resiko robekan vascular/perdarahan.
|
2
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan masalah
defisit volume cairan teratasi dengan krtiteria hasil sebagai berikut :
- TTV dalam batas normal
- turgor kulit normal
- masukan dan keluaran seimbang
|
1. Monitor
intake dan output cairan, bandingkan dengan BB harian catat kehilangan
melalui usus, misal muntah atau diare
Rasional : memberikan
informasi mengenai kebutuhan pengganti/terapi efek.
2. kaji tanda
vita, nadi perifer pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
Rasional : indikator
volume sirkulasi/perifer
3. periksa asites atau oedema, ukur lingkar abdomen
sesuai indikasi
Rasional ; menerangkan
kemungkinan perdarahan ke dalam jaringan
Kolaborasi :
1.
Awasi nilai laboratorium, contoh Hb,Ht, Na +
albumin dan waktu pembekuan
Rasional : menunjukkan
hidrasi dan mengidentifikasi retensi natrium/kadar protein yang dapat
menimbulkan oedema
2. Berikan
cairan IV elektrolit
Rasional : memberikan
cairan dan penggantian elektrolit
3. Berikan
protein hdrolisat : vitamin K
Rasional : memperbaiki
kekurangan albumin/protein, dapat membantu mengembalikan cairan dari jaringan
ke sirkulasi , mencegah masalah koagulasi
|
3.
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan masalah
gangguan eliminasi BAB dapat teratasi dengan kriteria hasil :
- pasien dapat BAB dengan lancar
- TTV normal
|
1. Selidiki pelambatan awitan
atau tak adanya keluaran. Auskultasi bising usus.
Rasional: Ileus paralitik pasca operasi biasanya membaik
dalam 48-72 jam. Pelambatan dapat menandakan ileus atau obstruksi statis
menutup.
2. Tinjau ulang pola diet dan
jumlah atau tipe masukan cairan.
Rasional: Masukan adekuat dari serat dan makanan kasar
memberikan bulk, dan cairan atau faktor penting dalam menentukan konsistensi
feses.
3. Libatkan pasien dalam perawatan secara bertahap.
Rasional :Rehabilitasi dapat dipermudah dengan mendorong
pasien mandiri.
4. Kaji warna dan konsistensifeses, frekuensi, keluarnyaflatus, bising
usus dannyeri terkan abdomen.
Rasional: penting untuk menilai keefektifan intervensi,
dan memudahkan rencana selanjutnya.
5. Pantau tanda gejalarupture usus dan/atauperitonitis
Rasional: keadaan ini dapat menjadi penyebab kelemahan otot
abdomen danp enurunan peristaltic usus
kolaborasi
Berikan unit TENS bila diindikasikan.
Rasional: Stimulasi listrik telah digunakan pada beberapa
pasien untuk merangsang peristaltik.
|
4.
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan masalah
nutrisi dapat teratasi dengan kriteria hasil :
- Pasien tampak rileks,
- dapat beristirahat/tidur dan melakukan pergerakkan yang berarti
sesuai toleransi.
- Skala nyeri berkurang
|
1. Kaji tingkat nyeri, lokasi, karakteristik dan intensitas (skala
1-10).
Rasional: Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan
dan keefektifan analgesik.
2. Yakinkan pasien bahwa perubahan posisi tidak akan mencederai
stroma.
Rasional:Menurunkan ketegangan otot, menaikkan relaksasi dan dapat meningkatkan
kemampuan koping.
3. Bantu penggunaan teknik relaksasi.
Rasional: Membantu pasien untuk istirahat lebih efektif
dan memfokuskan kembali perhatian sehingga menurunkan nyeri dan
ketidaknyamanan.
4. Bantu pasien melakukan latihan rentang gerak dan dorong ambulasi
dini, hindari duduk lama.
Rasional: Menurunkan kekakuan otot/sendi.
5.Ambulasi mengembalikan organ ke posisi normal dan meningkatkan
kembali fungsi ke tingkat normal.
Rasional: Ambulasi dan perubahan posisi menurunkan tekanan
perianal.
kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
sesuai indikasi (narkotik, analgesik).
R/ Menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan, khususnya setelah
pemberian AP.
|
5
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan masalah
nutrisi dapat teratasi dengan kriteria hasil :
- TD dalam batas normal (120/80 mmhg)
- berat
badan pasien kembali ideal
- IMT meningkat
|
1. Kaji status nutrisi pasien
Rasional:untuk mengetahui kebutuhan nutrisi untuk intervensi
2. Jelaskan pada pasien
tentang pentingnya diit tinggi kalori dan masukan cairan adekuat.
Rasional: pengetahuan yang cukup memungkinkan pasien kooperatif dengan tindakan
perawatan yang di berikan.
3.
Auskultasi bising usus.
Rasional: Kembalinya fungsi usus menunjukkan kesiapan untuk
memulai makan lagi.
4. Mulai makan dengan makanan cairan perlahan.
Rasional:Menurunkan insiden kram abdomen, mual.
5. Anjurkan pasien untuk meningkatkan penggunaan yogurth dan
mentega.
Rasional: Membantu menurunkan pembentukan bau.
6. Kolaborasi perencanaan diet yang sesuai.
Rasional: Membantu mengkaji kebutuhan nutrisi pasien dalam
perubahan dan perencanaan dan fungsi usus.
7. Timbang BB dengan jam yang sama setiap hari
Rasional:mengaswasi kefektifan intervensi
Kolaborasi
Pemberian makanan parenteral
bila diindikasikan
Rasional: tidak toleran pada pemasukan peroral,
hiperalimentasi digunakan untuk menambah kebutuhan komponen pada menambah
kebutuhan komponen pada penyembuhan dan mencegah status katabolisme
.
|
6
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
intoleransi aktivitas dapat teratasi dengan kriteria hasil:
- Dapat memenuhi standar nilai kekuatan otot
seharusnya
- Dapat melakukan aktivitas secara mandiri
|
1. Atur
interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang
dapat ditolerir.
Rasional : Mendorong
aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahatyang
adekuat.
2. bantu aktivitas perawatan
mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.
Rasional : Memberi
kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan
mandiri.
3. sarankan
klien untuk tirah baring
Rasional : tirah baring
akan meminimalkan energi yang dikeluarkan sehingga metabolisme dapat
digunakan untuk penyembuhan penyakit
4. Berikan
stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak menimbulkan stress.
Rasional : Meningkatkan perhatian tanpa terlalu
menimbulkan stress pada pasien.
5. Pantau
respons pasien terhadap peningkatan aktivitas.
Rasional : Menjaga
pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan atau kurang.
|
ANALISA DATA POST OP
No
|
Data focus
|
Masalah
|
Etiologi
|
||||
1
|
DS
-
pasien mengatakan nyeri pada luka
-
pasien mengeluh susah bergerak
|
Nyeri
|
Luka insisi bedah
|
||||
2
|
DS
-
Pasien
mengatakan gatal pada daerah insisi
-
Pasien
mengatakan nyeri sekitar insisi luka
DO
-
Luka
pasien terlihat kemerahan
-
Pasien
tampak memegangi luka
-
TTV
TD : 110/70 mmhg
N : 78 x/menit
RR : 19 x/menit
S : 37,8 0 C
-
Hb
: 10 gr/dl
|
Resiko Tinggi Infeksi
|
Post Operasi pembedahan colon
|
||||
3
|
DS :
-
Pasien mengeluh tidak nyaman di area pembedahan
-
Pasien mengeluh gatal pada abdomen
DO :
-
Kulit pasien tampak kemerahan pada daerah pembedahan
|
Kerusakan integritas kulit
|
luka pembedahan
|
||||
4
|
DS
-
Pasien mengeluh lemas
-
Pasien mengeluh nyeri di bagian abdomen
-
Pasien
mengeluh susah bergerak
DO
-
Pasien tampak pucat
-
Pasien tampak lemah
-
Pasien tampak meringis kesakitan
-
Tonus otot
|
Intoleransi
aktivitas
|
kelemahan fisik/nyeri.
|
||||
5
|
DS
-
Keluarga
pasien bertanya bagaimana perawatan pasien
-
Keluarga
pasien mengatakan masih bingung untuk melakukan perawatan dan pengobatan pada
pasien
DO
-
Keluarga
pasien tampak cemas
-
Keluarga
pasien memperhatikan segala tindakan yang diberikan ke pasien
-
Keluarga
pasien antusias mendengar penjelasan yang diberikan
|
Kurang pengetahuan perawatan dan pengobatan post
operasi
|
Tidak mendapat
informasi/tidak mengingat
|
Diagnose keperawatan post operasi
1.
Gangguan
rasa nyaman nyeri b.d luka insisi pembedahan
2.
Resiko
tinggi Infeksi b.d post op pembedahan
3.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka
pembedahan.
4.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
fisik/nyeri.
5.
Kurang
pengetahuan perawatan dan pengobatan b.d tidak mendapat informasi/tidak
mengingat
INTERVENSI
Post operasi
No
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
TUJUAN
|
RENCANA TINDAKAN
|
RASIONAL
|
1
|
Gangguan rasa
nyaman nyeri b.d luka insisi pembedahan
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..x.. masalah nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1. Tidak cemas.
2. Tidak tegang.
3. Ekspresi wajah wajar (tidak menahan nyeri).
|
1. Catat adanya peningkatan rasa nyeri
dengan cara skala wajah nyeri.
2. Hindari palpasi area agar terhindar dari rasa nyeri pasca operatif pembedahan
jika diperlukan.
3. Berikan posisi yang nyaman pada anak
bila diindikasikan.
1. Lakukan tindakan perawatan (ganti
balutan 3x24 jam sekali dengan cara mengganti balutan kering)
2. Berikan analgetic sesuai indikasi.
|
·
Digunakan
untuk mengetahui keadaan nyeri pada anak dan mencegah keadaan nyeri.
·
Untuk
menghindari terjadinya nyeri.
·
Posisi
nyaman dapat digunakan untuk relaksasi untuk mengurangi nyeri.
·
Mengurangi
risiko terjadinya infeksi
·
Digunakan
untuk farmako terapi terhadap nyeri
|
2
|
Resio tinggi Infeksi b.d post op pembedahan
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..x..
masalah infeksi dapat
teratasi dengan kriteria
hasil :
1. Suhu normal 36,5 derajat celcius.
2. Tidak ada kemerahan panas.
3. Balutan kering dan besih.
|
1.
Monitor
TTV ( suhu )
2.
Pertahankan
nutrisi adekuat.
3.
Gunakan
teknik mencuci tangan yang cermat sebelum dan sesudah merawat anak unuk
menghilangkan mikro organisme.
4.
Lakukan
perwatan luka dengan hati-hati agar luka tetap besih.
5.
Ganti
balutan luka setelah 3 hari post operasi.
6.
Gunakan
asepsis medis.
|
·
Karena
peningkatan suhu menunjukkan terjadinya infeksi.
·
Untuk
mendukung pertahanan tubuh.
·
Untuk menghilangkan organisme
efektif.
·
Untuk meminimalkan resiko infeksi
Dengan balutan
dapat meningkatkan kelembapan
|
3
|
Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan luka pembedahan.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..x..
masalah kerusakan integritas kulit dapat teratasi:
Tujuan :
Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
Kriteria Hasil :
- tidak ada tanda-tanda
infeksi seperti pus.
- luka bersih tidak
lembab dan
tidak kotor.
- Tanda-tanda vital
dalam batas normal atau dapat ditoleransi
|
1.Kaji kulit dan
identifikasi pada tahap
perkembangan
luka.
2. Kaji lokasi,
ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.
3. Pantau
peningkatan suhu tubuh.
4.Berikan perawatan luka dengan
tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril, gunakan plester
kertas.
5. Jika pemulihan Tidak
terjadi kolaborasi tindakan lanjutan,
misalnya debridement.
6. Setelah debridement,
ganti balutan
sesuai kebutuhan
- Kolaborasi
pemberian
antibiotik sesuai indikasi
|
R :mengetahui sejauh mana perkembangan luka
mempermudah
dalam melakukan
tindakan yang tepat. R:mengidentifikasi
tingkat keparahan
luka akan
mempermudah intervensi.
R: suhu
tubuh yang
meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya
proses peradangan.
R : tehnik aseptik
membantu
mempercepat penyembuhan
luka dan
mencegah
terjadinya infeksi.
R : agar
benda asing atau jaringan yang terinfeksi
tidak menyebar luas pada area kulit normal
lainnya. R:balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung
kondisi
parah/ tidak nya luka, agar tidak terjadi infeksi.
R :antibiotik berguna
untuk mematikan
mikroorganisme pathogen ada daerah yang berisiko terjadi infeksi. |
4
|
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik/nyeri.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..x..
masalah intoleransi aktivitas dapat teratasi:
Tujuan : pasien memiliki cukup
energi untuk beraktivitas.
Kriteria hasil:
- perilaku menampakan
kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan diri.
- pasien mengungkapkan
mampu
untuk melakukan
beberapa aktivitas tanpa dibantu.
- Koordinasi otot, tulang dan anggota
gerak lainya baik.
|
- Rencanakan periode istirahat
yang cukup.
- Berikan
latihan aktivitas secara
bertahap.
- Bantu pasien
dalam memenuhi kebutuhan sesuai
kebutuhan.
- Setelah latihan
dan aktivitas
kaji respons pasien
|
R
:mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat
digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal.
R :tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses
aktivitas secara perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat,
mobilisasi dini.
R : mengurangi
pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.
R : menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh
sebagai akibat dari latihan.
|
5
|
Kurang pengetahuan perawatan dan pengobatan b.d tidak mendapat
informasi/tidak mengingat
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..x..
masalah kurang pengetahuan dapat
teratasi denga kriteria hasil :
- keluarga
mengerti penjelasan mengenai perawatan
- keluarga
dapat mempraktekkan perawatan dengan benar
- keluarga
tidak merasa cemas
|
- Berikan
informasi dalam bentuk-bentuk dan segmen yang singkat dan sederhana.
- Diskusikan
mengenai kemungkinan proses
penyembuhan yang lama.
- ajarkan untuk
mempraktekan perawatan yang benar
- mendengarkan
keluhan atau pertanyaan dari pasien/keluarga pasien
- berikan
pendidikan kesehatan untuk perawatan dirumah
|
- dengan memberikan
penjelasan yang sederhana dan singkat dimaksudkan agar pasien/keluarga
mengerti dan paham
- untuk
meminimalkan kecemasan dan pertanyaan pasien/keluarga mengenai penyembuhan
- untuk perawatan
dirumah
- memberikan
simpati agar pasien/keluarga merasa dihargai dan dihormati
- agar
pasien/keluarga dapat mempraktekan dirumah
|
J. JURNAL
The
Journal of National Cancer Institute
Sebuah studi baru menunjukkan bahwa apa yang Anda makan dapat
mempengaruhi kesempatan Anda untuk bertahan hidup kanker usus besar.
Penelitian ini adalah yang pertama untuk melihat dampak bahwa nutrisi
tertentu terhadap kemungkinan kekambuhan penyakit pada orang dengan kanker usus
besar, salah satu penyebab utama kematian kanker di Amerika Serikat. Ditemukan
bahwa orang yang diobati untuk penyakit Tahap 3, di mana sel-sel tumor telah
menyebar ke kelenjar getah bening, telah sangat meningkat kemungkinan mati atau
mengalami kekambuhan jika diet mereka terasa berat dalam makanan kaya
karbohidrat yang menyebabkan lonjakan gula darah dan insulin .
Para pasien yang mengonsumsi paling karbohidrat dan makanan dengan beban
glikemik tinggi - ukuran sejauh mana satu porsi makanan akan meningkatkan gula
darah - memiliki kesempatan 80 persen lebih besar untuk meninggal atau
mengalami kekambuhan selama masa studi sekitar tujuh tahun dibandingkan dengan
mereka yang memiliki tingkat terendah. Tahap 3 pasien kanker usus besar
biasanya memiliki tingkat kelangsungan hidup lima tahun sekitar 50 sampai 65
persen.
Penelitian ini, bagaimanapun, adalah observasional, yang berarti hanya
bisa menyoroti hubungan antara karbohidrat dan hasil kanker tanpa membuktikan
penyebab langsung dan akibat. Para peneliti juga memperoleh beberapa data dari
kuesioner makanan yang mewajibkan pasien untuk mengingat rincian tentang diet
mereka, sebuah metode yang dapat diandalkan.
Namun, para peneliti, yang menerbitkan temuan mereka dalam The Journal
of National Cancer Institute, percaya insulin mungkin memainkan peran penting
dalam kekambuhan kanker usus besar. Kronis tingkat insulin yang tinggi telah
dikaitkan dengan kekambuhan kanker dan kematian pada penelitian sebelumnya, dan
orang-orang dengan riwayat diabetes tipe 2 atau plasma meningkat C-peptida, penanda
produksi insulin jangka panjang, juga telah ditemukan memiliki peningkatan
risiko kanker usus besar. Satu hipotesis adalah bahwa insulin dapat mendorong
pertumbuhan sel-sel kanker dan mencegah kematian sel atau apoptosis, dalam
sel-sel kanker yang telah menyebar.
"Ini bukan hanya bahwa semua karbohidrat buruk atau bahwa Anda
harus menghindari semua gula," kata Dr Jeffrey A. Meyerhardt, penulis
utama penelitian dan seorang profesor kedokteran di Dana-Farber Cancer
Institute di Boston. Ini tidak sesederhana 'gula menyebabkan kanker untuk
tumbuh.”
Dia menambahkan: "karbohidrat dan gula yang berbeda menyebabkan
respon yang berbeda dalam tubuh Anda. Saya pikir orang harus fokus pada diet
yang seimbang "dan makanan pengganti yang berhubungan dengan beban glikemik
rendah atau karbohidrat untuk makanan yang memiliki tingkat yang lebih tinggi.
Sebelumnya penelitian yang diterbitkan oleh kelompok Dr Meyerhardt
menunjukkan bahwa Tahap 3 pasien kanker usus besar yang paling dekat mengikuti
diet gaya Barat - dengan asupan tinggi daging, lemak, biji-bijian olahan dan
makanan penutup manis - telah tiga kali lipat peningkatan kekambuhan dan
kematian dari penyakit ini dibandingkan dengan mereka yang paling kuat
menyimpang dari pola makan Barat.
Untuk studi ini, Dr Meyerhardt dan timnya ingin melihat apa asupan
karbohidrat sejauh dapat mempengaruhi perkembangan penyakit, sehingga mereka
diikuti sekitar 1.000 Tahap 3 pasien kanker usus mengambil bagian dalam uji
klinis yang disponsori oleh National Cancer Institute. Para pasien, yang
memiliki semua menjalani operasi dan kemoterapi sebagai bagian dari perawatan
mereka, memberikan informasi tentang diet mereka dan kebiasaan gaya hidup. Tapi
peneliti melampaui hanya karbohidrat dan asupan gula, dengan langkah-langkah
glikemik akun.
Indeks glikemik, suatu ukuran gizi semakin populer, terlihat pada
tingkat di mana makanan yang mengandung karbohidrat meningkatkan tingkat puasa
seseorang gula darah dan kebutuhan selanjutnya untuk insulin. Minuman manis,
roti putih dan karbohidrat yang diproses lainnya peringkat lebih tinggi pada
indeks, sementara mereka yang dicerna lebih lambat, seperti nasi merah, banyak
sayuran, biji-bijian tidak dimurnikan dan kacang-kacangan, memiliki nilai
indeks yang lebih rendah.
Barometer lain, bagaimanapun, adalah beban glikemik, yang mengacu pada
efek gula darah porsi standar makanan. Sebuah beban glikemik dari 10 atau
kurang untuk makanan umumnya dianggap rendah, sementara 20 atau lebih tinggi.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa beban glikemik dan total asupan
karbohidrat adalah prediktor terbaik kekambuhan kanker dan kematian, dan link
terkuat pada orang yang kelebihan berat badan atau obesitas.
Dr Meyerhardt mengatakan temuan ini menunjukkan bahwa pasien kanker usus
besar akan bijaksana untuk menjaga beban glikemik dalam pikiran ketika membuat
keputusan makanan, mencari cara untuk bekerja ke diet makanan mereka yang
peringkat rendah pada skala.
"Jadi jika Anda berpikir tentang minuman, kebanyakan jus dan soda
pasti memiliki beban glikemik lebih tinggi daripada air rasa dan jus tomat dan
hal-hal seperti itu," katanya. "Buah-buahan seperti tanggal atau
kismis memiliki banyak glikemik yang sangat tinggi, sedangkan buah-buahan segar
seperti apel, jeruk atau melon semua memiliki gula tetapi memiliki beban glikemik
yang sangat rendah. Pengganti beras merah untuk putih, biji-bijian, bukan roti
putih, dan bukannya memiliki kentang tepung sebagai lauk Anda, kacang pengganti
dan sayuran. "
Salah satu ahli yang tidak terlibat dalam penelitian ini, Somdat
Mahabir, ahli epidemiologi gizi dengan divisi National Cancer Institute
pengendalian kanker dan ilmu populasi, mengatakan temuan dari studi terbaru
harus ditanggung dalam penelitian lebih lanjut. Tapi sementara itu, membuat
perubahan diet yang mengurangi beban glikemik adalah rekomendasi yang wajar
bagi pasien kanker usus besar, katanya, karena hanya bisa membantu, tidak
berbahaya.
"Hasil penelitian ini perlu dikonfirmasi, tetapi indikasi saat ini
bahwa diet adalah penting untuk kelangsungan hidup kanker usus besar," kata
Dr Mahabir.
Kesimpulan
80% orang yang menderita Ca. Colon dan banyak mengkonsumsi karbohidrat dan mengkonsumsi makanan yang dapat menyebabkan gula darah dan insulin meningkat dapat meninggal dunia dikarenakan insulin dapat mendorong pertumbuhan sel-sel kanker.
Sedangkan 50-65% yang memiliki pola diet yang bagus dapat
meningkatkan atau dapat bertahan hidup lebih lama 5tahun. Dan konstipasi pada kasus bisa
disebabkan karena penderita kekurangan serat pangan.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kanker kolon
adalah suatu pertumbuhan
tumor yang bersifat ganas dan
merusak sel DNA dan jaringan sehat disekitar kolon (usus besar). Penyebab
pasti dari kanker colon ini masih belum jelas (idiopati), tetapi ada beberapa
faktor resiko yang dapat memicu terjadinya kanker colon yaitu diet tidak sehat,
dan mengkonsumsi makanan yang kurang serat. Dan penatalaksanaan dari kanker
colon ini harus berdasarkan stadium
kanker yang diderita oleh pasien.
B.
Saran
Mulai dari
sekarang ubahlah pola hidup menjadi pola hidup sehat, dengan mengatur pola
makan, mengkonsumsi makanan yang berserat, serta jangan terlalu banyak makan
makanan yang mengandung bahan zat
kimia/pengawet karena dapat membahayakan tubuh kita (usus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar