Sabtu, 19 Oktober 2013

CANCER COLON


BAB I
                                                              PENDAHULUAN

A.      Latar belakang
Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira- kira setengah dari jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka kelangsungan hidup di bawah lima tahun adalah 40% sampai 50%, terutama karena terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rektal.
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor resiko telah teridentifikasi, termasuk riwayat atau riwayat kanker kolon atau polip dalam keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak, protein dan daging serta
rendah serat.

B.       Tujuan Penulisan
Tujuan Umum :
Mahasiswa dapat menyelesaikan tugas Blok Sistem Pencernaan

Tujuan Khusus :
1.    Mahasiswa dapat menjelaskan dan mengerti pengertian cancer colon
2.    Mahasiswa mengetahui etiologi atau penyebab cancer colon
3.    Mahasiswa bisa menjelaskan patofisiologi ,manifestasi klinis serta komplikasi dari cancer colon
4.    Mahasiswa dapat menjelaskan pemeriksaan yang dilakukan serta penatalaksanaan dari cancer colon
5.    Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien cancer colon

C.      Sistematika Penulisan
Bab I    Pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, tujuan penulisan serta sistematika
Bab II   Anatomi fisiologi colon yang terdiri atas anatomi colon dan fungsi colon
Bab III  Teori cancer colon yang terdiri atas definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis,     patofisiologi, pemeriksaan diagnostik,penatalaksanaan serta asuhan keperawatan
Bab IV Penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran

Data makalah ini diambil dari reverensi buku yang terkait dengan sistem pencernaan atau hati serta dari media informasi seperti internet, majalah,dan lainnya.


























BAB II
ANATOMI FISIOLOGI COLON

A.      Anatomi
      
Usus besar atau Kolon memiliki panjang ±1-1,5m terdapat penyempitan (lipatan-lipatan ke dalam) dan diantaranya terdapat tonjolan (lipatan-lipatan dan bergelembung). Pada pertemuan usus halus dan usus besar terdapat suatu penyempitan yang disebut klep ileosekum sehingga makanan tidak dapat kembali ke usus halus.
Reflex gastrokolik terjadi ketika makanan masuk lambung dan menimbulkan peristaltic didalam usus besar. Reflex ini menyebabkan defekasi / pembuangan air besar. Terdapat apendiks vermiformis atau umbai cacing. Apendiks juga terdiri atas keempat lapisan dinding yang sama seperti usus lainnya, hanya lapisan submukosa-nya berisi sejumlah besar jaringan limfe, yang dianggap mempunyai fungsi serupa dengan tonsil. Sebagian terletak dibawah sekum dan sebagian dibelakang sekum atau disebut retrosekum.
Sekum terletak di derah iliaka kanan dan menempel pada otot iliopsoas. Disini kolon naik melalui daerah sebelah kanan lumbal dan disebut kolon asendens. Dibawah hati berbelok pada tempat yang disebut fleksura hepatica, lalu berjalan melalui tepi daerah epigastrik dan umbilical sebagai kolon transverses. Dibawah limpa membelok sebagai fleksura sinistra/fleksura lienalis dan kemudian berjalan melalui daerah kanan lumbal sebagai kolon desendens. Didaerah kanan iliaka terdapat belokan yang disebut fleksura sigmoid dan dibentuk kolon sigmiodeus/kolon pelvis, dan kemudian masuk pelvis besar dan menjadi rectum. Rectum 10cm terbawah dari kolon, dimulai pada kolon sigmoideus dan berakhir pada saluran anal yang ±3cm panjangnya. Saluran ini berakhir ke dalam anus yang dijaga otot internal dan eksternal.


Struktur
 Kolon terdiri atas keempat lapisan dinding yang sama seperti usus halus. Serabut longitudinal pada dinding berotot tersusun dalam tiga jalur yang memberi rupa berkerut-kerut dan berlubang-lubang. Dinding mukosa lebih halus daripada yang ada pada usus halus, dan tidak memiliki vili. Didalamnya terdapat kelenjar serupa kelenjar tubuler dalam usus halus dan dilapisi epithelium silinder yang memuat sel cangkir. Struktur rectum serupa dengan kolon, tetapi dinding yang berotot lebih tebal dan membrane mukosanya memuat lipatan-lipatan membujur yang disebut kolumna Morgani. Semua ini menyambung ke dalam saluran anus. Sel yang melapisi saluran anus berubah sifatnya; epithelium bergaris menggantikan sel-sel silinder. Sfingter eksterna menjaga saluran anus dan orifisium supaya tertutup.
B.   Fungsi
Fungsi Usus Besar:
(1)   Absorpsi air, garam dan glukosa
(2)   Sekresi musin oleh kelenjar didalam lapisan dalam
(3)   Penyiapan selulosa yang berupa hidrat karbon didalam tumbuh-tumbuhan, buah-buahan dan sayuran hijau, dan penyiapan sisa protein yang belum dicernakan oleh kerja bakteri guna eksresi.
(4)   Defekasi (pembuangan air besar)
Rectum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang mempunyai kebiasan teratur akan merasa kebutuhan membuang air besar pada kira-kira waktu yang sama. Hal ini disebabkan reflex gastrokolik yang biasanya bekerja sesudah makan pagi. Setelah makanan ini mencapai lambung dan setelah pencernaan dimulai, peristaltic didalam usus terangsang, merambat ke kolon dan sisa makanan dari hari sebelumnya akan mencapai sekum dan mulai bergerak. Isi kolon pelvis masuk ke dalam rectum; sentral peristaltic keras terjadi didalam kolon dan terjadi perasaan di daerah perineum. Tekanan intra-abdominal bertambah dengan penutupan glottis dan kontraksi diafragma dan otot abdominal; sfingter anus mengendor dan kerjanya berakhir.
Susunan feses. Feses berisi sangat banyak bakteri, kebanyakan mati, lepasan epithelium dari usus, jumlah kecil zat nitrogen, terutama musin; juga garam, terutama kalsium fosfat, sedikit zat besi, selulosa, sisa zat makanan lain yang tidak tercerna dan air.
BAB III
CANCER COLON

A.      Definisi
Tumor   adalah     suatu   benjolan   atau   struktur   yang menempati   area   tertentu   pada   tubuh,   dan   merupakan neoplasma  yang  dapat  bersifat  jinak  atau  ganas   (FKUI,  2008  : 268).

Kanker   adalah   sebuah  penyakit  yang   ditandai   dengan pembagian   sel  yang   tidak   teratur   dan   kemampuan   sel-sel   ini untuk   menyerang  jaringan  biologis   lainnya,   baik   dengan pertumbuhan   langsung   di   jaringan   yang   bersebelahan   (invasi) atau   dengan   migrasi   sel   ke   tempat   yang   jauh   (metastasis). Pertumbuhan   yang   tidak   teratur   ini   menyebabkan   kerusakan DNA,   menyebabkan  mutasi  di  gen  vital   yang   mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Gale, 2000 : 177).
Kanker   kolon   adalah  suatu   bentuk   keganasan   dari  masa abnormal/neoplasma   yang   muncul   dari   jaringan   epithelial   dari colon (Brooker, 2001 : 72).
Kanker   kolon/usus   besar   adalah   tumbuhnya   sel   kanker yang ganas di dalam  permukaan usus besar atau rektum (Boyle & Langman, 2000 : 805).
Kanker kolon adalah pertumbuhan sel  yang bersifat ganas yang tumbuh   pada   kolon   dan   menginvasi   jaringan   sekitarnya (Tambayong, 2000 : 143).
Dari beberapa  pengertian  diatas  dapat  ditarik kesimpulan bahwa   kanker   kolon   adalah   suatu   pertumbuhan   tumor   yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan jaringan sehat disekitar kolon (usus besar).(Kelompok)

B.       Etiologi
Terdapat empat etiologi utama kanker (Davey, 2006 : 334) yaitu:
1.  Diet : kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayur-sayuran, buah-buahan), kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan sumber protein hewani.
2.  Kelainan kolon
   Adenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.
   Familial poliposis : polip di usus mengalami degenerasi maligna menjadi karsinoma.
   Kondisi ulserative Penderita colitis ulserativa menahun mempunyai risiko terkena karsinoma kolon.
3.  Genetik: Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon mempunyai frekuensi 3 ½ kali lebih banyak daripada anak – anak yang orang tuanya sehat (FKUI, 2001 :207).

Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan waktu peredaran pada usus besar (Aliran depan feces) yang meliputi faktor kausatif. Petunjuk pencegahan yang tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer Society, The National Cancer Institute, dan organisasi kanker lainnya.
Faktor resiko telah teridentifikasi. Faktor resiko untuk kanker kolon :
- Usia lebih dari 40 tahun
- Darah dalam feses
- Riwayat polip rektal atau polip kolon
- Adanya polip adematosa atau adenoma villus
- Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga
- Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
- Diit tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.
Makanan yang tinggi lemak terutama lemak hewan dari daging merah,menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya kanker didalam usus besar. Daging yang di goreng dan di panggang juga dapat berisi zat-zat kimia yang menyebabkan kanker. Diet dengan karbohidrat murni yang mengandung serat dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran dalam usus besar. Beberapa kelompok menyarankan diet yang mengadung sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran dan buah-buahan ( e.g Mormons,seventh Day Adventists ).
Makanan yang harus dihindari :
-   Daging merah
-   Lemak hewan
-   Makanan berlemak     
-   Daging dan ikan goreng atau panggang
-   Karbohidrat yang disaring(example:sari yang disaring)
-   Makanan yang harus dikonsumsi:
-   Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan kubis ( seperti brokoli,brussels sprouts )
-   Butir padi yang utuh
-   Cairan yang cukup terutama air
Karena sebagian besar tumor Colon menghasilkan adenoma,faktor utama yang membahayakan terhadap kanker Colon menyebabkan adenoma. Ada tiga type adenoma Colon : tubular,villous dan tubulo villous (akan di bahas pada polips). Meskipun hampir besar kanker Colon berasal dari adenoma,hanya 5% dari semua adenoma Colon menjadi manigna,villous adenoma mempunyai potensial tinggi untuk menjadi manigna.
Faktor yang menyebabkan adanya adenoma benigna atau manigna tumor tidak diketahui poliposis yang bergerombol bersifat herediter yang tersebar pada gen autosom dominan. Ini di karakteristikkan pada permulaan adematus polip pada colon dan rektum. Resiko dari kanker pada tempat femiliar poliposis mendekati 100 % dari orang yang berusia 20 – 30 tahun.
Orang-orang yang telah mempunyai ucerative colitis atau penyakit Crohn’s juga mempunyai resiko terhadap kanker Colon. Penambahan resiko pada permulaan usia muda dan  tingkat yang lebih tinggi terhadap keterlibatan colon. Resiko dari kanker Colon akan menjadi 2/3 kali lebih besar jika anggota keluarga menderita penyakit tersebut.

C.      Klasifikasi
Klasifikasi kanker kolon berdasarkan metastasis menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berikut (FKUI, 2001 : 209) :
KELAS A   : kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis.
KELAS B   : penetrasi melalui dinding usus
B1 : kanker telah menginfiltrasi lapisan muskularis mukosa.
B2 : kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria.
KELAS C               : invasi ke dalam sistem limfe yang mengalir  regional
C1 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak satu  sampai empat buah.
C2 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih dari 5 buah.
KELAS D   : kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas & tidak dapat dioperasi lagi.

Klasifikai kanker kolon dapat ditentukan dengan sistem TNM (T = tumor, N = kelenjar getah bening regional, M =jarak metastese) :

T  = Tumor                                                                    
T
T0
T1
T2
T3
Tumor primer
Tidak ada tumor
Invasi hingga mukosa atau sub mukosa
Invasi ke dinding otot
Tumor menembus dinding otot

N  = Kelenjar getah bening regional
N
N0
N1


N2

N3

Kelenjar limfa
Tidak ada metastase
Metastasis ke kelenjar regional unilateral
Metastasis ke kelenjar regional bilateral
Metastasis multipel ekstensif ke kelenjar regional


M  = Jarak Metastase
M
M0
M1
Metastasis jauh
Tidak ada metastasis jauh Ada Metastasis jauh


Kanker usus besar di klasifikasikan menjadi 3 kelompok :
1.  Tipe menonjol
Semua tumor yang massa utamanya menonjol ke dalam lumen usus  termasuk tipe ini. Tumor tampak nodular, polipoid, seperti kembang kola tai fungoid. Massa tumor besar, permukaan mudah mengalami perdarahan, infeksi, dan nekrosis. Umumnya terjadi di belahan kanan kolon. Sifat invasi rendah, prognosis agak baik.


2.  Tipe ulseratif
Setiap tumor dengan permukaan memiliki tukak jelas yang agak dalam (kedalamannya biasanya mencapai atau melebihi tunika muskularis) termasuk tipe ini.tipe ulseratif paling sering di jumpai, menempati lebih dari separuh kanker besar. Karakteristiknya adalah pada massa terdapat tukak yang agak dalam, bentuk luar mirip kawah gunung berapi, tepinya menonjol dank eras, dasarnya tidak rata, nekrosis, derajad keganasan tinggi, metastasis limfogen lebih awal.
3.  Tipe infiltrative
Tumor menginfiltrasi tiap lapisan dinding usus secara difus, sehingga dinding usus setempat menebal, tapi tampak dari luar seringkali tidak jelas terdapat tukak atau tonjolan. Tumor seringkali mengenai sekeliling saliran usus, disertai hyperplasia abnormal jaringan ikat, lingkaran usus jelas menyusut, membentuk konstriksi anular, dipermukaan serosa setempat sering tampak cincin konstriksi akibat traksi jaringan ikat. Oleh karena itu mudah terjadi ileus, timbul diare dan obstipasi silih berganti. Tipe ini sering ditemukan pada kolon sigmoid dan bagian atas rectum, derajad keganasan tinggi, metastasis lebih awal.

D.      Patofisiologi
Penyebab kanker kolon belum diketahui, tetapi adapun faktor risiko yaitu Kanker  Payudara, rahim, atau ovarium sekarang atau di masa lalu, obesitas, Konsumsi makanan yang rendah serat, banyak lemak dan  protein 95 % terutama adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain (paling sering ke hati).
Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi relatif baik bila lesi terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat reseksi dila kukan, dan jauh lebih jelek bila terjadi metastase ke kelenjar limfe. Kompresi saraf dangkal menyebabkan nyeri.
Kanker kolon dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu :
1.  Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih
2.  Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon
3.  Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke system portal
4.  Penyebaran secara transperitoneal
5.  Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain. Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain (Gale, 2000 : 177).

Pada intervensi bedah dan radioterapi dapat menyebabkan respon psikologis kecemasan. Intervensi bedah dapat menyebabkan luka dan kerusakan jaringan pasca bedah yang dapat menyebabkan infeksi.





















































E.       Tanda dan Gejala
Gejala sangat ditentukan dengan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker belokasi. Gejala yang umum terjadi:
·      Adanya perubahan dalam defekasi
·      Darah pada feses
·      Konstipasi (suatu kondisi dimana seseorang tidak dapat buang air besar)
·      Perubahan dalam penampilan feses
·      Tenesmus (perasaan konstan kebutuhan untuk mengosongkan usus, disertai rasa sakit, kram, dan spontan upaya tegang)
·      Anemia
·      Perdarahan rektal
Kanker colon kanan:
Dimana isi kolon berupa cairan, cenderung tetap tersamar hingga stadium lanjut.sedikit kecenderungan mengalami obstruksi, karena lumen usus lebih besar dan feses masih encer. Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samar dan hanya dapat dideteksi dengan tes Guaiak (suatu tes sederhana yang dapat dilakukan di klinik), mukus jarang terlihat karena tercampur feses. Pada orang yang kurus, kanker kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan tidak enak pada abdomen, dan kadang-kadang pada epigastrium.
Kanker kolon kiri:
Cenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan kembung sering terjadi. Karena lesi kolon kiri cenderung melingkar, sering timbul gangguan obstruksi. Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita. Baik mucus maupun darah segar sering terlihat pada feses. Dapat terjadi anemia akibat kehilangan darah kronik. Pertumbuhan pada sigmoid atau rektum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh limfe atau vena, menimbulkan gejala-gejala pada tungkai atau perineum. Hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat-alat tersebut. Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.



Tabel Perbedaan manifestasi klinis dari kolon kanan dan kolon kiri
                 Kolon kanan
Kolon kiri
Pasokan darah: a. mesenterika superior, v. mesenterika superior.
Balikan vena: vena porta hati kanan
Pasokan darah: a. mesenterika inferior, v. mesenterika inferior
Balikan vena: v. lienalisàvena porta hati kiri
Besar
Kecil
Cair seperti bubur
Berbentuk kering, padat
Terutama absorbsi air, elektrolit
Storasi feses, defekasi
Umumnya berbentuk benjolan, sering ulserasi luas, berdarah, infeksi
Umumnya tipe infiltrative, mudah ileus
Massa abdominal, sistemik, perut kembung, nyeri samar dan gejala tak khas
Ileus (obstruksi pada usus), hematokezia (perdarahan yang keluar dari anus dengan warna merah segar), iritasi usus











F.  Pemeriksaan Diagnostik
a)      Endoskopi 
Pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.
b)      Radiologis
Pemeriksan radiologis yang dapat dilakukan antara lain adalah foto dada dan foto kolon (barium enema). Foto dada dilakukan untuk melihat apakah ada metastasis kanker keparu.
c)      Ultrasonografi (USG):
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati.
d)     Histopatologi:
Biopsy digunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis karsinoma kolon adalah adenokarsinoma danperlu ditentukan diferensiansi sel.
e)      Laboratorium: Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinanpasien mengalami perdarahan (FKUI, 2001 : 210).
G.  Penatalaksanaan
Bila sudah pasti karsinoma kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah sebagai berikut ;
a.  Pembedahan (operasi)
Operasi adalah penanganan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang diketahui lebih awal dan masih belum metastasis , tetapi  tidak menjamin semua sel kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga menghilangkan sebagian besar jaringan sehat yang mengelilingi sekitar kanker. Satu-satunya pengobatan definitive adalah pembedahan reseksi dan biasanya diambil sebanyak mungkin dari kolon, batas minimal adalah 5cm di sebelah distal dan proksimal dan tempat kanker. Untuk kanker di sekum dan kolon asenden biasanya dilakukan hemikolektomi kanan dan dibuat anastomosis ileo-transversal untuk kanker di kolon transversal dan di pleksura lienalis, dilakukan kolektomi subtotal dan dibuat anastomosis ileosigmoidektomi. Pada kanker di kolon desendens dan sigmoid dilakukan hemikolektomi kiri dan dibuat anastomosis kolorektal transversal untuk kanker di rektosigmoid dan rectum atas dilakukan rektosigmoidektomi dan rectum atas dilakukan rektosigmoidektomi dan dibuat anastomosis. Desenden kolorektal pada kanker di rectum bawah dilakukan proktokolektomi dan dibuat anastomosis kolorektal.
b. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar X, atau sinar gamma, di fokuskan untuk merusak daerah yang di tumbuhi tumor, merusak genetik sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak se-sel yang pembelahan dirinya cepat, antara lain sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung dan usus, sel darah. Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu makan.
c.  Kemotherapy
Chemotherapy memakai obat anikanker  yang kuat, dapat masuk ke dalam sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau di makan, pada umumnya lebih dari satu macam obat, karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus.
d.  Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen.

Tujuan Pembuatan Kolostomi
Untuk tindakan dekompresi usus pada kasus sumbatan / obstruksi usus. Sebagai anus setelah tindakan operasi yang membuang rektum karena adanya tumor atau penyakit lain. Untuk membuang isi usus besar sebelum dilakukan tindakan operasi berikutnya untuk penyambungan kembali usus (sebagai stoma sementara).
Jenis-Jenis Kolostomi.
1.  Jenis kolostomi berdasarkan sifatnya:
     a.  Sementara
Indikasi untuk kolostomi sementara :
1).  Hirschprung disease
2).  Luka tusuk atau luka tembak
3).  Atresia ani letak tinggi
4).  Untuk mempertahankan kelangsungan anastomosis distal usus setelah  tindakan operasi (mengistirahatkan usus).
5). Untuk memperbaiki fungsi usus dan kondisi umum sebelum dilakukan tindakan operasi anastomosis.
 b.  Permanen
Indikasi untuk kolostomi permanen :
Penyakit tumor ganas pada kolon yang tidak memungkinkan tindakan operasi reseksi-anastomosis usus.



2.  Jenis kolostomi berdasarkan letaknya :

Colostoy Asendens
Colostomy Transversal
Colostomi Desendens
Lokasi
Colon Asendens
Colon Tansversum
Colon Desendens
Konsistensi feses
Cair atau lunak
Lunak
Padat
Iritasi kulit
Mudah terjadi, karena kontak dengan enzim pencernaan
Mungkin terjadi karena lembab terus menerus
Kadang terjadi
Komplikasi
Striktur atau retraksi stoma



3.  Jenis kolostomi berdasarkan tekhnik pembuatan :
a.  Single Barreled Colostomy
b.  Double Barreled Colostomy
c.  Loop Colostomy

H.  Komplikasi
Komplikasi terjadi sehubungan dengan bertambahnya pertumbuhan pada lokasi tumor  atau kanker atau melalui penyebaran metastase yang termasuk:
1.  Perforasi usus besar yang disebabkan peritonotis
2.  Obstruksi pada usus besar
3.  Pembentukan abses
4.  Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina
5.  Biasanya tumor atau kanker menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang menyebabkan pendarahan.






I.    Asuhan Keperawatan
 Kasus Ca Colon
Tn B (40 th) dirawat sudah hari ke -2 dengan keluhan : sudah 1 bulan ini BAB nya selalu berlendir dan darah, dan 1 minggu terakhir ini BAB nya darah segar dan sering juga mengalami obstipasi, kadang juga mengalami distensi abdomen, sudah 1 bulan ini BB klien turun 20% (BB awal 70 kg), tidak nafsu makan dan juga nyeri sedang BAB atau tenesmus. Saat pemeriksaan fisik di dapat data : KU lemah , TTV 110/60 mmHg, N: 72 x/menit, suhu 37,40 C , RR : 20x/menit, conjungtiva anemis,distensi abdomen, nyeri tekan di abdomen. Hasil colonoscopy: berbentuk sirkuler dan anuler dan penyempitan lumen usus dan striktura menonjol dan mengisi.

I .   Pengkajian
 BIODATA KLIEN

Nama                    : Tn B
Umur                    : 40 tahun
Jenis Kelamin       : Laki-laki
No. Register         : 1330091193
Alamat           : Jalan tak berujung no 10 blok A kecamatan asmara kelurahan    damaisentosa
Status Perkawinan           : menikah
Keluarga Terdekat           : Ny. Mercedes mariety
Diagnosa Medis               : Ca Colon

ANAMNESE
1.      Riwayat keperawatan
a.   Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan Utama : sudah 1 bulan ini BAB nya selalu berlendir dan darah, dan 1 minggu terakhir ini BAB nya darah segar dan sering juga mengalami obstipasi, kadang juga mengalami distensi abdomen



b.   Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1. Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, lingkungan)
klien tidak pernah mempunyai riwayat alergi obat,makanan,binatang,dan lingkungan.
2. Riwayat kecelakaan
klien tidak pernah mengalami riwayat kecelakaan sebelumnya
3. Riwayat dirawat di Rumah Sakit (kapan, alasan, berapa lama)
                 klien baru pertama kali datang ke rumah sakit pada tanggal
4. Riwayat pemakaian obat
klien tidak pernah memakai obat dalam jangka waktu yang lama.
5. Riwayat trauma kepala.
Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien, serta riwayat adanya terkena radiasi
6. Sejak kapan keluhan dirasakan.
Buang air besar 6 kali sehari sudah terjadi selama 2 hari belakangan ini.
7. Kaji TTV dasar.
Untuk perbandingan dengan hasil pemeriksaan yang akan datang.
8. Kaji pertumbuhan klien.
Timbang dan ukur BB, TB klien.
9. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Keluarga klien tidak pernah ada riwayat penyakit seperti ini sebelumnya

2.  Pemeriksaan Fisik Umum
1. Berat badan sekarang               :  berkurang 20% dari BB awal (56  kg)
2. Berat badan sebelum sakit       :  70  kg
3. Tinggi badan                            : 170 cm
4. Tekanan darah                         : 110/60  mmHg (normal dewasa: 120/80 mmHg)
5. Nadi                                         : 72 x/menit (normal dewasa: 60-100 x/menit)
6. Frekuensi nafas                   : 20 x/menit (normal dewasa: 12-24 x/menit)
7. Suhu tubuh                               : 37,4 oC (normal: 36-37,5o C)


3. Pemeriksaan Fisik
a.  Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).
b.  Integritas Ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.
c.   Makanan / cairan
Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi).
d.   Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
e.    Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker /terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
f.    Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi)


II.    Data Fokus
      
Data subjektif
Data objektif
Data kasus :
·         Pasien mengatakan sudah 1 bulan ini BAB nya selalu berlendir dan darah,
·         Pasien mengatakan 1 minggu terakhir ini BAB nya darah segar
·         Pasien mengatakan susah untuk BAB (obstipasi)
·         Pasien mengatakan kadang juga mengalami kembung (distensi abdomen)
·         Pasien mengatakan sudah 1 bulan ini BB klien turun 20% (BB awal 70 kg)
·         Pasien mengatakan tidak nafsu makan dan 
·         Pasien mengatakan nyeri saat  BAB (tenesmus)

Data Tambahan :
·         Pasien mengatakan pusing
·         Pasien mengatakan mudah lelah
·         Pasien mengatakan susah beraktivitas
·         Keluarga pasien mengatakan, makanan pasien tidak habis, hanya habis 2 sendok
·         Pasien mengatakan nyeri tekan pada abdomen


Data kasus :
·         KU lemah
·         Kesadaran compos mentis
·         TTV
-          TD : 110/60 mmHg,
-          N : 72 x/menit,
-          suhu : 37,40 C ,
-           RR : 20x/menit,
·         Pasien terlihat conjungtiva anemis,
·         Karakteristik feses pasien terlihat berlendir dan berdarah segar
·         BB pasien saat sakit 56 kg
·         Hasil colonoscopy: berbentuk sirkuler dan anuler dan penyempitan lumen usus dan striktura menonjol dan mengisi.

Data tambahan :
·         Perut pasien terlihat agak membesar
·         Tinggi pasien 178 cm
·         Capilari refil 3 detik
·         Pasien terlihat lemas
·         Turgor kulit pasien tidak elastis
·         Kulit pasien kering
·         Skala nyeri saat BAB 5
P : nyeri bertambah saat ingin BAB
Q : sakit seperti tertusuk
R : letak nyeri di anus
S  : nyeri sedang
T  : saat BAB
·         Tonus otot pasien melemah
4444
4444
4444
4444

·         IMT : BB/TB (m) 2
       : 70/1,782
           : 22 kg/m

·         IMT : 56/1,782
            : 18kg/m



       
III.    Analisa Data Pre Op
        
No
Data fokus
Problem
etiologi
1
DS:
·         Pasien mengatakan sudah 1 bulan ini BAB nya selalu berlendir dan darah,
·         Pasien mengatakan 1 minggu terakhir ini BAB nya darah segar
·         Pasien mengatakan nyeri saat  BAB (tenesmus)
DO:
·         KU lemah
·         Kesadaran compos mentis
·         TTV
-          TD : 110/60 mmHg,
-          N : 72 x/menit,
-          suhu : 37,40 C ,
-           RR : 20x/menit,
·         Pasien terlihat conjungtiva anemis,
·         Karakteristik feses pasien terlihat berlendir dan berdarah segar
·         Hasil colonoscopy: berbentuk sirkuler dan anuler dan penyempitan lumen usus dan striktura menonjol dan mengisi.

Perdarahan
Pergesekan pada massa kanker di colon
2
DS :
·         Pasien mengatakan sudah 1 bulan ini BAB nya selalu berlendir dan darah,
·         Pasien mengatakan sudah 1 bulan ini BB klien turun 20% (BB awal 70 kg)
·         Pasien mengatakan keinginan untuk minum berkurang

DO :
·         KU lemah
·         Kesadaran compos mentis
·         TTV
-          TD : 110/60 mmHg,
-          N : 72 x/menit,
-          suhu : 37,40 C ,
-           RR : 20x/menit,
·         Pasien terlihat conjungtiva anemis,
·        Pasien terlihat lemas
·        Turgor kulit pasien tidak elastis
·        Kulit pasien kering
·        IMT : BB/TB (m) 2
       : 70/1,782
           : 22 kg/m
·        IMT : 56/1,782
            : 18kg/m

defisit volume cairan
pembatasan pemasukkan cairantubuh secara oral, hilangnya cairan tubuh secara tidaknormal, pengeluaran integritas pembuluh darah.
3
DS:
·         Pasien mengatakan susah untuk BAB (obstipasi)
·         Pasien mengatakan kadang juga mengalami kembung (distensi abdomen)
·         Pasien mengatakan nyeri tekan pada abdomen

DO:
·         KU lemah
·         Kesadaran compos mentis
·         TTV
-          TD : 110/60 mmHg,
-          N : 72 x/menit,
-          suhu : 37,40 C ,
-           RR : 20x/menit,
·         Pasien terlihat conjungtiva anemis,
·         Perut pasien terlihat agak membesar
Gangguan eliminasi BAB : konstipasi
penurunan asupan cairan dan serat, kelemahan otot abdomen sekunder akibat mekanisme kanker kolon
4
DS:
·    Pasien mengatakan susah untuk BAB (obstipasi)
·    Pasien mengatakan kadang juga mengalami kembung (distensi abdomen)
·    Pasien mengatakan nyeri saat  BAB (tenesmus)
·    Pasien mengatakan nyeri tekan pada abdomen
DO :
·         KU lemah
·         Kesadaran compos mentis
·         TTV
-          TD : 110/60 mmHg,
-          N : 72 x/menit,
-          suhu : 37,40 C ,
-           RR : 20x/menit,
·         Pasien terlihat conjungtiva anemis,
·         Skala nyeri saat BAB 5
·         Perut pasien terlihat agak membesar


Gangguan rasa nyaman nyeri
Spasme otot sekunder akbiat kanker usus besar
5
DS:
·         Pasien mengatakan sudah 1 bulan ini BB klien turun 20% (BB awal 70 kg)
·         Pasien mengatakan tidak nafsu makan dan 
·         Keluarga pasien mengatakan, makanan pasien tidak habis, hanya habis 2 sendok

DO:
·         KU lemah
·         Kesadaran compos mentis
·         TTV
-          TD : 110/60 mmHg,
-          N : 72 x/menit,
-          suhu : 37,40 C ,
-           RR : 20x/menit,
·         Pasien terlihat conjungtiva anemis,
·         IMT : BB/TB (m) 2
       : 70/1,782
           : 22 kg/m

·         IMT : 56/1,782
            : 18kg/m

Gangguan pemenuhan nutrisi
Kurangnya asupan oral karena kanker usus besar
6
DS :
·         Pasien mengatakan pusing
·         Pasien mengatakan mudah lelah
·         Pasien mengatakan susah beraktivitas
DO :
·         KU lemah
·         Kesadaran compos mentis
·         TTV
-          TD : 110/60 mmHg,
-          N : 72 x/menit,
-          suhu : 37,40 C ,
-           RR : 20x/menit,
·         Pasien terlihat conjungtiva anemis,
·        Pasien terlihat lemas
·        Skala nyeri saat BAB 5
P : nyeri bertambah saat ingin BAB
Q : sakit seperti tertusuk
R : letak nyeri di anus
S : nyeri sedang
T : saat BAB
·        Tonus otot pasien melemah
4444
4444
4444
4444
Intoleransi aktifitas
Kelemhan fisik



IV.  Diagnosa Keperawatan Pre Op
      
No.
Diagnosa Keperawatan
1
Perdarahan b.d proses penyakit kanker usus besar
2
Defisit volume cairan b.d pembatasan pemasukkan cairantubuh secara oral, hilangnya cairan tubuh secara tidaknormal, pengeluaran integritas pembuluh darah
3
Gangguan eliminasi BAB : Konstipasi b.d penurunan asupan cairan dan serat, kelemahan otot abdomen sekunder akibatmekanisme kanker kolon
4
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder akibat kanker usus besar.
5
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake yang tidak adekuat.
6
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahanfisik/nyeri.

V.  Intervensi Keperawatan Pre Op
    
No.
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi dan Rasional
1.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan masalah perdarahan  dapat teratasi dengan kriteria hasil :
- klien tidak mengatakan keletihan
- klien tidak mengatakan pusing
- melena tidak ada
- TTV dalam batas normal
1. Kaji tanda-tanda dan gejala perdarahan GI (mis:periksa semua skret yang keluar, obs warna feses, muntahan dan cairan yang keluar dari NGT).
Rasional: Traktus GI (esophagus dan rectum) paling sering sebagai sumber perdarahan, Rektal dan vena esophagus paling rentan untuk robek. Hasil obs warna feses/muntahan bila berubah kemerahan/kehitaman ada indikasi adanya pertahanan.
2. Observasi adanya petekie, ekimosis dan perdarahan dari satu/lebih sumber dan bagian lain
Rasional: Terjadinya perdarahan sekunder terhadap gangguan factor pembekuan darah.
3. Monitor/Awasi tanda-tanda vital (nadi, TD, CVP bila ada).
Rasional: Peningkatan nadi dengan penurunan TD dan CVP dapat menunjukkan kehilangan volume darah sirkulasi.
4. Perhatikan perubahan tingkat kesadaran (Catat perubahan mental/tingkat kesadaran).
Rasional: adanya perubahan keasadaran menunjukkan penurunan perfusi
jaringan serebral, sekunder terhadap hivolemia, hipoksimia.
5. Hindari pengukuran suhu rectal, hati-hati memasukkan selang GI.
Rasional: Rektal dan esofagus paling rentan terjadi perdarahan karena mudahnya terjadi robek pada keduannya.
6. Dorong untuk menggunakan sikat gigi halus, hindari mengejan.
Rasional: Adanya gangguan factor pembekuan, trauma minimal dapat menyebabkan perdarahan mukosa.
7. Gunakan jarum kecil untuk injeksi, tekan lebih lama pada bagian bekas suntikan.
Rasional: Meminimalkan kerusakan jaringan, menurunkan resiko perdarahan/hematom.
8. Hindarkan penggunaan produk yang menggunakan aspirin.
Rasional: Koagulasi memanjang, berpotensi untuk resiko perdarahan.

Kolaborasi :
1. Awasi Hb/Ht dan factor pembekuan darah.
Rasional: Indikator prdarahan aktif, anemia atau terjadinya komplikasi.
2. Berikan obat sesuai order (Vitamin K injeksi, Pelunak feses: lactural).
Rasional: Vit K dapat meningkatkan sintesis protrombin dan koagulasi bila hati berfungsi dan pelunak feses mencegah mengejan dan resiko robekan vascular/perdarahan.
2
Setelah dilakukan asuhan keperawatan masalah defisit volume cairan teratasi dengan krtiteria hasil sebagai berikut :
- TTV dalam batas normal
- turgor kulit normal
- masukan dan keluaran seimbang
1. Monitor intake dan output cairan, bandingkan dengan BB harian catat kehilangan melalui usus, misal muntah atau diare
Rasional : memberikan informasi mengenai kebutuhan pengganti/terapi efek.
2. kaji tanda vita, nadi perifer pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
Rasional : indikator volume sirkulasi/perifer
3. periksa  asites atau oedema, ukur lingkar abdomen sesuai indikasi
Rasional ; menerangkan kemungkinan perdarahan ke dalam jaringan

Kolaborasi :
1.  Awasi nilai laboratorium, contoh Hb,Ht, Na + albumin dan waktu pembekuan
Rasional : menunjukkan hidrasi dan mengidentifikasi retensi natrium/kadar protein yang dapat menimbulkan oedema
2. Berikan cairan IV elektrolit
Rasional : memberikan cairan dan penggantian elektrolit
3. Berikan protein hdrolisat : vitamin K
Rasional : memperbaiki kekurangan albumin/protein, dapat membantu mengembalikan cairan dari jaringan ke sirkulasi , mencegah masalah koagulasi

3.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan masalah gangguan eliminasi BAB dapat teratasi dengan kriteria hasil :
- pasien dapat BAB dengan lancar
- TTV normal


1.  Selidiki pelambatan awitan atau tak adanya keluaran. Auskultasi bising usus.
Rasional: Ileus paralitik pasca operasi biasanya membaik dalam 48-72 jam. Pelambatan dapat menandakan ileus atau obstruksi statis menutup.
2.  Tinjau ulang pola diet dan jumlah atau tipe masukan cairan.
Rasional: Masukan adekuat dari serat dan makanan kasar memberikan bulk, dan cairan atau faktor penting dalam menentukan konsistensi feses.
3. Libatkan pasien dalam perawatan secara bertahap.
Rasional :Rehabilitasi dapat dipermudah dengan mendorong pasien mandiri.
4. Kaji warna dan konsistensifeses, frekuensi, keluarnyaflatus, bising usus dannyeri terkan abdomen.
Rasional: penting untuk menilai keefektifan intervensi, dan memudahkan rencana selanjutnya.
5. Pantau tanda gejalarupture usus dan/atauperitonitis
Rasional: keadaan ini dapat menjadi penyebab kelemahan otot abdomen danp enurunan peristaltic usus
kolaborasi
Berikan unit TENS bila diindikasikan.
Rasional: Stimulasi listrik telah digunakan pada beberapa pasien untuk merangsang peristaltik.
4.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan masalah nutrisi dapat teratasi dengan kriteria hasil :
- Pasien tampak rileks,
- dapat beristirahat/tidur dan melakukan pergerakkan yang berarti sesuai toleransi.
- Skala nyeri berkurang
1. Kaji tingkat nyeri, lokasi, karakteristik dan intensitas (skala 1-10).
Rasional: Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan dan keefektifan analgesik.
2. Yakinkan pasien bahwa perubahan posisi tidak akan mencederai stroma.
Rasional:Menurunkan ketegangan otot, menaikkan relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
3. Bantu penggunaan teknik relaksasi.
Rasional: Membantu pasien untuk istirahat lebih efektif dan memfokuskan kembali perhatian sehingga menurunkan nyeri dan ketidaknyamanan.
4. Bantu pasien melakukan latihan rentang gerak dan dorong ambulasi dini, hindari duduk lama.
Rasional: Menurunkan kekakuan otot/sendi.
5.Ambulasi mengembalikan organ ke posisi normal dan meningkatkan kembali fungsi ke tingkat normal.
Rasional: Ambulasi dan perubahan posisi menurunkan tekanan perianal.
kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi (narkotik, analgesik).
R/ Menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan, khususnya setelah pemberian AP.

5
Setelah dilakukan asuhan keperawatan masalah nutrisi dapat teratasi dengan kriteria hasil :
- TD dalam batas normal (120/80 mmhg)
-  berat badan pasien kembali ideal
- IMT meningkat


1.      Kaji status nutrisi pasien
Rasional:untuk mengetahui kebutuhan nutrisi untuk intervensi
2. Jelaskan pada pasien tentang pentingnya diit tinggi kalori dan masukan cairan adekuat.
Rasional: pengetahuan yang cukup memungkinkan pasien kooperatif dengan tindakan perawatan yang di berikan.
3.  Auskultasi bising usus.
Rasional: Kembalinya fungsi usus menunjukkan kesiapan untuk memulai makan lagi.
4. Mulai makan dengan makanan cairan perlahan.
Rasional:Menurunkan insiden kram abdomen, mual.
5. Anjurkan pasien untuk meningkatkan penggunaan yogurth dan mentega.
Rasional: Membantu menurunkan pembentukan bau.
6.      Kolaborasi perencanaan diet yang sesuai.
Rasional: Membantu mengkaji kebutuhan nutrisi pasien dalam perubahan dan perencanaan dan fungsi usus.
7.      Timbang BB dengan jam yang sama setiap hari
Rasional:mengaswasi kefektifan intervensi

Kolaborasi
Pemberian makanan parenteral bila diindikasikan
Rasional: tidak toleran pada pemasukan peroral, hiperalimentasi digunakan untuk menambah kebutuhan komponen pada menambah kebutuhan komponen pada penyembuhan dan mencegah status katabolisme
.
6
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan intoleransi aktivitas dapat teratasi dengan kriteria hasil:
- Dapat memenuhi standar nilai kekuatan otot seharusnya
- Dapat melakukan aktivitas secara mandiri
1. Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat ditolerir.
Rasional : Mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahatyang adekuat.
2.  bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.
Rasional : Memberi kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri.
3. sarankan klien untuk tirah baring
Rasional : tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan sehingga metabolisme dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit
4. Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak menimbulkan stress.
Rasional :  Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stress pada pasien.
5. Pantau respons pasien terhadap peningkatan aktivitas.
Rasional : Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan atau kurang.



ANALISA DATA  POST OP

No
Data focus
Masalah
Etiologi
1
DS
-   pasien mengatakan nyeri pada luka

-   pasien mengeluh susah bergerak

Nyeri
Luka insisi bedah
2
DS
-          Pasien mengatakan gatal pada daerah insisi

-          Pasien mengatakan nyeri sekitar insisi luka

DO
-          Luka pasien terlihat kemerahan

-          Pasien tampak memegangi luka

-          TTV
TD : 110/70 mmhg
N   : 78 x/menit
RR : 19 x/menit
S    : 37,8 0 C

-          Hb : 10 gr/dl
 Resiko Tinggi Infeksi
Post Operasi pembedahan colon
3
DS :
-          Pasien mengeluh tidak nyaman di area pembedahan
-          Pasien mengeluh gatal pada abdomen
DO :
-          Kulit pasien tampak kemerahan pada daerah pembedahan
Kerusakan integritas kulit
luka pembedahan
4
DS
-          Pasien mengeluh lemas
-          Pasien mengeluh nyeri di bagian abdomen
-          Pasien mengeluh susah bergerak
DO
-          Pasien tampak pucat
-          Pasien tampak lemah
-          Pasien tampak meringis kesakitan
-          Tonus otot
3333
3333
3333
3333
Intoleransi aktivitas
kelemahan fisik/nyeri.
5
DS
-          Keluarga pasien bertanya bagaimana perawatan pasien

-          Keluarga pasien mengatakan masih bingung untuk melakukan perawatan dan pengobatan pada pasien

DO
-          Keluarga pasien tampak cemas

-          Keluarga pasien memperhatikan segala tindakan yang diberikan ke pasien

-          Keluarga pasien antusias mendengar penjelasan yang diberikan

Kurang pengetahuan perawatan dan pengobatan post operasi
Tidak mendapat informasi/tidak mengingat



Diagnose keperawatan post operasi

1.      Gangguan rasa nyaman nyeri b.d luka insisi pembedahan
2.      Resiko tinggi Infeksi b.d post op pembedahan
3.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pembedahan.
4.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik/nyeri.
5.      Kurang pengetahuan perawatan dan pengobatan b.d tidak mendapat informasi/tidak mengingat


INTERVENSI
Post operasi

No
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
RENCANA TINDAKAN
RASIONAL
1
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d luka insisi pembedahan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..x.. masalah nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1.  Tidak cemas.
2.  Tidak tegang.
3.  Ekspresi wajah wajar (tidak menahan nyeri).

1.      Catat adanya peningkatan rasa nyeri dengan cara skala wajah nyeri.
2.      Hindari palpasi area agar terhindar dari rasa nyeri pasca operatif pembedahan jika diperlukan.
3.      Berikan posisi yang nyaman pada anak bila diindikasikan.
1.      Lakukan tindakan perawatan (ganti balutan 3x24 jam sekali dengan cara mengganti balutan kering)
2.      Berikan analgetic sesuai indikasi.

·        Digunakan untuk mengetahui keadaan nyeri pada anak dan mencegah keadaan nyeri.
·        Untuk menghindari terjadinya nyeri.



·        Posisi nyaman dapat digunakan untuk relaksasi untuk mengurangi nyeri.
·        Mengurangi risiko terjadinya infeksi



·        Digunakan untuk farmako terapi terhadap nyeri

2
Resio tinggi Infeksi b.d post op pembedahan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..x.. masalah infeksi dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1.    Suhu normal 36,5 derajat celcius.
2.    Tidak ada kemerahan panas.
3.    Balutan kering dan besih.


1.             Monitor TTV ( suhu )
2.             Pertahankan nutrisi adekuat.
3.             Gunakan teknik mencuci tangan yang cermat sebelum dan sesudah merawat anak unuk menghilangkan mikro organisme.
4.             Lakukan perwatan luka dengan hati-hati agar luka tetap besih.
5.             Ganti balutan luka setelah 3 hari post operasi.
6.          Gunakan asepsis medis.





·        Karena peningkatan suhu menunjukkan terjadinya infeksi.
·        Untuk mendukung pertahanan tubuh.
·        Untuk menghilangkan organisme efektif.

·        Untuk meminimalkan resiko infeksi
Dengan balutan dapat meningkatkan kelembapan
3
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pembedahan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..x.. masalah kerusakan integritas kulit dapat teratasi:

Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
Kriteria Hasil :
- tidak ada tanda-tanda
infeksi seperti pus.
- luka bersih tidak
lembab dan
tidak  kotor.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi
1.Kaji kulit dan identifikasi pada tahap
perkembangan luka.

2. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.

3. Pantau peningkatan   suhu  tubuh.

4.Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril, gunakan plester kertas.

5. Jika pemulihan  Tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan,
     misalnya debridement.

6. Setelah debridement,
ganti  balutan sesuai kebutuhan

- Kolaborasi
pemberian
antibiotik sesuai indikasi
R :mengetahui sejauh mana perkembangan luka
mempermudah
dalam melakukan
tindakan yang tepat.

R
:mengidentifikasi
tingkat keparahan
luka akan
mempermudah
intervensi.

R: suhu
tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya
proses peradangan.

R : tehnik aseptik
membantu
mempercepat
penyembuhan
luka  dan mencegah
terjadinya infeksi.

R : agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi
tidak menyebar luas pada area  kulit  normal
lainnya.

R:balutan  dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung
kondisi parah/ tidak nya luka, agar tidak terjadi infeksi.

R :antibiotik berguna
untuk  mematikan
mikroorganisme
pathogen ada daerah yang berisiko terjadi infeksi.
4
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik/nyeri.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..x.. masalah intoleransi aktivitas dapat teratasi:
Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
Kriteria hasil:
-  perilaku menampakan
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
-  pasien mengungkapkan
mampu
untuk  melakukan
beberapa aktivitas tanpa dibantu.
- Koordinasi otot, tulang dan anggota
gerak lainya baik.
- Rencanakan periode istirahat yang cukup.
- Berikan
latihan aktivitas  secara bertahap.
- Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.
- Setelah latihan
dan aktivitas
kaji respons pasien
R :mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal.

R :tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.

R : mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.

R : menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan.

5
Kurang pengetahuan perawatan dan pengobatan b.d tidak mendapat informasi/tidak mengingat

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..x.. masalah kurang pengetahuan dapat teratasi denga kriteria hasil :
- keluarga mengerti penjelasan mengenai perawatan
- keluarga dapat mempraktekkan perawatan dengan benar
- keluarga tidak merasa cemas
- Berikan informasi dalam bentuk-bentuk dan segmen yang singkat dan sederhana.

- Diskusikan mengenai kemungkinan proses penyembuhan yang lama.

- ajarkan untuk mempraktekan perawatan yang benar

- mendengarkan keluhan atau pertanyaan dari pasien/keluarga pasien

- berikan pendidikan kesehatan untuk perawatan dirumah



- dengan memberikan penjelasan yang sederhana dan singkat dimaksudkan agar pasien/keluarga mengerti dan paham
- untuk meminimalkan kecemasan dan pertanyaan pasien/keluarga mengenai penyembuhan

- untuk perawatan dirumah

- memberikan simpati agar pasien/keluarga merasa dihargai dan dihormati
- agar pasien/keluarga dapat mempraktekan dirumah




J. JURNAL
    The Journal of National Cancer Institute
Sebuah studi baru menunjukkan bahwa apa yang Anda makan dapat mempengaruhi kesempatan Anda untuk bertahan hidup kanker usus besar.
Penelitian ini adalah yang pertama untuk melihat dampak bahwa nutrisi tertentu terhadap kemungkinan kekambuhan penyakit pada orang dengan kanker usus besar, salah satu penyebab utama kematian kanker di Amerika Serikat. Ditemukan bahwa orang yang diobati untuk penyakit Tahap 3, di mana sel-sel tumor telah menyebar ke kelenjar getah bening, telah sangat meningkat kemungkinan mati atau mengalami kekambuhan jika diet mereka terasa berat dalam makanan kaya karbohidrat yang menyebabkan lonjakan gula darah dan insulin .
Para pasien yang mengonsumsi paling karbohidrat dan makanan dengan beban glikemik tinggi - ukuran sejauh mana satu porsi makanan akan meningkatkan gula darah - memiliki kesempatan 80 persen lebih besar untuk meninggal atau mengalami kekambuhan selama masa studi sekitar tujuh tahun dibandingkan dengan mereka yang memiliki tingkat terendah. Tahap 3 pasien kanker usus besar biasanya memiliki tingkat kelangsungan hidup lima tahun sekitar 50 sampai 65 persen.
Penelitian ini, bagaimanapun, adalah observasional, yang berarti hanya bisa menyoroti hubungan antara karbohidrat dan hasil kanker tanpa membuktikan penyebab langsung dan akibat. Para peneliti juga memperoleh beberapa data dari kuesioner makanan yang mewajibkan pasien untuk mengingat rincian tentang diet mereka, sebuah metode yang dapat diandalkan.
Namun, para peneliti, yang menerbitkan temuan mereka dalam The Journal of National Cancer Institute, percaya insulin mungkin memainkan peran penting dalam kekambuhan kanker usus besar. Kronis tingkat insulin yang tinggi telah dikaitkan dengan kekambuhan kanker dan kematian pada penelitian sebelumnya, dan orang-orang dengan riwayat diabetes tipe 2 atau plasma meningkat C-peptida, penanda produksi insulin jangka panjang, juga telah ditemukan memiliki peningkatan risiko kanker usus besar. Satu hipotesis adalah bahwa insulin dapat mendorong pertumbuhan sel-sel kanker dan mencegah kematian sel atau apoptosis, dalam sel-sel kanker yang telah menyebar.
"Ini bukan hanya bahwa semua karbohidrat buruk atau bahwa Anda harus menghindari semua gula," kata Dr Jeffrey A. Meyerhardt, penulis utama penelitian dan seorang profesor kedokteran di Dana-Farber Cancer Institute di Boston. Ini tidak sesederhana 'gula menyebabkan kanker untuk tumbuh.”
Dia menambahkan: "karbohidrat dan gula yang berbeda menyebabkan respon yang berbeda dalam tubuh Anda. Saya pikir orang harus fokus pada diet yang seimbang "dan makanan pengganti yang berhubungan dengan beban glikemik rendah atau karbohidrat untuk makanan yang memiliki tingkat yang lebih tinggi.
Sebelumnya penelitian yang diterbitkan oleh kelompok Dr Meyerhardt menunjukkan bahwa Tahap 3 pasien kanker usus besar yang paling dekat mengikuti diet gaya Barat - dengan asupan tinggi daging, lemak, biji-bijian olahan dan makanan penutup manis - telah tiga kali lipat peningkatan kekambuhan dan kematian dari penyakit ini dibandingkan dengan mereka yang paling kuat menyimpang dari pola makan Barat.
Untuk studi ini, Dr Meyerhardt dan timnya ingin melihat apa asupan karbohidrat sejauh dapat mempengaruhi perkembangan penyakit, sehingga mereka diikuti sekitar 1.000 Tahap 3 pasien kanker usus mengambil bagian dalam uji klinis yang disponsori oleh National Cancer Institute. Para pasien, yang memiliki semua menjalani operasi dan kemoterapi sebagai bagian dari perawatan mereka, memberikan informasi tentang diet mereka dan kebiasaan gaya hidup. Tapi peneliti melampaui hanya karbohidrat dan asupan gula, dengan langkah-langkah glikemik akun.
Indeks glikemik, suatu ukuran gizi semakin populer, terlihat pada tingkat di mana makanan yang mengandung karbohidrat meningkatkan tingkat puasa seseorang gula darah dan kebutuhan selanjutnya untuk insulin. Minuman manis, roti putih dan karbohidrat yang diproses lainnya peringkat lebih tinggi pada indeks, sementara mereka yang dicerna lebih lambat, seperti nasi merah, banyak sayuran, biji-bijian tidak dimurnikan dan kacang-kacangan, memiliki nilai indeks yang lebih rendah.
Barometer lain, bagaimanapun, adalah beban glikemik, yang mengacu pada efek gula darah porsi standar makanan. Sebuah beban glikemik dari 10 atau kurang untuk makanan umumnya dianggap rendah, sementara 20 atau lebih tinggi. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa beban glikemik dan total asupan karbohidrat adalah prediktor terbaik kekambuhan kanker dan kematian, dan link terkuat pada orang yang kelebihan berat badan atau obesitas.
Dr Meyerhardt mengatakan temuan ini menunjukkan bahwa pasien kanker usus besar akan bijaksana untuk menjaga beban glikemik dalam pikiran ketika membuat keputusan makanan, mencari cara untuk bekerja ke diet makanan mereka yang peringkat rendah pada skala.
"Jadi jika Anda berpikir tentang minuman, kebanyakan jus dan soda pasti memiliki beban glikemik lebih tinggi daripada air rasa dan jus tomat dan hal-hal seperti itu," katanya. "Buah-buahan seperti tanggal atau kismis memiliki banyak glikemik yang sangat tinggi, sedangkan buah-buahan segar seperti apel, jeruk atau melon semua memiliki gula tetapi memiliki beban glikemik yang sangat rendah. Pengganti beras merah untuk putih, biji-bijian, bukan roti putih, dan bukannya memiliki kentang tepung sebagai lauk Anda, kacang pengganti dan sayuran. "
Salah satu ahli yang tidak terlibat dalam penelitian ini, Somdat Mahabir, ahli epidemiologi gizi dengan divisi National Cancer Institute pengendalian kanker dan ilmu populasi, mengatakan temuan dari studi terbaru harus ditanggung dalam penelitian lebih lanjut. Tapi sementara itu, membuat perubahan diet yang mengurangi beban glikemik adalah rekomendasi yang wajar bagi pasien kanker usus besar, katanya, karena hanya bisa membantu, tidak berbahaya.
"Hasil penelitian ini perlu dikonfirmasi, tetapi indikasi saat ini bahwa diet adalah penting untuk kelangsungan hidup kanker usus besar," kata Dr Mahabir.

Kesimpulan

80% orang yang menderita Ca. Colon dan banyak mengkonsumsi karbohidrat dan mengkonsumsi makanan yang dapat menyebabkan gula darah dan insulin meningkat dapat meninggal dunia dikarenakan insulin dapat mendorong pertumbuhan sel-sel kanker.
Sedangkan 50-65% yang memiliki pola diet yang bagus dapat meningkatkan atau dapat bertahan hidup lebih lama 5tahun. Dan konstipasi pada kasus bisa disebabkan karena penderita kekurangan serat pangan.









BAB IV
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Kanker   kolon   adalah   suatu   pertumbuhan   tumor   yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan jaringan sehat disekitar kolon (usus besar).  Penyebab pasti dari kanker colon ini masih belum jelas (idiopati), tetapi ada beberapa faktor resiko yang dapat memicu terjadinya kanker colon yaitu diet tidak sehat, dan mengkonsumsi makanan yang kurang serat. Dan penatalaksanaan dari kanker colon ini harus berdasarkan stadium  kanker yang diderita oleh pasien.

B.   Saran
Mulai dari sekarang ubahlah pola hidup menjadi pola hidup sehat, dengan mengatur pola makan, mengkonsumsi makanan yang berserat, serta jangan terlalu banyak makan makanan yang mengandung  bahan zat kimia/pengawet karena dapat membahayakan tubuh kita (usus).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar