BAB I
PENDAHULUAN
Kanker
paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria dan wanita.
Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru-paru yang
mengejutkan. American Cancer Society memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000
kasus baru dalam tahun 1987 dan 136.000 meningggal. Prevalensi kanker paru di
negara maju sangat tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di
inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker
terbanyak. Di RS Kanker Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor paru menduduki urutan
ke 3 sesudah kanker payudara dan leher rahim. Karena sistem pencatatan kita
yang belum baik, prevalensi pastinya belum diketahui tetapi klinik tumor dan
paru di rumah sakit merasakan benar peningkatannya. Sebagian besar kanker paru
mengenai pria (5%), life time risk 1:13 dan pada wanita 1:20. Pada pria lebih
besar prevalensinya disebabkan faktor merokok yang lebih banyak pada pria.
Insiden puncak kanker paru terjadi antara usia 55 – 65 tahun. Kelompok akan
membahas Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kanker paru dengan kasus.
Diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang efektif dana mampu
ikut serta dalam upaya penurunan angka insiden kanker paru melalui upaya
preventif, promotof, kuratif dan rehabilitatif.
B. Rumusan Masalah
BagaimanaAsuhanKeperawatanDenganPasienMenderitaPenyakit
Cancer Paru
Sesuai dengan kasus.
C.
Tujuan
1.
Tujuan Umum:
Menjelaskan asuhan keperawatan dengan klien kanker paru
2. Tujuan Khusus:
a.
Menjelaskan
konsep dasar dari penyakit kanker paru
b. Menjelaskan definisi dari penyakit
kanker paru
c. Menjelaskan etiologi dari penyakit
kanker paru
d. Menjelaskan patofisiologi kanker
paru
e. Menjelaskan Stadium kanker paru
f. Menjelaskan manifestasi klinis
kanker paru
g. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik
dan penatalaksanaan pada kanker paru
h. Menjelaskan komplikasi pada kanker
paru
D.
Sistematika
Makalah ini telah disusun dengan sebaik-baiknya dari :
BAB I : Berisi
pendahuluan seperti latar belakang, rumusan masalah, tujuan, beserta
sistematika yang telah disusun.
BAB II : Berisi tentang pembahasan
yang terdiri dari :
A.
Anatomi fisiologi pernafasan/
respirasi
B.
Definisi Cancer
C.
Definisi cancer paru
D.
Etiologi
E.
Patofisiologis
F.
Manifetasi klinis
G.
Pemeriksaan diagnostik
H. Penatalaksanaan
BAB III : Tinjauan kasus (asuhan keperawatan
ca paru)
BAB IV : Berisi tentang penutup (kesimpulan,
daftar pustaka)
BAB II
PEMBAHASAN
A.
ANATOMI
FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI
Pengertian
pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran
karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia dalam bernapas
menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan.
Sistem pernafasan tersusun atas
saluran pernafasan dan paru-paru sebagai tempat perrtukaraan udara pernafasan.
Pernafasan merupakan proses untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang diperlukan
untuk mengubah sumber energi menjadi energi dan membuang CO2 sebagai sisa
metabolisme.
Sistem pernafasan terdiri daripada
lubang hidung, rongga hidung, faring, laring, trakea , peparu tulang
rusuk , otot interkosta , bronkus , bronkiol , alveolus dan diafragma . Lubang
hidung sampai bronchiolus disebut pars konduktoria karena fungsinya sebagai
saluran udara respirasi.
a. Rongga
Hidung dan Nasal
·
Dilapisi dengan epitelium silinder dan sel spitel berambut
yang mengandung sel cangkir atau sel lendir sehingga permukaan nares basah dan
berlendir.
·
Selaput lendir ini kaya akan pembuluh darah, yang bersambung
dengan lapisan farinx dan dengan semua sinus yang mempunyai lubang masuk dalam
rongga hidung.
Sewaktu udara melalui hidung, udara di saring oleh bulu-bulu
(vestibulum) dan karena kontak dengan permukaan lendir yang dilaluinya membuat
udara menjadi hangat. Penguapan air dari permukaan selaput lendir menyebabkan
kondisi rongga hidung lembab. Hidung menghubungkan lubang-lubang sinus udara
para nasalis yang masuk kedalam rongga hidung dan lubang naso-lakrimal yang
menyalurkan air mata (bawah rongga nasalis)
b. Faring
Udara dari rongga
hidung masuk ke faring. Faring berbentuk
seperti tabung corong, terletak di belakang
rongga hidung dan mulut, dan tersusun dari
otot rangka. Faring berfungsi sebagai jalannya udara dan makanan. Faring merupakan
percabangan 2 saluran, yaitu saluranpernapasan ( nasofaring) pada bagian depan dan saluran
pencernaan ( orofaring)pada
bagian belakang.
c. Laring
Laring terletak antara
faring dan trakea. Laring tersusun atas Sembilan buah tulang rawan. Bagian dalam
dindingnya digerakkan oleh otot untuk menutup
serta membuka glotis. Glotis adalah lubang mirip celah yang menghubungkan trakea dengan faring.
Laring memiliki katup yang disebut epiglotis.
Pada saat menelan makanan, epiglotis tertutup sehingga makanan tidak masuk ke tenggorokan tetapi
menuju kerongkongan. Makan sambil berbicara
dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut
sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf
kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga
mengakibatkan gangguan kesehatan. Di
dalam laring, selain terdapat epiglotis juga ditemukan adanya pita suara. Masuknya udara melalui faring akan
menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara.
d. Trakea
Berupa pipa yang dindingnya terdiri
atas 3 lapisan, yaitu lapisan luar terdiri atas jaringan
ikat, lapisan tengah terdiri atas otot polos dan cincin tulang rawan, dan
lapisan dalam terdiri atas jaringan epitelium besilia. Terletak di leher bagian
depan kerongkongan
e. Percabangan
Bronkus
1)
Bronkhus
Merupakan percabangan trakea yang
menuju paru-paru kanan dan kiri. Struktur bronkhus sama dengan trakea, hanya
dindingnya lebih halus. Kedudukan bronkhus kiri lebih mendatar dibandingkan
bronkhus kanan, sehingga bronkhus kanan lebih mudah terserang penyakit
2) Bronkheolus
Bronkheolus
adalah percabangan dari bronkhus, saluran ini lebih halus dan dindingnya lebih
tipis. Bronkheolus kiri berjumlah 2, sedangkan kanan berjumlah 3, percabangan
ini akan membentuk cabang yang lebih halus seperti pembuluh.
3) Alveolus
Berupa
saluran udara buntu membentuk gelembung-gelembung udara, dindingnya tipis
setebal selapis sel, lembab dan berlekatan dengan kapiler darah.Alveolus
berfungsi sebagai permukaan respirasi, luas total mencapai 100 m2 (50 x luas
permukaan tubuh) cukup untuk melakukan pertukaran gas ke seluruh tubuh.
f. Paru-paru
Berjumlah sepasang terletak di dalam rongga dada kiri dan
kanan. Paru-paru kanan (pulmo dexter) memiliki 3 lobus (gelambir), sedangkan
paru-paru kiri (pulmo sinister) memiliki 2 lobus (gelambir). Di dalam paru-paru
ini terdapat alveolus yang berjumlah ± 300 juta buah. Bagian luar paru-paru
dibungkus oleh selaput pleura untuk melindungi paru-paru dari gesekan ketika
bernapas, berlapis 2 dan berisi cairan pleura. Antara selaput luar dan selaput
dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas
paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma darah yang masuk secara eksudasi.
Paru-paru dibungkus oleh pleura. Pleura ada yang menempel
langsung ke paru, disebut sebagai pleura visceral. Sedangkan pleura parietal
menempel pada dinding rongga dada dalam. Diantara pleura visceral dan pleura
parietal terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas sehingga
memungkinkan pergerakan dan pengembangan paru secara bebas tanpa ada gesekan
dengan dinding dada.
B. DEFINISI
CANCER
Kanker adalah suatu pertumbuhan sel sel abnormal
yang cenderung menginvasi jaringan di sekitarnya dan menyebar ke tempat-tempat jauh.
Kanker adalah pertumbuhan sel abnormal yang cenderung menyerang jaringan
disekitarnya dan menyebar ke organ tubuh lain yang letaknya jauh. Kanker
terjadi karena profilerasi sel tak terkontrol yang terjadi tanpa batas dan
tanpa tujuan bagi pejamu. Istilah kanker menagcu pada lebih dari 100 bentuk
penyakit. Meskipun setiap kanker memiliki ciri unik, kanker muncul melalui
beberapa proses yang sama yang pada akhirnya bergantung pada perubahan genetik
secara krusial. (elizabeth, 2008)
PENANDA SEL
TUMOR
Sebagian sel kanker
mengeluarkan penanda (Marker) sel tumor. Penanda tersebut adalah zat spesifik
yang disekresikam oleh tumor kedalam darah, urine atau cairan spinalis orang
yang mengidap kanker. Penanda sel tumor mungkin merupakan antigen spesifik yang
terdapat di sel kanker. Sebagian antigen tumor serupa denagn antigen janin dan
disebut antigen janin dan disebut antigen onkofetal (“onko” berarti tumor).
Karena antigen janin sering tidak mencetuskan respon imun, antigen janin
tersebut menyamarkan tumor dari sintem imun penjamu. Penanda sel tumor bahkan
dapat mencakup fragmen DNA yang dapat dideteksi, dengan teknin pengukuran yang
sangat sensitif, dalam sirkulasi jika dihasilkan secar berlebihan oleh tumor
tertentu.
DAMPAK KLINIS
PENANDA SEL TUMOR
Penanda sel tumor secara klinis penting karna dapat dijadikan alat untuk
mendeteksi sel kanker tertentu, dan perkembangan dapat diikuti sebelum, selama,
dan setelah pengobatan. Misalnya, apabila ditemukan adanya penanda sel tumor
spesifik pada seorang pasien, maka kanker diperkirakan diderita oleh pasien tersebut
sehingga diperlukan evaluasi diagnostig lebih lanjut.
CONTOH PENANDA
SEL TUMOR
Contoh penanda sel tumor adalah :
1. Alfa fetoprotein untuk
kanker hati dan yolk sac (ovarium dan testis)
2. Antigen karsinoembrionik
untu kanker kolorektum
3. HCG
(human chorionic gonadotropin) untuk banyak tumor, termasuk koriokarsinoma
(biasanya kanker rahim)
4. Fosfatasea
asam dan antigen spesifik prostat (prostate speciftic antigen, PSA) untuk
kanker prostat
5. Imunoglobulin monoklonal
(satu subtipe antibodi) untuk melanoma multipe
6. CA-125,
sebuah protein yang dilepaskan dari organ reproduksi wanita dan dari lapisan
kavum toraks dan rongga peritoneum. Protein ini meningkat jumlahnya pada
jaringn yang meradang atau cedera dan sebagian penanda untuk kanker ovarium.
DISKRIPSI PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN TUMOR
Pertumbuhan dan penyebaran tumor seringkali dideskripsikan secara klinis;
beberapa istilah berbeda yang digunakn, dijelaskan dibawah ini
1. Derajat (grading) :
penilaian tumor berdasarkan derajat anaplasia yang diperlihatkannya. Sebagai
contoh, sel yang kurang berdiferensiasi (yang sanat anaplastik) menandakan
tingkat tinggi
2. Stadium (staging) :
keputusa klinis yang berkaitan dengan ukuran tumor, derajat invasi lokal yang
telah terjadi, dan derajat penyebarannya ketempat-tempat yang jauh pada
individu tertentu.
3. Waktu penggandaan
(dobling time) : perkiraan jumlah waktu rerata yang diperlukan untuk pembelahan
sel-sel tumor. Sel-sel tumor yang cepat membelah memiliki waktu penggandaan
yang singkat.
Tumor dapat tumbuh hanya secara lokal atau dapat menyebar ke
tempat-tempat jauh melalui proses yang dinamakan metastasis. Metastasis inilah
yang akhirnya mengantarkan seseorang pada kematian.
Kategori kanker
1. Tumor
diindentifikasi berdasarkan jaringan asal, tempat mereka tumbuh. Akhiran “oma’
biasanya ditambahkan ke istilah jaringn untuk mengidentifikasi suatu kaker.
2. KARSINOMA
adalah kanker jaringn epitel, termasuk sel-sel kulit, testis, ovarium, kelenjar
penghasil mucus, sel penghasil melanin, payudara, serviks, kolon, rectum,
lambung, pangkreas dan esophagus karsinoma in situ adalah istilah yang
digunakan untuk menjelaskan sel epitel abnormal yang masih terbatas di daerah
tertentu sehingga masih dianggap lesi prainvasif.
3. LIMFOMA
adalah kanker jaringn limfe yang mencakup kapiler limfe, lacteal, limpa, jar
limfe, dan pembuluh limfe. Timus dan sumsum tulang juga dapat dipengaruhi.
Limfoma spesifik antara lain adalah penyakit Hodgkin (kanker kelenjar limfe dan
limpa) dan limfoma malignum
4. SARKOMA
adalah kanker jaringn ikat, termasuk sel-sel yang ditemukan di otot dan tulang
5. GLIKOMA adalah kanker
sel-sel glia (penunjang) di susunan saraf pusat
C. DEFINISI
KANKER PARU
Kanker paru merupakan keganasan pada jaringan paru (Price, Patofisiologi,
1995).
Kanker paru
merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami proliferasi dalam paru
(Underwood, Patologi, 2000).
Kanker
paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalm jaringan
paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen, lingkungan, terutama asap
rokok.( Suryo, 2010)
Terdapat 4
jenis umum kanker paru: tiga karsinoma sel besar dan satu karsinoma sel
kecil. Karsinoma sel besar adalah karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma sel
besar.
Karsinoma sel skuamosa sebanyak 30% dari kanker paru. Kanker ini jelas
berkaitan dengan asap rokok dan pajanan dengan toksin-toksin lingkungan,
seperti asbestosdan komponen polusi udara. Tumor sel skuamosa biasanya terletak
di bronkus pada sisi tempat bronkus masuk ke paru, yang disebut hilus, yang kemudian
meluas kebawah ke bronkus. Karena bronkus pada derajat tertentu mengalami
obstruksi, dapat terjadi atelektasis absorpsi dan pneumonia, serta penurunan
kapasitas ventilasi. Tumor ini tumbuh retif lambat dan memiliki prognosis yang
paling baik, yaitu kemungkinan hidup lima tahun jika didiagnosis sebelum
metastasis.
Adenokarsinoma adalah jenis kanker paru yang berasal dari kelenjar
paru. Tumor ini biasanya terjadi dibagian perifer paru, termasuk bronkiolus
terminal dan alveolus. Kanker Jenis ini terhitung sekitar 30% dari kanker paru
dan lebih tinggi diantara wanita. Adenokarsinoma biasanya berukuran kecil dan
tumbuh lambat, tetapi bermetastasis secara dini dan angka bertahan hidup sampai
5 tahunnya buruk.
Kanker sel besar
Takberdiferensiasi sangat
anaplastik dan cepat bermetastasis. Tumor ini sekitar 10-15% dari semua kanker
paru, sering terjadi di bagian perifer dan meluas kearah pusat paru. Tumor ini
berkaitan erat dengan merokok dan dapat menyebabkan nyeri dada. Kanker jenis
ini mamiliki prognosis berthan hidup yang sangat buruk.
Karsinoma sel kecil sekitar 25% dari semua sel kanker paru. Tumor jenis
ini juga disebut sebagi karsinoma oat cell dan biasanya tumbuh dibagian
tengah paru. Karsinoma sel kecil sejenis tumor yang bersifat sangat anaplastik,
atau embrionik, sehingga memperlihatkan insiden metastasis yang tinggi. Tumor
ini sering merupakan tempat produksi tumor ektopik dan dapat menyebabkan gejala
awal berdasarkan gangguan endokrin. Metastasis paru yang timbul ada tumor ini
juga disebabkan obstruksi aliran udara. Tumor jenis ini mungkin merupakn jenis
yang paling sering dijumpai pada perokok, dan memiliki prognosis paling buruk.
(elizabeth, 2008)
Pembagian praktis untuk
tujuan pengobatan :
1. Small Cell Lung Cancer
(SCLC)
Gambaran histologinya yang khas adalah dominasi sel-sel kecil yang hampir
semuanya diisi oleh mucus dengan sebaran kromatin yang sedikit sekali tanpa
nucleoli. Disebut juga “oat cell carcinoma” karena bentuknya mirip dengan
bentuk biji gandum, sel kecil ini cenderung berkunpul sekeliling pembuluh darah
halus menyerupai psedoroset. Sel-sel yang bermitosis banyak sekali ditemukan
begitu juga gambaran nekrosis. DNA yang terlepas menyebabkan warna gelap
disekitar pembuluh darah
1. Non Small Cell Lung
Cancer (NSCLC) karsinoma skuamosa, adeno karsinoma, karsinoma sel besar.
Karsinoma sel skuamosa/karsinoma bronkogenik. Karsinoma sel skuamosa
berciri khas proses keratisasi dan
pembentukan “bridge” intraseluler, studi sitologi memperlihatkan perubahan yang
nyata dari dysplasia skuamosa ke karsinoma insitu
Klasifikasi histologist
WHO 1999 untuk tumor paru dan tumor pleura : Epithelia tumors
1. Benign
2. Preinsasive
3. Malignant
4. Large cell carcinoma
5. Adenosquamous carcinoma
6. Carcinoma woth
pleomorphic sarcomatoid or sarcomatous element
7. Carcinoid tumor
8. Carcinomas of salicary
gland tyepe
Gambaran klinis kanker paru
1. Metastasis
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala
klinis. Bila sudah menampakkan gejala berarti psien dalam stadium lanjut
Gejala-gejala dapat bersifat :
1. Lokal (tumor setempat)
1. Batuk
baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
2. Hemoptisis
3. Mengi
(wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas
4. Kadang
terdapat kavitas seperti abses paru
5. Aelektasis
6. Invasi
local
1. Nyeri
dada
2. Dispnea
karena efusi pleura
3. Invasi
ke pericardium terjadi temponade atau aritmia
4. Sindrom
vena cava superior
5. Sindrom
Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
6. Suara
sesak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent
7. Syndrome
Pancoasta karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis servikalis
8. Gejala
penyakit metastasis
1. Pada otak, tulang, hati,
adrenal
2. Limfadenopati servikal
dan supraklavikula (sering menyertai metastasis
3. Sindrom Paraneoplastik :
Terdapat pada 10% kanker paru, dengan gejala
1. Sistemik
: penurunan berat badan, anoreksia, demam
2. Hematologi
: leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
3. Hipertrofi
: osteoartropati
4. Neurologic
: dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
5. Neuromiopati
6. Endokrin
: sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia)
7. Dermatologi
: eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh
8. Renal
: syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)
9. Asimtomatik
denagn kelainan radiologis
1. Sering
terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi secara radiologis
2. Kelainan berupa nodul
soliter
D. ETIOLOGI
1. Merokok
Kejadian kanker
paru-paru adalah sangat terkait dengan merokok, dengan kira-kira 90% dari
kanker-kanker paru-paru timbul sebagai akibat dari penggunaan tembakau. Risiko
kanker paru-paru meningkat dengan jumlah rokok-rokok yang dihisap melalui
waktu; dokter-dokter merujuk risiko ini dalam hal sejarah merokok bungkus
tahunan (jumlah dari bungkus-bungkus rokok yang dihisap per hari dikalikan
dengan jumlah tahun-tahun penghisapan). Contohnya, seorang yang telah merokok
dua bungkus rokok per hari untuk 10 tahun mempunyai suatu sejarah 20 bungkus
tahunan. Ketika risiko kanker paru meningkat bahkan dengan suatu sejarah
merokok 10 bungkus tahunan, mereka yang dengan sejarah-sejarah 30 bungkus
tahunan atau lebih dipertimbangkan mempunyai risiko yang paling besar
mengembangkan kanker paru. Diantara merek yang merokok dua bungkus atau lebih
rokok per hari, satu dari tujuh akan meninggal karena kanker paru.
Menghisap pipa dan cerutu dapat juga menyebabkan kanker paru, meskipun
risikonya tidak setinggi menghisap rokok. Dimana seorang yang merokok satu
bungkus rokok per hari mempunyai suatu risiko mengembangkan kanker paru yang 25
kali lebih tinggi daripada seorang yang tidak merokok, perokok-perokok pipa dan
cerutu mempunyai suatu risiko kanker paru yang kira-kira 5 kali daripada
seseorang yang tidak merokok.
Asap tembakau mengandung lebih dari 4,000 senyawa-senyawa kimia, banyak
darinya telah ditunjukkan menyebabkan kanker, atau karsinogen. Dua
karsinogenik-karsinogenik utama didalam asap tembakau adalah kimia-kimia yang
dikenal sebagai nitrosamines dan polycyclic aromatic hydrocarbons. Risiko
mengembangkan kanker paru berkurang setiap tahun seiring dengan penghentian
merokok ketika sel-sel normal tumbuh dan menggantikan sel-sel yang rusak
didalam paru. Pada mantan-mantan perokok, risiko mengembangkan kanker paru
mulai mendekati yang dari seorang bukan perokok kira-kira 15 tahun setelah penghentian
merokok.
2. Merokok
Pasif
Serat-serat asbes (asbestos fibers) adalah serat-serat silikat (silicate
fibers) yang dapat menetap untuk seumur hidup dalam jaringan paru seiring
dengan paparan pada asbes-asbes. Tempat kerja adalah suatu sumber paparan pada serat-serat
asbes yang umum, karena asbes-asbes digunakan secara meluas di masa lalu untuk
kedua-duanya yaitu sebagai materi-materi isolasi panas dan akustik. Sekarang,
penggunaan asbes dibatasi atau dilarang pada banyak negara-negara, termasuk
Amerika. Kedua-duanya kanker paru dan mesothelioma (suatu tipe kanker dari
pleura atau dari lapisan rongga perut yang disebut peritoneum) dikaitkan dengan
paparan pada asbes-asbes. Mehisap rokok secara dramatis meningkatkan
kemungkinan mengembangkan suatu kanker paru yang berhubungan dengan asbes pada
pekerja-pekerja yang terpapar. Pekerja-pekerja asbes yang tidak merokok
mempunyai suatu risiko sebesar lima kali mengembangkan kanker paru daripada
bukan perokok, dan pekerja-pekerja asbes yang merokok mempunyai suatu risiko
sebesar 50 sampai 90 kali lebih besar daripada bukan perokok.
3. Radon Gas
Radon gas adalah suatu gas mulia secara kimia dan alami yang adalah suatu
pemecahan produk uranium alami (Produk radio aktif). Ia pecah/hancur membentuk
produk-produk yang mengemisi suatu tipe radiasi yang mengionisasi. Radon gas
adalah suatu penyebab kanker paru yang dikenal, dengan suatu estimasi 12% dari
kematian-kematian kanker paru diakibatkan oleh radon gas, atau 15,000 sampai
22,000 kematian-kematian yang berhubungan dengan kanker paru setiap tahun di
Amerika, membuat radon penyebab utama kedua dari kanker paru di Amerika.
Seperti dengan paparan pada asbes, merokok yang serentak meningkatkan sangat
besar risiko kanker paru dengan paparan pada radon. Radon gas dapat bergerak
melalui tanah dan masuk kedalam rumah melalui celah-celah diantara
fondasi-fondasi, pipa-pipa, saluran-saluran, atau tempat-tempat terbuka
lainnya. The U.S. Environmental Protection Agency memperkirakan bahwa satu dari
setiap 15 rumah-rumah di Amerika mengandung tingkat-tingkat radon gas yang
berbahaya. Radon gas tidak terlihat dan tidak berbau, namun ia dapat terdeteksi
dengan kotak-kotak tes yang sederhana.
4. Kecenderungan Keluarga
Ketika mayoritas dari kanker-kanker paru dikaitkan dengan menghisap
tembakau, fakta bahwa tidak semua perokok akhirnya mengembangkan kanker paru
menyarankan bahwa faktor-faktor lain, seperti kepekaan genetik individu,
mungkin memainkan suatu peran dalam menyebabkan kanker paru. Banyak studi-studi
telah menunjukkan bahwa kanker paru kemungkinan terjadi pada saudara-saudara
baik yang merokok maupun yang tidak merokok yang telah mempunyai kanker paru
daripada populasi umum. Penelitian akhir-akhir ini telah melokalisir suatu
daerah pada lengan panjang dari kromosom manusia nomor 6 yang kemungkinan
mengandung suatu gen yang memberikan suatu kepekaan yang meningkat
mengembangkan kanker paru pada perokok-perokok.
5. Penyakit-Penyakit
Paru
Kehadiran penyakit-penyakit paru tertentu, khususnya chronic obstructive
pulmonary disease (COPD), dikaitkan dengan suatu risiko yang meningkat sedikit
(empat sampai enam kali risiko dari seorang bukan perokok) untuk mengembangkan
kanker paru bahkan setelah efek-efek dari menghisap rokok serentak telah
ditiadakan.
6. Sejarah
Kanker Paru sebelumnya
Orang-orang yang selamat dari kanker paru mempunyai suatu risiko yang
lebih besar daripada populasi umum mengembangkan suatu kanker paru kedua.
Orang-orang yang selamat dari non-small cell lung cancers (NSCLCs, lihat
dibawah) mempunyai suatu risiko tambahan dari 1%-2% per tahun mengembangkan
suatu kanker paru kedua. Pada orang-orang yang selamat dari small cell lung
cancers (SCLCs), risiko mengembangkan kanker-kanker kedua mendekati 6% per
tahun.
7. Polusi
Udara
Polusi udara dari kendaraan-kendaraan, industri, dan tempat-tempat
pembangkit tenaga (listrik) dapat meningkatkan kemungkinan mengembangkan kanker
paru pada individu-individu yang terpapar. Sampai 1% dari kematian-kematian
kanker paru disebabkan oleh pernapasan udara yang terpolusi, dan ahli-ahli percaya
bahwa paparan yang memanjang (lama) pada udara yang terpolusi sangat tinggi
dapat membawa suatu risiko serupa dengan yang dari merokok pasif untuk
mengembangkan kanker paru. Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90%
kasus kanker paru-paru pada pria dan sekitar 70% pada wanita. Semakin banyak
rokok yang dihisap, semakin besar risiko untuk menderita kanker paru-paru.
Hanya sebagian kecil kanker paru-paru (sekitar 10%-15% pada pria dan 5% pada
wanita) yang disebabkan oleh zat yang ditemui atau terhirup di tempat bekerja.
Bekerja dengan asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel, klorometil eter, gas
mustard dan pancaran oven arang bisa menyebabkan kanker paru-paru, meskipun
biasanya hanya terjadi pada pekerja yang juga merokok. Peranan polusi udara
sebagai penyebab kanker paru-paru masih belum jelas. Beberapa kasus terjadi
karena adanya pemaparan oleh gas radon di rumah tangga. Kadang kanker paru
(terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang yang
paru-parunya telah memiliki jaringan parut karena penyakit paru-paru lainnya,
seperti tuberkulosis dan fibrosis.
Kanker paru paling banyak ditemukan pada laki-laki dewasa dan perokok.
Lebih dari 80% kanker paru berhubungan dengan perokok. Bagaimanapun, tidak
semua perokok akhirnya menderita kanker paru. Berhenti dari merokok akan
mengurangi dengan sangat berarti risiko seseorang terkena kanker paru. Risiko
pada bekas perokok lebih besar daripada orang-orang yang tidak pernah merokok.
Faktor lain yang dapat menjadi faktor risiko terutama berkaitan dengan udara
yang dihirup.
8Kekurangan Vitamin A
dan C
Suatu penelitian menunjukkan adanya hubungan erat antara betakaroten dan
vitamin A dengan pencegahan dan penyembuhan penyakit jantung koroner dan
kanker. Hal ini terkait dengan fungsi betakaroten dari vitamin A sebagai
antioksidan yang mampu melawan radikal bebas. Pencegahan kanker. Kemampuan
retinoid dalam memengaruhi perkembangan sel epitel dan meningkatkan aktivitas
sistem kekebalan, berpengaruh terhadap pencegahan kanker kulit, tenggorokan, paru-paru,
payudara, dan kantong kemih. Betakaroten bersama dengan vitamin E dan C telah
berperan aktif sebagai antioksidan untuk mencegah berbagai kanker.
Fakta bahwa hasil kerja NIDDK menunjukkan bahwa vitamin C dosis tinggi
telah terbukti menjadi toksik (racun) bagi sel kanker, tetapi membiarkan sel
itu sendiri tetap normal. Kualitas ini, dengan jelas, sangat dibutuhkan jika
kita sedang berusaha memerangi kanker namun menginginkan tubuh yang normal
tidak me-ngalami cedera. Frie dan Lawson berdiskusi seberapa tinggi dosis
vitamin C dapat meningkatkan produksi hydrogen peroksida, yang diperkirakan
merupakan zat utama yang menentukan sifat anti kanker dari vitamin C.
Faktor Risiko Kanker Paru
• Laki-laki
• Usia lebih dari 40 tahun
• Pengguna tembakau
(perokok putih, kretek atau cerutu)
• Hidup atau kontal erat
dengan lingkungan asap tembakau (perokok pasif)
• Radon dan asbes
• Lingkungan industri
tertentu
• Zat kimia, seperti
arsenik
• Beberapa zat kimia
organik
• Radiasi dari pekerjaan,
obat-obatan, lingkungan
• Polusi udara
• Kekurangan vitamin A dan
C
Seseorang yang termasuk golongan risiko tinggi (GRT) jika mempunyai
keluhan napas (gangguan respirasi) seperti batuk, sesak napas, nyeri dada,
sebaiknya segera meneriksakan diri dan dirujuk ke dokter spesialis paru
E. PATOFISIOLOGI
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan
cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan
adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan
displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan
displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti
invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa
batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat
terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya
metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur –
struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak,
tulang rangka.
G. MANIFESTASI
KLINIS
1. Gejala awal. Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan
oleh obstruksi pada bronkus.
2. Gejala umum.
1. Batuk
: Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk
sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan
purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
2. Hemoptisis
: Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi.
3. Anoreksia,
lelah, berkurangnya berat badan.
Stadium Kanker paru
Sistem stadium TNM Internasional untuk Kanker Paru yang sudah direvisi :
1997 American Joint Committee on Cancer
Gambaran TNM Definisi
T0
Tidak terbukti adanya tumor premier
TxKanker yang
tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan bronkus, tidak terlihat pada
radiogram atau bronkoskopi
Tis
Karsinoma in situ
T1
Tumor berdiameter ≤3 cm dikelilingi paru atau pleura viselaris yang
normal
T2
Tumor berdiameter >3 cm atau ukuran berapa pun yang sudah menyerang
pleura viselaris atau mengakibatkan atelektasis yang meluas ke hilus ; harus
berjarak >2 cm distal dari krania
T3 Tumor berukuran berapapun
dengan perluasan langsung pada dinding dada, diagram, pleura mediastinalis,
atau korpus vertebra ; atau dalam jarak 2 cm dari karina, tetapi tidak mengenai
karina
T4
Tumor berukuran berapapun yang sudah menyerang mediastinum atau mengenai
jantung, pembuluh darah besar, trakea, esophagus, korpus vertebra atau karina ;
atau adanya efusi pleura yang maligna
KETERLIBATAN KELENJAR GETAH BENING REGIONAL (N)
N0 Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar
getah bening regional
N1 Metastasis pada peribrokial dan/atau
kelenjar-kelenjar hilus ipsilateral
N2 Metastasis pada mediastinal ipsilateral
atau kelenjar getah bening subkarina
N3 Metastasis
pada mediastinal atau kelenjar-kelenjar getah bening hilus kontralateral ;
kelenjar kelenjar-kelenjar getah bening skalenus atau supraklavikular
ipsilateral atau kontralateral
METASTASIS JAUH (M)
M0
Tidak diketahui adanya metastasis jauh
M1
Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu (missal otak)
KELOMPOK STADIUM
Karsinoma tersembunyi
Tx,N0,M0 Spuntum
mengandung sel-sel ganas tetapi tidak
dapat dibuktikan adanya tumor primer atau metastasis
Stadium 0
Tis, N0, M0
Karsinoma in situ
Stadium IA
T1, N0, M0 Tumor
termasuk T1 tanpa adanya bukti metastasis pada kelenjar getah bening regional
atau tempat yang jauh
Stadium IB
T2, N0, M0 Tumor
termasuk klasifikasi T2 dengan bukti metastasis pada kelenjar getah bening
regional atau tempat yang jauh
Stadium IIA
T1, N1, M0 tumor termasuk klasifikasi T1
dengan bukti hanya terdapat metastasis ke peribrokial ipsilateral atau hilus
kelenjar limfe ; tidak ada metastasis ke tempat yang jauh.
Stadium IIB
T2, NI, M0
T3, N0, M0 tumor termasuk klasifikasi T2
atau T3 dengan atau tanpa bukti metastasis ke peribronkial ipsilateral atau
hilus kelenjar limfe ; tidak ada metastasis ke tempat yang jauh
Stadium IIIA
T1-T3, N1, N2, M0 tumor termasuk
klasifikasi T1, T2, atau T3 dengan atau tanpa bukti adanya metastasis ke
peribronkial
Stadium IIIB
T beberapa pun, N3
T4,N beberapapun,M0Setiap klasifikasi tumor dengan
metastasis hilus kontralateral atau kelenjar getah bening mediastinum atau ke
skalenus atau kelenjar limfe supraklafikular ; atau setiap tumor yang
diklasifikasikan sebagai T4 dengan atau tanpa metastasis ke kelenjar getah
bening regional ; tidak ad metastasis ke tempat yang jauh
Stadium IV T beberapa pun, N setiap tumor dengan metastasis jauh beberapa pun, M1
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Radiologi.
1. Foto thorax posterior –
anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker
paru.
Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa
udara pada bagian hilus, effuse
pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
b. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di
percabangan bronkus.
2. Laboratorium.
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji
adanya/ tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan
ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker
paru).
3. Histopatologi.
a. Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi
(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran
< 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c. Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.
d. Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor
metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
e. Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
4. Pencitraan.
a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
b. MRI.
H. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan kanker dapat
berupa :
1. Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan
hidup klien.
2. Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
3. Rawat rumah (Hospice
care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun
keluarga.
4. Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian
nutrisi, tranfusi darah dan komponen
darah, obat anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan
Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)
1). Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin
fungsi paru –paru yang tidak terkena kanker.
1. Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
2. Pneumonektomi
pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa
diangkat.
3. Lobektomi (pengangkatan
lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb
atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
4. Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
5. Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit
peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru
berbentuk baji (potongan es).
6. Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
7. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan
bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi,
seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
8. Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta
untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Dalam BAB ini kami akan memaparkan Asuhan
Keperawatan pada klien Ny. G dengan kangker paru yang dirawat di rumah sakit
pemeritah dari tanggal 7 maret sampai dengan 18 maret 2012.
A. PENGKAJIAN
1.
Data
Demografi
Nama klien : Ny. G
Umur : 49 Tahun
Diagnosa Medik :
Kangker paru
Tanggal Masuk :07/03/2012
Alamat :jl.pitara
rangkapan jaya rt02/07 no 37. depok
Suku : batak
Agama : islam
Pekerjaan : pemulung
Status perkawinan : Menikah
Status pendidikan : Tamat SD
2.
Riwayat
Penyakit
a.
Keluhan
Utama
Klien mengatakan sering mengalami batuk, sesak
nafas, nyeri dada, demam, batuk berdarah, tidak nafsu makan, disfagia
(kesulitan untuk menelan).
b.
Riwayat
Penyakit Sekarang
Klien masuk ke UGD tanggal 7 maret 2012 pukul 15.00
WIB Klien mengeluh batuk , sesak nafas, dan nyeri dada. Sesak nafas di rasakan
pada saat pasien berbaring. Klien datang ke UGD dengan tingkat kesadaran
composmentis, tekanan darah 90/80mmHg, Respirasi Rate : 30 x/menit,suhu: 39 c.
c.
Riwayat
Penyakit Terdahulu
Klien pernah mengalami dan merasakan keluhan ini
sudah berlangsung cukup lama dan sering demam batuk produktif
3.
Riwayat
Kesehatan Keluarga
Menurut
pengakuan keluarga, dalam keluarganya ibunya mengalami penyakit yang sama
dengan pasien yaitu kangker paru.
4.
Keluhan
waktu di data
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7 maret
2012 ditemukan keadaan umum klien batuk, sesak nafas, nyeri dada, wheezing
local unilateral, terdapat tanda infeksi (demam batuk produktif), batuk darah,
penurunan berat badan, disfagia, aritmia, terdapat sindrom vena kava superior
(cubbing finger) tingkat kesadaran klien composmentis, tekanan darah : 90/80
mmHg, HR : 113x/menit, pernapasan klien sesak RR: 30x/ menit.
5.
Pemeriksaan
fisik
1. Aktivitas/
istirahat
Gejala : Ketidakmampuan melakukan aktifitas
kebiasaan secara rutin, sesak nafas karna melakukan aktifitas.
Tanda: Pasien lesu
2. Sirkulasi
Gejala : Terdapat sindrom vena kava superior
(cubbing finger), terjadi aritmia, Takikardi, Jari tabuh.
Integritas
Ego
Gejala : perasaan takut, menolak kondisi yang
berat atau potensial keganasan
Tanda : kegelisahan, insomnia, pertanyaan
yang diulang – ulang
3. Eliminasi
Gejala : di area yang hilang timbul
(ketidakseimbangan hormonal karsinoma sel kecil), peningkatan sekresi jumlah
urin.
4. Makanan
/ Cairan
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan
buruk, penurunan masukan makanan, kesulitan menelan, haus atau peningkatan
masukan cairan.
Tanda : kurus, kerempeng atau penampilan
kurang bobot, edema wajah atau leher, dada, punggung ( obstruksi vena kava),
edema wajah atau periordital ( ketikaseimbangan hormonal, kalsinoma sel kecil )
5. Nyeri
atau Keamanan
Gejala : Nyeri dada(tidak biasanya ada pada
tahap dini dan tidak selalu pada tahap lanjut) dimana dapat atau tidak dapat
dipengaruhi oleh perubahan posisi, nyeri bahu atau tangan( khususnya pada sel
besar atau adenokalsioma), nyeri tulang atau sendi: erosi kapilago sekunder
terhadap peningkatan hormone pertumbuhan ( sel besar atau adenokarsinoma),
nyeri abdomen hilang timbul.
6. Pernafasan
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola
batuk dari biasanya dan produksi sputum, napas pendek, pekerja yang terpajan
polutan, debu industry, serak, paralisis pita suara, riwayat merokok
Tanda: Dipsnea, meningkat dengan kerja,
peningkatan fremitus taktil(menunjukan konsuladisasi), krekels atau mengik pada
inspirasi/ekspirasi(gangguan aliran udara), krekels atau mengik menetap,
penyimpanan trakeal (area yang mengalami lesi), hemoptisis
7.
Keamanan
Tanda: Demam mungkin ada(sel besar atau
adenokarsinoma), kemerahan, kulit pucat(ketidakseimbangan hormonal, karsinoma
sel kecil)
8.
Seksualitas
Tanda: Dinekomastia(perubahan horman
neopplastik, karsinoma sel besar), Amenorea/Impoten(ketidakseimbangan hormonal,
karsinoma sel kecil)
9.
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Faktor resiko keluarga:kanker atau
khususnya paru, tuberculosis,kegagalan untuk membaik.
Pertimbangan
Rencana Pemulangan: DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 11hari, bantu
transportasi, pengobatan, tindakan, perawatan diri pemeliharaan rumah.
6.
Pemeriksaan
Penunjang
1)
Sinar
x (PA dan lateral), tomografi dada:
Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat
menyatakan masa udara pada bagian hilus, efusi pleural, atelektasis, erosi
tulang rusuk atau vertebra.
2)
Pemeriksaan
sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe) :
Dilakukan untuk mengkajia adanya atau tahap
karsinoma.
3)
Bronkoskopi
serat-optik :
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian, dan
pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat terlihat)
4)
Mediastinoskopi
:
Digunakan untuk tahapan karsinoma.
5)
Scan
radioisotope:
Dapat dilakukan pada paru, hati, otak, tulang dan
organ lain untuk bukti metastasis.
6)
Tes
kulit, jumlah absolute limfosit:
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kopetensi immune
(umum pada kanker paru).
DATA
FOKUS
Nama
klien: Ny.G
Ruangan
: UGD
Data
subjektif
|
Data
objektif
|
-
Pasien
mengeluh batuk
-
Pasien
mengeluh sesak nafas
-
Pasien
mengeluh nyeri dada
-
Pasien
mengeluh batuk darah
-
Pasien
mengatakan berat badan sebelumnya 65 kg kemudian setelah sakit turun menjadi
50 kg
-
Pasien
mengeluh sulit untuk menelan
-
Pasien
mengatakan termasuk perokok berat dan dapat menghabiskan 5 bungkus per hari.
-
Pasien
mengeluh cepat lelah,
-
Pasien
mengatakan gelisah
-
Pasien
mangatakan demam
-
Pasien
mengatakan takut terhadap penyakitnya
-
Pasien
mengatakan takut menghadapi operasi
-
Pasien
mengatakan badan terasa letih
-
Pasien
mengatakan sulit tidur,
-
Pasien
mengatakan tidak nafsu makan
-
Pasien
mengatakan bingung terhadap penyakit yang dideritanya
|
-
Pasien terlihat batuk di sertai darah,
-
Pasien terdengar wheezing local
unilateral
-
Hasil EKG pasien menunjukkan Aritmia
-
Pasien terdapat sindrom vena kava
superior (cubbing Fingger)
-
Hasil foto thorak ditemukan gambaran
adenokarsinoma.
-
Pasien terlihat anoreksia,
-
TTD : 100/110 mmHg, BB : 65 kg-50 kg,
RR: 30x/menit, S : 39 C,
-
terdapat sputum pada pasien
-
Terlihat turgor kulit kering dan
bersisik pada pasien
-
Pasien terlihat perkembangan nafas tidak
simetris
-
bunyi nafas pasien krekels,
-
pasien terlihat gelisah
-
pasien banyak bertanya tentang
penyakitnya
-
pasien memiliki riwayat keluarga kanker
paru,
-
pasien terlihat malaise (kelemahan tubuh
)
-
pasien terlihat dispneo,
-
Pasien terlihat ketakutan
-
Secret pasien kental/ tebal
-
BB pasien turun dari 65-50 kg
-
Hasil pemeriksaan diagnostic
:
1)
Hasil
pemeriksaan Sinar x (PA dan lateral), tomografi dada: Dapat menyatakan
terdapat masa udara pada bagian hilus, efusi pleural, atelektasis, erosi
tulang rusuk atau vertebra.
2)
Hasil
Pemeriksaan sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe) :terdapat adanya
karsinoma.
3)
Hasil
pemeriksaan Bronkoskopi serat-optik :
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian, dan pembersihan sitologi
lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat terlihat)
4)
Hasil
pemeriksaan Mediastinoskopi : Menunjukan adanya tahapan karsinoma.
5)
Hasil
pemeriksaan Scan radioisotope: Dapat dilakukan pada paru untuk mengetahui
bukti metastasis.
6)
Hasil
pemeriksaan Tes kulit, jumlah absolute limfosit:
untuk mengevaluasi kopetensi immune (umum pada kanker paru).
7)
Hasil AGD
menunjukan : pH : 7,37, PO2 : 60, PCO2 : 50, HCO3 : 20,6, Base Exes : -3,7,
saturasi oksigen 76%.
|
Analisa
Data
No
|
Data Focus
|
Problem
|
Etiologi
|
1
|
DS
-
Pasien mengeluh sesak nafas
-
Pasien mengeluh batuk
-
Pasien mengeluh nyeri dada
-
Pasien mengatakan batuk
darah
-
Pasien mengatakan termasuk perokok berat
dan dapat menghabiskan 5 bungkus / hari.
-
Pasien mengatakan gelisah
DO
-
pasien terlihat batuk di
sertai darah
-
Hasil EKG pasien menunjukkan Aritmia
-
Pasien terdapat sindrom vena kava
superior (cubbing Fingger)
-
Hasil foto thorak ditemukan gambaran
adenokarsinoma.
-
RR: 30x/menit
-
Pasien terlihat perkembangan nafas tidak
simetris
-
bunyi nafas pasien krekels
-
pasien terlihat dispnue
-
Hasil pemeriksaan diagnostic
:
1.
Hasil AGD menunjukan : pH :
7,37, PO2 : 60, PCO2 : 50, HCO3 : 20,6, Base Exes : -3,7, saturasi oksigen
76%.
2.
Hasil
pemeriksaan Sinar x (PA dan lateral), tomografi dada: Dapat menyatakan
terdapat masa udara pada bagian hilus, efusi pleural, atelektasis, erosi
tulang rusuk atau vertebra.
bronkogenik dapat terlihat)
3.
Hasil
pemeriksaan Mediastinoskopi : Menunjukan adanya tahapan karsinoma.
4.
Hasil
pemeriksaan Scan radioisotope: Dapat dilakukan pada paru untuk mengetahui
bukti metastasis.
|
Kerusakan pertukaran
gas
|
Gangguan suplai
oksigen
|
2
|
DS
-
Pasien mengeluh batuk
-
Pasien mengeluh sesak nafas
-
Pasien mengeluh nyeri dada
-
Pasien mengeluh batuk darah
-
Pasien mengeluh sulit untuk menelan
-
Pasien mengatakan termasuk perokok berat
dan dapat menghabiskan 5 bungkus per hari.
DO
-
Pasien terlihat batuk di sertai darah
-
Pasien terdengar wheezing local
unilateral
-
Hasil foto thorak ditemukan gambaran
adenokarsinoma.
-
RR: 30x/menit
-
terdapat sputum pada pasien
-
Pasien terlihat perkembangan nafas tidak
simetris
-
bunyi nafas pasien krekels,
-
pasien terlihat dispneo,
-
Secret pasien kental/ tebal
-
Hasil pemeriksaan diagnostic
:
1.
Hasil
pemeriksaan Sinar x (PA dan lateral), tomografi dada: Dapat menyatakan terdapat
masa udara pada bagian hilus, efusi pleural, atelektasis, erosi tulang rusuk
atau vertebra.
2.
Hasil
Pemeriksaan sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe) :terdapat adanya
karsinoma.
3.
Hasil
pemeriksaan Bronkoskopi serat-optik :
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian, dan pembersihan sitologi
lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat terlihat)
4.
Hasil
pemeriksaan Mediastinoskopi : Menunjukan adanya tahapan karsinoma.
5.
Hasil
pemeriksaan Scan radioisotope: Dapat dilakukan pada paru untuk mengetahui bukti
metastasis.
|
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
|
Peningkatan jumlah/
viskositas sekret
|
3.
|
DS
-
Pasien mengeluh sesak nafas
-
Pasien mengeluh nyeri dada
-
Pasien mengeluh sulit untuk menelan
-
Pasien mengatakan gelisah
-
Pasien mengatakan sulit tidur,
DO
-
Pasien terlihat gelisah
-
TD: 100/110mmHg
|
Nyeri
|
Tekanan tumor pada
sekitar stuktur dan erosi jaringan
|
4.
|
DS
-
Pasien mangatakan demam
-
Pasien mengeluh cepat lelah
-
Pasien mengatakan gelisah
-
Pasien mengatakan tidak nafsu makan
DO
-
Suhu tubuh pasien 39 c
-
Terdapat tanda infeksi (demam batuk produktif)
-
BB pasien turun dari 65-50 kg
-
Pasien tampak gelisah
|
Resiko tinggi
penyebaran infeksi
|
Pertahanan perimer
tidak adekuat
|
5.
|
DS
-
Pasien mengatakan berat badan sebelumnya
65 kg kemudian setelah sakit turun menjadi 50 kg
-
Pasien mengeluh sulit untuk menelan
-
Pasien mengeluh cepat lelah,
-
Pasien mengatakan gelisah
-
Pasien mengatakan badan terasa letih
-
Pasien mengatakan tidak nafsu makan
DO
-
Pasien terlihat anoreksia,
-
Terlihat turgor kulit kering dan
bersisik pada pasien
-
pasien terlihat gelisah
-
pasien terlihat malaise (kelemahan tubuh
)
-
BB pasien turun dari 65-50 kg
|
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
|
Kelemahan dan
keletihan
|
6.
|
DS
-
Pasien mengatakan gelisah
-
Pasien mengatakan takut terhadap
penyakitnya
-
Pasien mengatakan takut menghadapi
operasi
-
Pasien mengatakan sulit tidur,
-
Pasien mengatakan bingung terhadap
penyakit yang dideritanya
DO
-
pasien terlihat gelisah
-
pasien banyak bertanya tentang
penyakitnya
-
Pasien terlihat ketakutan
|
Ketakutan/ anxitas
|
Ancaman untuk
perubahan status kesehatan, takut mati
|
7
|
DS
-
Pasien mengatakan gelisah
-
Pasien mengatakan bingung terhadap
penyakit yang dideritanya
-
Pasien mengatakan bingung terhadap
penyakit yang dideritanya
DO
-
pasien terlihat gelisah
-
pasien banyak bertanya tentang
penyakitnya
-
pasien memiliki riwayat keluarga kanker
paru,
|
Kurangnya pengetahuan
mengenai kondisi dan tindakan
|
Tidak mengenal
informasi atau sumber
|
Diagnosa
Keperawatan Dan Prioritas
1.
Kerusakan pertukaran gas berhubungan denganGangguan suplai
oksigen,ditandai dengan :
Data subjektif :
-
Pasien mengeluh sesak nafas
-
Pasien mengeluh batuk
-
Pasien mengeluh nyeri dada
-
Pasien mengatakan batuk darah
-
Pasien mengatakan
termasuk perokok berat dan dapat menghabiskan 5 bungkus / hari.
-
Pasien mengatakan
gelisah
Data
objektif :
-
pasien
terlihat batuk di sertai darah
-
Hasil EKG pasien
menunjukkan Aritmia
-
Pasien terdapat
sindrom vena kava superior (cubbing Fingger)
-
Hasil foto thorak
ditemukan gambaran adenokarsinoma.
-
RR: 30x/menit
-
Pasien terlihat
perkembangan nafas tidak simetris
-
bunyi nafas
pasien krekels
-
pasien terlihat
dispnue
-
Hasil pemeriksaan
diagnostic :
1)
Hasil
AGD menunjukan : pH : 7,37, PO2 : 60, PCO2 : 50, HCO3 : 20,6, Base Exes : -3,7,
saturasi oksigen 76%.
2)
Hasil
pemeriksaan Sinar x (PA dan lateral), tomografi dada: Dapat menyatakan terdapat
masa udara pada bagian hilus, efusi pleural, atelektasis, erosi tulang rusuk
atau vertebrabronkogenik dapat terlihat)
3)
Hasil
pemeriksaan Mediastinoskopi : Menunjukan adanya tahapan karsinoma.
4)
Hasil
pemeriksaan Scan radioisotope: Dapat dilakukan pada paru untuk mengetahui bukti
metastasis.
2.
Bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan Peningkatan jumlah/viskositas sekret, ditandai
dengan:
Data
subjektif
-
Pasien mengeluh
batuk
-
Pasien mengeluh
sesak nafas
-
Pasien mengeluh
nyeri dada
-
Pasien mengeluh
batuk darah
-
Pasien mengeluh
sulit untuk menelan
-
Pasien mengatakan
termasuk perokok berat dan dapat menghabiskan 5 bungkus per hari.
Data
objektif
-
Pasien terlihat
batuk di sertai darah
-
Pasien terdengar
wheezing local unilateral
-
Hasil foto thorak
ditemukan gambaran adenokarsinoma.
-
RR: 30x/menit
-
terdapat sputum pada pasien
-
Pasien terlihat
perkembangan nafas tidak simetris
-
bunyi nafas
pasien krekels,
-
pasien terlihat
dispneo,
-
Secret
pasien kental/ tebal
-
Hasil pemeriksaan
diagnostic :
1)
Hasil
pemeriksaan Sinar x (PA dan lateral), tomografi dada: Dapat menyatakan terdapat
masa udara pada bagian hilus, efusi pleural, atelektasis, erosi tulang rusuk
atau vertebra.
2)
Hasil
Pemeriksaan sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe) :terdapat adanya
karsinoma.
3)
Hasil
pemeriksaan Bronkoskopi serat-optik :Memungkinkan visualisasi, pencucian
bagian, dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat terlihat)
4)
Hasil
pemeriksaan Mediastinoskopi : Menunjukan adanya tahapan karsinoma.
5)
Hasil
pemeriksaan Scan radioisotope: Dapat dilakukan pada paru untuk mengetahui bukti
metastasis.
3.
Nyeri berhubungan dengan
Tekanan tumor pada sekitar stuktur dan erosi jaringan, ditandai dengan:
Data
subjektif
-
Pasien mengeluh
sesak nafas
-
Pasien mengeluh
nyeri dada
-
Pasien mengeluh
sulit untuk menelan
-
Pasien mengatakan
gelisah
-
Pasien mengatakan
sulit tidur,
Data objektif
-
Pasien terlihat
gelisah
-
TD: 100/110mmHg
4.
Resiko tinggi penyebaran
infeksi berhubungan dengan Pertahanan perimer tidak adekuat, ditandai dengan:
Data
subjektif
-
Pasien mangatakan demam
-
Pasien mengeluh cepat lelah
-
Pasien mengatakan gelisah
-
Pasien mengatakan tidak nafsu
makan
Data objektif
-
Suhu tubuh pasien 39 c
-
Terdapat tanda infeksi (demam
batuk produktif)
-
BB pasien turun
dari 65-50 kg
-
Pasien tampak gelisah
5.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan Kelemahan dan keletihan, ditandai dengan:
Data
subjektif
-
Pasien mengatakan
berat badan sebelumnya 65 kg kemudian setelah sakit turun menjadi 50 kg
-
Pasien mengeluh
sulit untuk menelan
-
Pasien mengeluh
cepat lelah,
-
Pasien mengatakan
gelisah
-
Pasien mengatakan
badan terasa letih
-
Pasien mengatakan
tidak nafsu makan
Data
objektif
-
Pasien terlihat anoreksia,
-
Terlihat turgor
kulit kering dan bersisik pada pasien
-
pasien terlihat
gelisah
-
pasien terlihat
malaise (kelemahan tubuh )
-
BB pasien turun
dari 65-50 kg
6.
Ketakutan/ anxitas
berhubungan dengan Ancaman untuk perubahan status kesehatan, takut mati,
ditandai dengan :
Data
subjektif
-
Pasien mengatakan
gelisah
-
Pasien mengatakan
takut terhadap penyakitnya
-
Pasien mengatakan
takut menghadapi operasi
-
Pasien mengatakan
sulit tidur,
-
Pasien mengatakan
bingung terhadap penyakit yang dideritanya
Data objektif
-
pasien terlihat
gelisah
-
pasien banyak
bertanya tentang penyakitnya
-
Pasien terlihat
ketakutan
7. Kurangnya
pengetahuan mengenai kondisi dan tindakan berhubungan dengan Tidak mengenal
informasi atau sumber, ditandai dengan:
Data subjek:
-
Pasien mengatakan
gelisah
-
Pasien mengatakan
bingung terhadap penyakit yang dideritanya
-
Pasien mengatakan
bingung terhadap penyakit yang dideritanya
Data objek
-
pasien terlihat
gelisah
-
pasien banyak
bertanya tentang penyakitnya
-
pasien memiliki
riwayat keluarga kanker paru,
Intervensi
Tanggal
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi Keperawatan
|
7/03/2012
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam, diharpkan masalah kerusakan pertukaran gas jalan nafas dapat teratasi, dengan kriteria hasil :
·
Batuk mulai berkurang
·
Sesak mulai berkurang
·
Respirasi rate 18-24
x/menit
·
Saturasi oksigen 95-100%
·
Hasil foto thorax
menunjukan tidak ada kongesti
·
Nyeri dada berkurang
·
Pasien merasa tenang dan tidak gelisah
·
Hasil EKG normal
·
Perkembangan nafas pasien simetris
·
Hasil pemeriksaan AGD normal
|
Mandiri :
1.
Catat frekuensi, kedalaman dan kemudahan pernapasan.
Observasi penggunaan otot bantu, napas bibir, perubahan kulit/membrane mukosa
mis, pucat sianosis.
Rasional : Pernapasan
meningkatan sebagai akibat nyeri atau sebagai mekanisme kompensasi awal
terhadap hilangnya jaringan paru. Namun, peningkatan kerja nafas sianosi
dapat menunjukkan peningkatan konsumsi oksigen dan kebutuhan energy dan/atau
penurunan cadangan pernapasan,mis, pasien lansia atau PPOM.
2.
Auskultasi paru untuk gerakan udara dan bunyi napas
taknormal.
Rasional :
Konsolidasi dan kurangnya gerakan udara pada sisi yang dioperasi normal pada
pasien pneumonektomi. Namun, pasien lubektomi harus menunjukkan aliran udara
normal pada lobus yang masih ada.
3.
Pertahankan kepatenan jalan napas pasien dengan
memberikan posisi,penghisap, dan penggunaan alat.
Rasional : Obstruksi
jalan napas mempengaruhi venilasi, mengganggu gas ( rujuk DK: bersihan jalan
napas, Takefektif)
4.
Ubah posisi dengan sering, letakkan pasien pada posisi
duduk juga posisi telentang sampai posisi miring.
Rasional :
Memaksimalkan ekspensi paru dan drainase secret.
5.
Dorong/bantu dengan latihan napas dalam dan napas
bibir dengan tepat.
Rasional :
Meningkatkan ventilasi maksimal dan oksigenasi dan menurunkan/mencegah
atelektasis.
6.
Pertahankan kepatenan system drainase dada untuk
lubektomi, pasien reseksi segmen.
Rasional :
Mengalirkan cairan dari rongga pleura untuk meningkatkan ekspansi segmen paru
yang masih ada.
7.
Kaji respon pasien terhadap aktivitas. Sorong
periode istirahat/batasi aktivitas sesuai toleransi pasien.
Rasional :
Peningkatan konsumsi kebutuhan oksigen dan stress pembedahan dapat
mengakibatkan peningkatan dispnea dan perubahan tanda vital karena aktivitas.
Mobilisasi dini
Kolaborasi
1.
Berikan oksigen tambahan, melalui nasal kanul,
masker parsial, atau masker dengan humidifikasi tinggi sesuai indikasi.
Rasional :
memaksimalkan sediaan oksigen, khususnya bila ventilasi menurun depresi
anestesi atau nyeri, juga selama periode kompensasi fisiologi sirkulasi
terhadap unit fungsional alveolar
2.
Bantu dengan/dorong penggunaan spirometri insentif
atau tiupan botol
Rasional : menurunkan
atelrktasis dan meningkatkan ekspansi jalan napas kecil.
3.
Awasi/buat gambaran GDA, nadi oksimetri. Catat kadar
Hb
Rasional : Penurunan
PaO2 atau peningkatan PaCo2 dapat menunjukkan kebutuhan untuk dukungan
ventilasi. Kehilangan darah bermakna dapat mengakibatkan penurunan kapasitas
pembawa-oksigen, menurunkan PaO2.
|
7/03/2012
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam, diharpkan
jalan nafas menjadi efektif, dengan kriteria hasil :
·
Pasien bernafas
spontan
·
Jalan nafas bersih
·
Suara nafas
vesikuler
·
Batuk mulai berkurang
·
Sesak mulai berkurang
·
RR: 28x/menit
|
Mandiri
1. Auskultasi dada untuk
karakter bunyi napas dan adanya secret.
Rasional : Pernapasan bising,ronki, dan mengik
menunjukkan tertahannya secret dan/atau obstruksi jalan napas.
2. Bantu pasien
dengan/instruksikan untuk napas dalam efektif dan batuk dengan posisi duduk
tinggi dan menekan daerah insinsi.
Rasional : Posisi duduk memungkinkan ekspansi paru
maksimal dan penekanan menguatkan upaya batuk untuk memobilisasi dan membuang
secret. Penekanan dilakukan perawat
3. Observasi jumlah dan
karakter sputum/aspirasi secret. Selidiki perubahan indikasi.
Rasional : Peningkatan jumlah secret takberwarna
(atau bercak darah)/berair awalnya normal dan harus menurun sesuai k.emajuan
penyembuhan.
4. Dorong masukan cairan
per oral ( sedikitnya 2500ml/hari) dalam toleransi jantung.
Rasional : hidrasi adekuat untuk mempertahankan
secret hilang/peningkatan pengeluaran.
5. Kaji
nyeri/ketidaknyamanan dan obati dengan dosis rutin dan lakukan latihan
pernapasan.
Rasional : Mendorong pasien untuk bergerak, batuk
lebih efektif dan napas lebih dalam untuk mencegah kegagalan pernapasan
Kolaborasi
1.
Gunakan oksigen humidifikasi atau nebulizer
ultrasonic, berikan cairan tambahan melalui IV sesuai indikasi.
Rasional : memberikan
hidrasi maksimal membantu penghilangan/pengenceran secret untuk mencegah
pengeluaran Gangguan masukan oral memerlukan tambahan melalui IV untuk
mempertahankan hidrasi.
2.
Berikan/bantu dengan IPBB, spirometri, insentif,
meniup botol, drainase postural/perkusi sesuai indikasi.
Rasional : Memperbaiki ekspansi
paru/ventilasi dan memudahkan pembuangan secret.
|
7/03/2012
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan
Nyeri yang dirasakan pasien berkuran, denga kriteria hasil:
-
nyeri dada pasien berkurang
-
Pasien mudah menelan
-
Pasien sudah tidak gelisah
-
Pasien dapat tidur dengan nyenyak
|
Mandiri
1. Tanyakan pasien
tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri, mis terus menerus, sakit,
menusuk, terbakar. Buat rentang intensitas pada skala 0-10
Rasional : membantu dalam evaluasi gejala nyeri
karena kanker, yang dapat melibatkan visera,saraf, atau jaringan tulang.
2. Kaji pernyataan
verbal dan non-verbal nyeri pasien.
Rasional : ketidaksesuaian antara petunjuk
verbal/non-verbal dapat memberikan petunjuk derajat nyeri,
kebutuhan/keefektifitasan intervensi.
3. Dorong menyatakan
perasaan tentang nyeri.
Rasional : Takut/masalah dapat meningkat tegangan
otot dan menurunkan ambang persepsi nyeri.
Kolaborasi
1.
Berikan analgesic rutin sesuai indikasi, khususnya
45-60 menit sebelum tindakan napas dalam/latihan batuk. Bantu dengan PCA atau
analgestik melalui lateter epidural.
Rasional : Mempertahankan kader obat lebih konstan
menghindari ‘puncak’ periode nyeri, alat dalam penyembuhan otot, dan
memperbaiki fungsi pernapasan dan kenyamanan/koping emosi.
|
7/03/2012
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan masalah penyebaran infeksi
teratasi, dengan kriteria hasil:
·
Pasien tidak demam
·
Pasien tidak gelisah
·
Suhu 36 c
·
Pasien nafsu makan
·
Hasil lab normal
|
Mandiri
1.
Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran
infeksi melalui droplet udara selama batuk, bersin, meludah, berbicra,
tertawa, menyanyi.
Rasional :membantu
pasien menyadari/menerima perlunya mematuhi program pengobatan untuk mencegah
pengaktifan berulang/ komplikasi. Pemahaman bagaiman penyakit disebarkan dan
kesadaran kemungkinan transmisi membantu pasien/ orang terdekat untuk
mengambil langkah untuk mencegah infeksi keorang lain.
2.
Identifikasi orang lain yang beresiko, contoh
anggota rumah, sahabat karib/ teman
Rasional : orang
–orang ini perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran terjadinya
infeksi.
3.
Anjurkan pasien untuk batuk/ bersin dan mengeluarkan
pada tissue dan menghindari meludah.
Rasional : perilaku
yang di perlukan untuk mencegah penyebaran infeksi
4.
Kaji tindakan control infeksi sementara, contoh
masker atau isolasi pernafasan
Rasional : dapat
membantu menurunkan rasa terisolasi pasien dan membuang stigma social
sehubungan dengan penyakit menular.
5.
Awasi suhu sesuai indikasi
Rasional : reaksi
demam indikastor adanya infeksi lanjut
6.
Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat
Rasional : priode
singkat berakhir 2-3 hari setelah kemoterapi awal, tetapi pada adanya rongga
atau penyakit luas sedang, risiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3
bulan.
7.
Kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara
priodik terhadap sputum untuk lamanya terapi
Rasional: alat dan
pengawasan efek dan keefektifan obat dan respon pasien terhadap terapi.
Kolaborasi
1.
Berikan agent antiinfeksi sesuai indikasi
Rasional : kombinasi
agent antiinfeksi di gunakan, contoh 2 obat perimer atau satu perimer
tambahan 1 dan oabat sekunder.
2.
Awasi pemeriksaan laboratorium,contoh hasil usap
sputum
Rasional : paeien
yang mengalami 3 usapam negative (memerlukan 3-5 bulan), perlu menaati
program obat, dan asimtomatik akan diklasifikasikan tidak menyebar.
|
7/03/2012
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan masalah Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh dapat teratasi, dengan kriteria hasil:
·
Berat badan pasien naik
·
Pasien dapat menelan dengan
baik
·
Pasien sudah tidak cepat
lelah
·
Pasien tidak gelisah
·
Pasien nafsu makan dan porsi
makan pasien habis
|
Mandiri
1.
Catat status nutrisi pasien pada penerimaan,catat
turgor kulit, berat badan dan derajat kekurangan berat badan,in tegritas
mukosa oral, kemampuan/ketidakmampuan menelan,adanya tonus usus,riwayat
mual/muntah atau diare
Rasional: berguna dalam mendefinisikan
derajat/luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat.
2.
Pastikan pola diet biasa pasien,yang di sukai/tak
disukai
Rasonal: membantu
dalam mengidentifikasi kebutuhan/ kekuatan khusus. Pertimbangan keinginan
individu dapat memperbaiki masukan diet
3.
Awasi masukan/pengeluaran dan berat badan secara
periodic
Rasional : berguna dalam mengukur
keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.
4.
Selidiki anoreksia,mual,dan muntah dan catat
kemungkinan hubungan dengan obat.awasi frekuensi,volume,konsistensi feses.
Rasional : dapat mempengaruhi pilihan
diet dan mengidentifikasi area pemecahan masalah untuk meningkatkan
pemasukan/ penggunaan nutrient.
5.
Dorongdan berikan periode istirahat sering.
Rasional membantu menghemat energy
khususnya bila kebutuhan metabolic mengkat saat demam.
6.
Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan
pernafasan
Rasional : menurunkan rasa tak enak
karena sisa sputum atau obat untuk pengobatan respirasi yang merangsang pusat
muntah.
7.
Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan
tinggi protein dan karboohidrat
Rasional : memaksimalkan masukan nutrisi
tanpa kelemahan yang tak perlu/ kebutuhan energy dari makan makanan banyak
dan menurunkan iritasi gester
Kolaborasi
1.
Rujuk keahli diet untuk menentukan komposisi diet
Rasional : member bantuan untuk
perencanaan diet dengan nutria adekuat untuk kebutuhan metabolic dan diet.
2.
Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh : BUN,
protein serum, dan albumin
Rasional : nilai rendah menunjukan
lamnutrisi dan menunjukan kebutuhan intervensi/ perubahan program terapi
|
7/03/2012
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan masalah kurangnya pengetahuan
pasien dapat teratasi, dengan kriteria hasil:
·
Pasien tidak gelisah gelisah
·
Pasien pasien sudah tidak bingung
terhadap penyakit yang diderita
·
Pasien sudah tidak banyak bertanya
kepada perawat
|
Mandiri
1.
Evaluasi tingkat pemahaman pasien/ orang terdekat
tentang diagnose
Rasional : pasien dan
orang terdekat mendengar dan mengasimilasi informasi baru yang meliputi
perubahan ada gambaran diri dan pola hidup. Pemahaman persepsi ini melibatkan
susunan tekanan perawatan individu dan memberikan informasi yang perlu untuk
memilih intervensi yang tepat.
2.
Akui rasa takut/ masalah pasien dan dorong
mengekspresikan perasaan
Rasional : dukungan
memampukan pasien mulai membuka/ menerima kenyataan kanker dan pengobatannya
pasien mungkin perku waktu untuk mengidentifikasi perasaan dan meskipun lebih
banyak waktu untuk mulai mengekspresikannya.
3.
Berikan kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan
jujur. Yakinka bahwa pasien dan pemberi perawatan mempunyai pemahaman yang
sama.
Rasional : membuat
kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi/ salah interpretasi terhadap
informasi
4.
Terima penyangkalan pasien tetapi jangan dikuatkan
Rasional : bila
penyangkalan ekstream atau ansietas mempengaruhi kemajuan penyembuhan,
menghadapi isu pasien perlu dijelaskan dan membuka cara penyelesaiannya,
5.
Catat komentar/ perilaku yang menunjukan menerima
dan/ menggunakan strategi efektif menerima situasi
Rasional : takut/
ansietas menurun. Pasien mulai menerima/ secara positif dengan kenyataan.
|
07/03/2012
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan masalah ketakutan dapat teratasi,
dengan kriteria hasil:
·
Pasien tidak merasa gelisah
·
Pasien sudah tidak takut terhadap
penyakitnya
·
Pasien sudah tidak takut untuk
menghadapi operasi
·
Pasien sudah bias tidur dengan tenang,
|
Mandiri
1. Diskusikan diagnose,
recana/ terapi saat ini dan hasil yang diharapkan
Rasional:memberikan informasi khusus individu,
membuat pengetahuan untuk belajar lebih lanjut tentang manajemen di rumah.
2. Identivikasi tanda dan
gejala yang memerlukan evaluasi medis
Rasional : deteksi dini dan intervensi tepat waktu
dapat mencegah komplikasi
3. Bantu pasien
menentukan toleransi aktivitas dan menyusun tujuan
Rasional : kelemahan dan kelelahan harus kecil
sesuai dengan penyembuhan dan perbaikan fungsi paru selama priode
penyembuhan, khususnya bila kanker sudah di angkat
4. Sokong insisi dengan
plester steril sesuai kebutuhan bila jahitan di angkat
Rasional: alat untuk mempertahankan tepi jahitan dan
meningkatkan penyembuhan
|
Evaluasi
S.O.A.P
Tanggal
|
Masalah
|
S.O.A.P
|
Paraf & Nama
jelas
|
18/03/2012
|
1
|
S =
-
Pasien mengeluh masih sesak nafas
-
Pasien mengeluh batuk
-
Pasien masih mengeluh nyeri dada
-
Pasien mengeluh batuk
darah
O=
-
pasien terlihat batuk di
sertai darah
-
Hasil EKG pasien menunjukkan Aritmia
-
Pasien terdapat sindrom vena kava
superior (cubbing Fingger)
-
Hasil foto thorak ditemukan gambaran
adenokarsinoma.
-
RR: 30x/menit
-
Pasien masih terlihat perkembangan nafas
tidak simetris
-
bunyi nafas pasien krekels
-
pasien terlihat dispnue
-
Hasil pemeriksaan AGD belum normal
-
Hasil pemeriksaan diagnostic
:
1.
Hasil
pemeriksaan Sinar x (PA dan lateral), tomografi dada: Dapat menyatakan
terdapat masa udara pada bagian hilus, efusi pleural, atelektasis, erosi
tulang rusuk atau vertebra.
bronkogenik dapat terlihat)
2.
Hasil
pemeriksaan Mediastinoskopi : Menunjukan adanya tahapan karsinoma.
3.
Hasil
pemeriksaan Scan radioisotope: Dapat dilakukan pada paru untuk mengetahui
bukti metastasis.
A = Masalah belum
teratasi
P = Tindakan keperawatan dilanjutkan dari
1 sampai 7
|
|
10/03/2012
|
2
|
S =
-
Pasien masih mengeluh batuk
-
Pasien masih mengeluh sesak nafas
-
Pasien masih mengeluh nyeri dada
-
Pasien masih mengeluh batuk darah
-
Pasien mengeluh sulit untuk menelan
-
Pasien mengatakan sulit utuk berhenti
merokok
O=
-
Pasien terlihat batuk di sertai darah
-
Pasien terdengar wheezing local
unilateral
-
Hasil foto thorak ditemukan gambaran
adenokarsinoma.
-
RR: 30x/menit
-
terdapat sputum pada pasien
-
Pasien terlihat perkembangan nafas tidak
simetris
-
bunyi nafas pasien krekels,
-
pasien terlihat dispneo,
-
Secret pasien kental/ tebal
-
Hasil pemeriksaan diagnostic
:
1.
Hasil
pemeriksaan Sinar x (PA dan lateral), tomografi dada: Dapat menyatakan
terdapat masa udara pada bagian hilus, efusi pleural, atelektasis, erosi
tulang rusuk atau vertebra.
2.
Hasil
Pemeriksaan sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe) :terdapat adanya
karsinoma.
3.
Hasil
pemeriksaan Bronkoskopi serat-optik :
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian, dan pembersihan sitologi
lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat terlihat)
4.
Hasil
pemeriksaan Mediastinoskopi : Menunjukan adanya tahapan karsinoma.
5.
Hasil
pemeriksaan Scan radioisotope: Dapat dilakukan pada paru untuk mengetahui
bukti metastasis.
A = Masalah belum
teratsi
P = tindakan
keperawatan dilanjutkan 1 sampai 5
|
|
18/03/2012
|
3
|
S=
-
Pasien mengeluh sesak nafas
-
Pasien mengeluh nyeri dada
-
Pasien mengeluh sulit untuk menelan
-
Pasien mengatakan gelisah
-
Pasien mengatakan sulit tidur,
O=
-
Pasien terlihat gelisah
-
TD: 100/110mmHg
A= Masalah belum teratasi
P= tindakan keperawatan
di lanjutkan 1 sampai 3
|
|
18/03/2012
|
4
|
S=
-
Pasien mengatakan sudah tidak cepat lelah
-
Pasien mengatakan sudah tenang dan tidak gelisah
-
Pasien mengatakan nafsu makan meningkat
O=
-
Suhu tubuh pasien 36,5 c
-
Tidak terdapat tanda infeksi pada pasien
-
BB pasien naik 2 kg
A= Masalah teratasi
P=Intervensi dihentikan
|
|
9/03/2012
|
5
|
S=
-
Pasien mengatakan nasu makan meningkat
-
Pasien mengatakan berat badannya naik 2
kg
-
Pasien mengatakan sudah tidak merasakan
kesulitan untuk menelan
-
Pasien mengatakan sudah tidak gelisah
DO
-
Porsi makan pasien habis
-
Pasien tsudah tidak terlihat anoreksia,
-
Terlihat turgor kulit pasien lembap
-
Pasien tampak segar
-
BB pasien naik 2 kg
A= Masalah teratasi
P= Intervensi
dihentikan
|
|
10/03/2012
|
6
|
S=
-
Pasien mengatakan sudah tidak gelisah
-
Pasien mengatakan sudah tidak takut
terhadap penyakitnya
-
Pasien mengatakan sudah siap untuk
menghadapi operasi
-
Pasien mengatakan sudah dapat tidur
dengan nyenyak
-
Pasien mengatakan sudah mengerti tentang
penyakit yang dideritanya
O=
-
pasien terlihat lebih segar
-
pasien sudah tidak banyak bertanya
dengan perawat
-
Pasien terlihat nyaman
A= Masalah teratasi
P=Intervensi
dihentikan
|
|
18/03/2012
|
7
|
S=
-
Pasien Mengatakan sudah lebih nyaman
-
Pasien mengatakan sudah mengerti tentang
penyakit yang diderita
O=
-
pasien terlihat tampak segar
-
pasien sudah tidak banyak bertanya
dengan perawat tentang penyakitnya
A=Masalah teratasi
P=Intervensi dihentikan
|
|
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Kanker adalah suatu pertumbuhan sel sel abnormal
yang cenderung menginvasi jaringan di sekitarnya dan menyebar ke tempat-tempat jauh
Kanker paru
merupakan keganasan pada jaringan paru (Price, Patofisiologi, 1995).
Kanker paru
merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami proliferasi dalam paru
(Underwood, Patologi, 2000).
Kanker
paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalm jaringan
paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen, lingkungan, terutama asap
rokok.
( Suryo, 2010)
DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges, moorhouse & murr
(2006). Nursing care plan guidelines for individualizing client care across the
life span. Philadelphia : FA Davis co
2. www.scrib.com / askep-ca-paru
terimakasih informasinya, lengkap dan membantu sekali
BalasHapushttp://acemaxsshop.com/obat-tradisional-kanker-prostat/
Youtube - Videosl.cc
BalasHapusyoutube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube to mp3 youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube.